Minggu, 06 September 2015

Dealova_Part 5

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 5#

Surya pergi dalam keadaan marah. Satu2nya tujuannya saat ini adalah ke cafe langgananya untuk menenangkan diri, tepatnya mencoba melupakan apa saja yang baru diketahuinya.

****

Sudah seminggu Surya tidak masuk kantor, dan itu jadi pertanyaan besar untuk Jalal. Jodha yg ditelfonnya pun tidak meberikan jawaban yang jelas. Ada apa dengan mereka berdua. Hanya satu tempat yang diketahui Jalal dimana Surya berada. Ia selalu pergi kesana jika sedang ada masalah. Jalal memacu mobilnya ke luar kota. Dua jam perjalanan dengan kecepatan penuh, melewati pepohonan yang tersusun rapi di kiri dan kanan jalan.

Tok,,, tok,,,

" Suryaa, buka pintunya !!!, aku tahu kau ada didalam."

Tok,,, Tok,,Tok,,,

" Suryaa!!"

Surya membuka pintunya dengan malas. Efek alkohol yang telah jadi temannya setiap hari kini masih belum hilang, karenanya ia berjalan dg sempoyongan ke arah pintu. Ia harus bertemu dengan Jalal. Ia harus membuat perhitungan. Pintu terbuka dan ia langsung menyarangkan tinjunya ke wajah Jalal. Jalal yang tak siap  terdorong ke belakang beberapa langkah. 

" Surya, apa kau sudah gila ?"

" Kau yang gila!!, kau fikir kau orang paling suci di dunia ini hah ?"

" Apa maksudmu ? Kita selesaikan di dalam." Jalal mendorong tubuh Surya ke dalam dan menutup pintu.

Surya duduk di sofa sambil masih sempoyongan.

" Kau parah sekali, apa yg terjadi padamu. Jodha sangat khawatir. Dan apa kau tidak mengkhawatirkan anak2mu ?"

" HAHAHAHAHA.....HAHAHAH."

Surya tertawa sangat keras " Mengapa bukan kau saja yg mengurus mereka? Kau senang kan ? Hah ? Kau senang kan main dibelakangku Jalal. Kau tak lebih bejat dari aku rupanya. " Surya beranjak menuju laci di dekat sana dan menunjukan sebuah kertas pada jalal.

" Apa ini ? "

" BACA !!"

Jalal mengambil kertasnya dan mulai serius membaca.

" Darimana kau mendapatkanya ?"

" Fikirmu ????"

" Jodha yg melakukannya ? "

Hening sesaat.

" Dia juga tau tentangmu Surya, cerita perselingkuhanmu dg Sonia, kau menyuruh Sonia  menggugurkan kandungannya. Dan bagaimana kalian sering menghabiskan waktu di Simla. Tapi dia memutuskan untuk memaafkanmu dan berpura2 tidak tahu. " Jalal menarik nafas sejenak " yang terjadi diantara kami hanya emosi sesaat, dia tak pernah berniat menghianatimu Surya, begitupun aku. Dia terlalu baik untukmu,,, kau tahu aku bahkan sudah memcintainya sejak pertama aku mengenalnya. Jauh sebelum dia bekerja di perusahaan besar kita. Tapi aku mengalah. Aku kira kau akan membahagiakannya. Tapi lihat apa yang terjadi ? Kau benar2 menyedihkan surya. Aku menyesal mengalah darimu waktu itu. Kau tahu? , kau benar..mulai sekarang aku yg akan mengurus mereka. Kau urus saja hidupmu yg menyedihkan. "

Surya masih diam merenungi kata2 Jalal. Jalal berdiri sambil merobek surat hasil DNA itu dihadapan Surya dan melemparkannya dilantai begitu saja. Lalu pergi dari sana.

****

Surya berada dalam mobilnya dan memacu mobil itu denagn kecepatan penuh. Ia harus menemui Jodha, kalau perlu sujud di kakinya. Air mata menghalangi jarak pandang surya, sementara hujan masih turun dengam derasnya. Ditikungan tajam dengan jalan menurun surya tidak dapat menguasai laju mobilnya. Jalanan yg licin serta jalanan yg berkabut membuat mobil surya tergelincir berguling menuruni bukit dan berakhir di jurang,,,,,

****

Orang2 mulai meninggalkan area pekuburan itu satu2. Hanya tersisa Jodha, anak2 dan keluarga dekat. Jalal juga masih berdiri disana memegangi Aryan dan araam.

