Kamis, 15 Januari 2015

*** FF Coz You're The One Bag.4 ***




Recap : Tiba-tiba anak itu tampak sedih dan menurunkan pandangan matanya sambil melihat kebawah, Jodha merasa terharu, untuk sesaat dia merasakan lagi kesedihan yang sama dengan anak ini, perasaan sama-sama kehilangan.....Bagian 4.

Beberapa detik kemudian dari depannya terdengar suara perempuan setengah baya meneriakkan nama Ladly. “ ladly,,,Ladly,,,kema­na saja kamu sayang , hampir copot jantung nenek neh kan ?,,,,.” Hameeda nama perempuan setengah baya itu berkata sambil terengah-engah .Ia baru akan menggamit tangan Ladly, ketika dilihatnya Ladly berdiri bersama Jodha,,” Ooh, Terima Kasih ,,ini cucu saya Ladly, saya harap dia tak mengganggumu , nak.” (dalam logat bahasa setempat) Jodha segera menjawab “ ooh of course no mam,I’m thankfull , she even gave me this Lolipop.” Ladly menarik tangan Neneknya agar melihat ke arahnya, “ Kakak ini dari Indonesia juga nek, tadi dia menangis , Nek…pasti ia ingat ibunya, seperti aku kalau sedang ingat dengan Mama kan Nek..? ” Hameeda gelagapan dan segera menjawab,” eeh ,,mmh Benarkah ? ooh senang sekali bertemu orang sebangsa,siapa namamu dan apa yang kau lakukan di sini, Kuliahkah ?”. Jodha tak segera menjawab ia hanya tersenyum getir. Hameeda merasa aneh,tapi Jodha akhirnya menjawab “ Nama saya Jodha , Nyonya.” Hameeda tampak tersenyum, “ Jangan memanggilku Nyonya, panggil saja aku Ibu, kau seusia dengan anak perempuanku, ia lalu berkata pada Ladly “ kita harus segera pulang sayang, Nenek yakin kakak ini baik-baik saja.” Hameeda segera menengok ke arah Jodha, tapi entah mengapa nalurinya mengatakan ~perempuan muda ini tidak baik-baik saja~,,Hameeda segera mencari tahu “ kau baik-baik saja kan ,Nak ? dimana rumahmu, mari aku antarkan pulang,,” Jodha merasa tidak enak dan menjawab “ Tidak Nyonya ehm maaf Ibu, tidak apa-apa , saya pasti akan menemukan jalan pulang.” Upss Jodha menyadari kesalahannya ia tidak mau membuat perempuan paruh baya ini bertanya lebih lanjut ia segera akan pamit, ketika Hameeda berkata, “ Tunggu, entah mengapa naluriku berkata kamu sedang khawatir dan bingung, tidak dapatkah aku mengantarmu pulang, keluargamu tinggal dimana di Dubai ini ?” Jodha diam sesaat bagaimana ia harus menjelaskannya, tapi ia juga berfikir bagaimana ia akan bermalam malam ini, setidaknya Nyonya ini berasal dari negeri yang sama dengannya. “ Eeh, sebenarnya saya tinggal sendiri disini, dan,,,,” Jodha tidak dapat menahan lagi tangisnya, apalagi ketika ditanya tentang keluarganya,,Ia kemudian menangis sesegukan di depan Hameeda, Hameeda lalu memeluknya, entah kenapa ia merasa sangat dekat sekali sekaligus kasihan pada gadis ini. Sambil memeluk Jodha Hameeda berkata, “ Ikutlah ke rumah kami, kau boleh tinggal disana sementara, sampai kau mau menceritakan masalahmu dan menyelesaikannya .” Hameeda melepaskan pelukannya sambil memandang Jodha. Jodha merasa nyaman dipelukan Hameeda, ia jadi teringat Ibunya sendiri. Jodha tidak ada pilihan lain selain mengangguk dan mengikuti Hameeda dan Ladly menuju mobilnya.