Ny. Ranisa yang paling terpukul . Setelah kepergian suaminya . Ia hanya hidup dengan Surya dan Ankita adik Surya. Kini iapun harus kehilangan Surya. Ny. Ranisa pamit lebih dulu setelah memeluk Jodha dan mencium kedua cucunya. Memegang tangan jalal dan menepuk2 pipinya. " Kau akan mengantar mereka pulang ? "

" Ya, tentu saja Bibi. Aku akan mengantar Jodha dan anak2 pulang. "

" Baklah,,Terima kasih Jalal. Aku pulang dulu."

" Ya Bibi."

Air mata Jodha sudah mengering, berhari2 ia menangis dan menyesali diri, dan ini akhirnya. ' Aku membunuh nya, aku sudah membunuh suamiku sendiri, aku benar2 pendosa. Ya tuhan , semoga kau menghukumku seumur hidupku.'

" Jodha ayo kita pulang, kasihan anak2 sudah mulai kedinginan. Aku akan mengantar kalian.

" Jodha berbalik dan mengambil kedua buah hatinya dari tangan jalal. "

" Kami bisa pulang sendiri."

Jalal tidak terkejut dengan penolakan Jodha. Ia menyusulnya. Dan bersikeras mengantar jodha.

" Lepaskan aku bisa menyetir sendiri."

" Sifat keras kepalamu tidak akan banyak berguna padaku Jodha. Masuk dan duduklah dengan nyaman."

Jalal menutup pintu mobil dan mulai menjalankan mobilnya. Sementara mobil Jalal dikemudikan oleh supir Jodha. Anak2 tertidur di dalam mobil karena kelelahan. Jodha masih diam sambil memandang keluar mobil. Jalal tak mengatakan apapun dan tetap berkonsentrasi menyetir. Mereka bergelut dengan fikiran masing2.

****

Awan hitam masih menggantung dilangit, mungkin sebentar lagi hujan. Jodha masih melamun melihat keluar dari jendela kamarnya. Pakaian yg serba putih  sudah dikenakannya lebih dari seminggu ini. Jodha tak tahu apa yang akan dilakukannya sepeninggal Surya. Walaupun Surya bukan suami yg perhatian, tapi Jodha telah terbiasa melalui 7 tahun usia pernikahannya dengan surya.

Ketukan halus di pintu membuyarkan lamunan Jodha.

" Yaa,, masuk."

" Jodha Jiji,,,? "

" Sukania masuklah."

" Jodha Jiji, Makanlah , kau sudah 2 X melewatkan waktu makan."

" Nanti aku makan Suku, terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku senang kau memutuskan tinggal beberapa hari lagi. Terima kasih."

Hening sesaat.

" Mengapa mendung selalu saja menggayuti hidupku Suku, mungkinkah di kehidupan sebelumnya aku banyak berbuat dosa, kesusahan sepertinya telah jadi teman hidupku."

" Jiji, jangan berkata seperti itu, akan tiba saatnya kau akan bahagia selamanya, percayalah. Masih ada anak2 bersamamu, kau harus kuat untuk mereka. "

" Ya Sukania, aku masih beruntung, merekalah penyemangatku."

" Apa rencanamu selanjutnya ? Kau sudah memikirkan tawaran dari Jalal Ji, untuk melanjutkan posisi Surya di Boraq Enterprise ?"

" Entahlah Sukania, tentu saja aku tak hanya bisa berpangku tangan pd keluarga Surya. Paling tidak , anak2 adalah tanggung jawabku. Cepat atau lambat aku jg harus mencari pekerjaan. Anak2 akan semakin besar."

" Karenanya kau harus memikirkan kemungkinan yg satu itu Jiji, kau tak mungkin bekerja di perusahaan orang lain. Setengah saham diperusahaan itu adalah milikmu dan anak2 sekarang. Paling tidak kau tidak bekerja untuk orang lain. Jalal Ji juga orang yg baik bukan ?"

' Itulah yang sulit Sukania, Jalal terlalu baik,,,'

****

Tidak ada pilihan lain bagi Jodha selain kembali bekerja di Bouraq Enterprise. Ia menempati ruangan bekas Surya kini. Itu artinya posisinya dan Jalal sama2 memegang kendali perusahaan. Jodha belum yakin bisa. Tapi Jalal berhasil meyakinkannya.

" Kau coba dulu, aku yakin kau bisa."

Jodha hanya memandang Jalal kala itu. Ya ia harus bisa. Ia juga masih belum memberitahukan kan hasil test DNA itu pada Jalal. Dan entah dimana pula kertas itu sekarang, terakhir Surya yg membawanya. Tapi Jodha tak menemukannya diantara barang2 Surya. Mungkin sudah dirobeknya. Jalal mungkin tidak akan percaya kalau tidak ada buktinya.

Sementara Jalal, ia tidak ingin mengungkit hal itu saat ini. Mungkin waktunya belum tepat, sehingga Jodha belum memberitahunya.

****

" Saleema, bisakah kaubpanggilkan Ny. Jodha ke ruanganku ?"

" Segera Tuan Jalal."

Tak lama kemudian.

Tok...tok..

" Masuk,,,"

Dilihatnya Jodha yg masih memakai saree putihnya.

" Jodha , emm, maaf.tapi aku agak terganggu dengan pakaian kerja yang kau gunakan. For God sake, ini sudah dua bulan lebih dan kau masih berkabung ?"

" Kalau begitu kau masih harus melihatnya lebih lama, karena aku akan memakai warna ini selamanya."

" Malam ini kita ada makan malam dengan klien, aku mohon,,,"

Jodha meninggalkan ruangan Jalal dengan muka cemberut ' mengapa orang itu senang sekali mengaturku ... 

Menjelang malam, seseorang dari butik ternama mengantarkan gaun malam ke ruangan Jodha....

" Aku tidak memesannya,,"

" Ada pesan di dalamnya Nyonya, silahkan dibaca, permisi."

Jodha meletakkan kotaknya dan buru2 membaca pesannya

' Aku sudah bilang kita akan makan malam dengan klien, jangan membantahku kali ini.' Jalal..

#TBC.....
             








Ďealova (Penantian 1001 Malam )_Part 6

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 6 #

Jodha dan Jalal masih sama2 diam di dalam mobil menuju tempat janji makan malam mereka dengan klien seperti yang dikatakan Jalal. Sesekali Jalal melirik Jodha yang masih terus saja memandang keluar jendela mobil. Gaun hitam yg melekat ditubuhnya terasa sangat pas sekali . Sebuah gaun hitam selutut dengan bagian rok yang melebar tapi ketat dibagian atas dg aksen lipit di bagian dada menyilang menuju bagian pinggang serta bagian lengan yang melekat pas sampai ke siku.  Jalal tersenyum mengingat tingkah Jodha , karena setiap kali Jodha menolak apapun perintahnya, tetap saja dikerjakannya . Jodha memutar kepalanya karena merasa ada yang memperhatikan, Jalal mengalihkan
pandangannya sambil tetap tersenyum.

" Kenapa senyum2 sendiri ?"

" Tidaak, aku hanya kagum padamu. Kau terlihat cantik sekali malam ini."

" Tidak usah menggombal, anakku sudah dua, cari saja mangsa lain yang bisa kau permainkan."

Jalal masih menahan senyumnya, tak ingin lebih merusak mood Jodha malam ini, akhirnya ia hanya diam di sisa perjalan mereka.

Tiba di tempat yg dituju, supir Jalal segera membukakan pintu untuk Jodha. Jodha dan Jalal harus berjalan menuju bangunan hotel yg terletak di bagian yg agak ke dalam melewati jalan setapak .  Di kanan kirinya ditumbuhi tanaman setinggi pinggang orang dewasa. Nampak berkilauan dg bantuan pencahayaan yg artistik.

" Apakah pertemuannya akan memakan waktu yang lama ?"

" Tidak, jangan khawatir , aku tidak akan mengambil banyak waktumu dengan anak2."

Mereka sampai di Lobby dan segera menuju lantai 2 dengan menaiki tangga yang membelah dua ruangan ditengah2nya. Jalal mengajak Jodha berbelok ke sisi tangga yang sebelah  kiri. Dari sana mulai terdengar alunan musik orkestra sederhana yang memainkan lagu 'Dealova' dlm bentuk instrumental. Mereka masuk ke sebuah ruangan yg didesain serba putih, rangkaian bunga tersusun rapi di setiap sudut , belum lagi kelopak mawar yg sengaja ditebar di lantai. Ada meja yg terletak ditengah menghadap para pemain orkestra dan set diner yg disusun untuk berdua. Jodha mengedarkan pandangannya dan mulai  mengerti apa yg terjadi.

Ia memandang Jalal sinis tepat di manik matanya.

" Kau bohong, katamu ini makan malam dengan klien." Jodha berbalik hendak pergi, tapi pergelangan tangannya dengan cepat di genggam oleh Jalal.

"Dengarkan aku dulu Jodha !"

" Aku mau pulang !" Jodha berusaha melepaskan pegangan Jalal.

" Aku mohon Jodha biar kujelaskan. Kau tidak akan mau pergi kalau aku tidak berbohong kan ?"

" Kau sudah tahu pasti jawabannya."

" Makanya aku berbohong, aku mohon Jodha , aku ingin bicara padamu. Dengarkan aku sekali ini saja."

Jodha memandang lama mata Jalal, sebelum akhirnya ia berbalik menuju mejanya. Jalal menarikkan kursi dan mempersilahkan Jodha duduk. Jalal juga duduk di depannya. Minuman dihidangkan, sementara alunan musik Dealova masih mengalun.

Jalal meminum minumannya. Jodha pun mengikutinya.

" Apa yang mau kau katakan , kau bisa mengatakannya di kantor."

" Tidak untuk hal seperti ini, Jodha."

" Hal apa ?"

" Menikahlah denganku Jodha."

Jodha terkejut dengan sikap to the point Jalal.

" Jalal, kau fikir hal seperti ini bisa buat main2 ?"

" Aku tidak main2 Jodha."

Jalal mengeluarkan sebuah kotak kecil warna merah marun diatas meja. Jodha tahu pasti kalau isinya pasti sebuah cincin. Tapi ia tak bergerak sedikitpun untuk  mengambilnya. Sekali lagi Jodha melihat kesungguhan di manik mata Jalal.

" Aku tidak bisa menerimanya , ini terlalu cepat."

" Aku sudah menunggumu lebih dari 1001 malam, Jodha. Aku sanggup menunggumu 1001 malam lagi, sampai kau mengatakan 'iya' kepadaku."

" Mengapa kau begitu yakin ?"

Diam sejenak.

" Aku tahu tentang Araam."

" Apa ? Tapi bagaimana mungkin ? Sejak kapan ?"

" Aku tahu dari Surya."

Hening lagi.

" Kau tak mengharapkan aku tahu bukan ? Mengapa Jodha ? Mengapa kau menyembunyikannnya ? Bukankah aku juga berhak tahu !"

" Aku,,, mmmh, aku tidak punya bukti !"

" Omong kosong! Kau melakukan test DNA tanpa seijinku. Kau mengetahui hasilnya dan kau juga tidak memberitahukanku, bagaimana kalau kukatakan surat itu ada padaku sekarang dan aku akan menggunakannya untuk mengamcammu agar kau mau menikah denganku. Apakah kau akan mempertaruhkan nama baikmu dan keluarga mantan suamimu Jodha. Kalau kau menolak, maka ayo kita selesaikan di meja hijau, kau dan aku. Aku akan menuntutmu krn menyembunyikan kebenaran dan semua yg terjadi diantara kita  akan jd headline di semua surat  kabar di India."

" Aku tak percaya kau akan melakukannya Jalal, kau hanya mengancamku. Cukup sampai disini ! aku tak mau lagi mendengar omong kosongmu ! "

Jodha segera berdiri dan hendak beranjak pergi. Skali lagi Jalal menahan pergelangan tangan Jodha. Mendekatkan wajahnya ke telinga Jodha dan berbisik lembut hingga hangat nafasnya membuat Jodha bergidik.

" Aku tidak akan menyerah Jodha. Kau tahu sifatku. Jadi mulai sekarang bersikaplah lebih menerimaku. Kita akan menikah dan akan kupastikan itu !"

" Dan apa alasanmu memaksaku melakukannya ?"

" Karena aku mencintaimu dan buah hati kita."

****

Jodha berbaring di tempat tidur. Fikirannya melayang memikirkan perkataan Jalal tadi. Tidak ada yang salah pada Jalal. Ia pria yg bertanggung jawab dan baik. Sebelum menikah dengan Suryapun sebenarnya Jodha menaruh perhatian yg besar pada Jalal. Mengharapkannya bahkan setiap hari hanya untuk melihat senyumannya .  Tapi sayang Jalal tak menerima sinyalnya itu. Hingga ia akhirnya menerima lamaran Surya dan menikah dengannya. Menghapus harapannya untuk Jalal. Tapi sekarang situasinya berbeda.' Aku bukan orang yang pantas untukmu. Aku bukan orang yang sama seperti 7 tahun yang lalu. Ah Jalal, mengapa baru sekarang kau melamarku  ? Mengapa tidak dr dulu ?, aku menunggumu mengatakannya sekian lama, tapi kau bahkan tak memperhatikanku, mengapa baru sekarang setelah semuanya terasa berbeda ? Why Jalal ? Why ?'

Sementara di tempat yang lain, Jalal juga tak bisa tidur memikirkan apa yg baru saja dilakukannya pada Jodha.

'Aku tidak akan menyerah lagi kali ini Jodha. '

****

Sudah seminggu sejak Jalal melamar Jodha waktu itu. Tidak ada yg berubah diantara mereka. Selain kecanggungan yg tiba2 tercipta.

Seperti pagi ini , mereka baru saja mengadakan rapat tentang proyek lanjutan di Turki. Sudah dipituskan bahwa Jalal sendiri lah yg akan mengepalai proyek itu. Sementara Jodha akan bertindak sebagai arsitek ahli yg menangani masalah konstruksi bangunannya. Karenanya mereka merencanakan untuk pergi bulan depannya ke Istambul, Turki.

Semua orang sudah meninggalkan rapat, tinggal Jalal dan Jodha. Seperti biasanya mereka akan membahas apa2 yg sudah diputuskan dalam rapat dan menandatangani hasil rapat untuk segera diarsipkan. Jalal memandang Jodha dg antusias. Sementara yg dipandang acuh tak acuh.

" Aku yakin proyek ini akan berhasil di tanganmu Jodha. "

" Yaah, kita lihat saja nanti." Jodha mengatakannya tanpa melihat ke arah Jalal. Tiba2 Jalal menyentuh tangan kiri Jodha yg memang diletakkan di meja.

" Tidak usah kaku begitu padaku, kau seperti ABG yang sedang jatuh cinta saja."

" KAU,,???!" Jodha memandang bengis ke arah Jalal, sementara Jalal hanya menyunggingkan senyum dan mengendikkan bahunya.

" Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, aku permisi."

Tanpa menunggu jawaban Jalal , Jodha segera melengos pergi, menepiskan genggaman Jalal di jemarinya barusan. Jalal hanya bisa tersenyum kembali.

****

Makan malam sudah tersedia di meja makan. Malam ini Ny. Ranisa datang menginap. Sukania sudah lama pulang ke Banglore dan berjanji akan menemani Jodha setelah kuliahnya selesai. Jodha bahagia , setidaknya ia ada tempat untuk berkeluh kesah. Ny. Ranisa memeriksa sekali lagi hidangan di meja makan. Sementara Jodha masih menata piring anak2nya dibantu oleh Moti, ketika tiba2 terdengar bel berbunyi dr pintu depan. Ruangan rumah Jodha adalah ruangan yang luas menyatukan ruang makan ruang keluarga dan ruang tamu sekaligus sehingga mereka bisa langsung melihat siapa gerangan tamu yg datang.

Ting tong,,,,

Moti cepat2 membukakan pintu dan mengucapkan selamat datang.

" Selamat malam dan selamat datang Tuan. "

" Siapa yg datang Moti ? Jodha masih sibuk dengan kegiatannya, ketika ia mendongakkan wajahnya dan tertegun melihat Jalal disana.

" Selamat malam,,?" Jalal mengangguk hormat pada Ny.Ranisa dan melirik Jodha sekilas.

" Selamat datang nak, aku senang sekali kau mampir. Kau harus makan malam dengan kami yah ? "

Jalal tersenyum dan melihat sekilas wajah jutek Jodha.

" Tentu saja jika kau ijinkan , Bibi. Aku membawa makanan untuk anak2 aku harap mereka menyukainya. " Moti segera mengambil bungkusan dari Jalal atas anggukan dari Ny. Ranisa.

Anak2 yg mendengar suara Jalal segera berlarian ke arah Jalal.

" Pamaaaaan,,,,,"

" Heiii, anak2 , Paman kangen sekali sama kalian."

Jalal berjongkok dan memeluk keduanya.

Araam berceloteh dengan riangnya.

" Paman Ganteng,,, kenapa lama sekali tidak ke sini, kita kan kangeen...?"

"Araaaam, tidak boleh memanggil Paman seperti itu ! Tidak sopan."

" Kenapaaa, bukankah Paman Jalal memang sangat ganteng Mommy ? "

Ny. Ranisa dan Moti yg berada disana tersenyum dengan geli.

" Araaam,,,!"
Jodha kembali mendelikan matanya.

" Biar saja, Paman memang ganteng kok,,, ya kan  Araam ?" Jalal menggelitik pinggang Araam membuat Araam tertawa terpingkal2 karena kegelian. Sedangkan dengan Aryan , Jalal melakukan high five dan mengacak rambut bocah itu..." Apa kabarmu , boy ? " Keduanya langsung menggiring Jalal ke meja ruang keluarga untuk mengajaknya bermain.

Sementara Ny. Ranisa dan Jodha kembali menata meja makan dan  makanannya.

" Mengapa ia harus datang saat makan malam begini , Bu ? Nanti Anak2 susah untuk diajak makan, menyebalkan. " Jodha berbisik setengah kesal.

" Sssttt, tidak boleh berkata seperti itu ttg tamu , Jodha. Dia seperti anakku juga. Aku bahkan lebih menyanyanginya dibanding Surya.  Karenanya Surya sangat cemburu sejak kecil. Jalal anak yg manis dan penurut."

' Manis dan penurut ? Hooo...wow...bahkan Ibu mertuaku pun menyukainya.'

" Anak2, tinggalkan dulu mainannya . Ayo kita makan !"

" Nanti, Nek, sebentar lagi aku menang melawan Paman." Ujar si sulung Aryaan.

" Aryan , Araam, Mommy tidak akan mengijinkan kalian main lagi kl kalian tidak segera kesini untuk makan."

" Aah, Mommy payah deh,,,,."

" Sudah,, kita makan dulu yuk, Paman bawa Pizza lho, pasti kalian senang.."

" Huwaaaa,,,, yess,,,, oke,,,,"

Keduanya berlarian ke arah meja makan sambil tak lupa menyeret Jalal.

" Ehh tidak,,, tidak boleh...kalian harus makan nasi dulu, tidak boleh makan itu."
Jodha segera mengambil dan menutupnya kotak pizzanya kembali.

" Ck,,, kenapa kau kuno sekali Jodha. Apa salahnya dengan pizza, itu karbohidrat juga kan ? Ada sayuran dan proteinnya juga. Sudah sini Paman ambilkan ya,,, jangan rebutaaan ,,," Jalal dengan telaten melayani kedua anak itu, sedangkan Jodha merasa tertohok dan akhirnya  membiarkan saja perlakuan Jalal pada anak2nya. Sebenarnya apa yg salah , mengapa ia menjadi sangat ketus pada Jalal. Makan malam itu mereka lewatkan dg hanya saling mencuri pandang dan Jalal yg sesekali melempar senyum menggodanya pada Jodha . Tentu dg balasan pelototan mata Jodha yg mematikan