Setelah setengah jam perjalanan akhirnya mereka tiba disebuah mansion yang mewah. Mansion itu terletak ditengah-tengah pemukiman lain yang masing-masing di pisahkan oleh taman yang terbentang luas, tidak ada pagar, pembatas satu-satunya dari satu mansion ke mansion yang lainnya adalah taman yang didominasi pohon-pohon kelapa yang indah. Hameeda segera turun dari mobil, ketika sang supir membukakan pintunya, diikuti oleh Ladly dan Jodha. Jodha berjalan perlahan dan canggung. Ladly menggamit lengannya, “ayo kakak, ini rumahku, Ayo masuk, aku punya banyaak mainan di dalam nanti main sama aku yaa,,,.” Ladly terlihat sangat bahagia, di Mansion semewah dan seluas ini , ia hanya terbiasa bermain dengan Neneknya dan beberapa orang pelayan dan pengasuhnya. Bertemu dengan Jodha seakan menambah keceriaan dalam hidupnya yang kesepian, padahal mereka baru saja bertemu. Ladly bukan anak yang cepat akrab dengan orang. Besar tanpa Ibu, telah menorehkan luka tersendiri di jiwanya, hingga ia haus kasih sayang seorang Ibu, yang tidak akan pernah dapat terpenuhi walaupun oleh kasih sayang seorang nenek seperti Hameeda. Hameeda menyuruh seorang pelayan menyiapkan kamar tamu, dan menyuruh Jodha membersihkan diri dan beristirahat di sana. Sebenarnya ladly sudah ingin mengajak Jodha bermain di kamarnya, tapi Hameeda membujuknya
dengan lembut. “ Segera setelah kakak ini mandi, kau boleh bermain bersamanya, dan kau juga harus mandi dulu sayang, lihat rambutmu sudah sangat kotor sekali.” Hameeda segera memanggil salah satu pengasuh Ladly, “ Miriam segera bawa Ladly ke kamarnya, nanti aku menyusul.” Seorang Pelayan maju dan berkata “Baik Nyonya Besar.” Sambil segera menggamit tangan Ladly, Ladly menyentakkan tangannya sambil merengut dan menjawab ,” Aku tidak mau dengan bibi ini, Nek..badannya bau,,,Ladly suka mau muntah Nek.” Hammeda memandang Ladly sambil menggelengkan kepalanya “ Ladly ,Nenek tidak mau mendengar alasanmu, Nenek masih marah karena kelakuanmu tadi, Nenek akan telfon Daddy-mu kalau kamu masih ‘ga nurut.” Ladly cemberut dan menghentakkan kakinya, Jodha masih terdiam disana dan mendengarkan ‘pertengkaran kecil’ Nenek dan cucu itu, ia teringat adiknya Shivani ketika masih kecil dulu, lalu ia segera mendekati Ladly “ Adik kecil, Kakak punya cerita seru tentang seorang Putri, tapi kamu harus mandi dulu, dan berpakaian seperti seorang Puteri, Mau yah ? cerita nya seru lho.” Mata Ladly mulai berbinar, “ Benarkah ? Kalo begitu ayo cerita sekarang saja.” Jodha berpaling pada Hameeda dan memberi tanda dengan tangannya sebagai tanda~tunggu sebentar~, “ ceritanya gak akan seru lho , kalau kamu belum pakai pakaian Princess ,bagaimana ?” Ladly lalu menjawab,” Baiklah , tapi Kakak janji yah ?” Jodha segera memberikan tanda ‘swear` dengan jarinya sebelum ladly ngeloyor ke kamarnya sendiri, dan pengasuhnya Miriam mengikutinya sambil berlari-lari kecil. Hameeda berterima kasih pada Jodha dan menyuruhnya segera mengikuti pelayan untuk menunjukan kamarnya, dengan tidak enak hati Jodha menjawab “ Terima Kasih , Bu, saya gak tahu harus kemana malam ini kalau tidak ada Ibu.” Hameeda tersenyum dan mengusap wajah lelah Jodha,dan menganggukan kepalanya sambil mempersilahkan Jodha menuju kamarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar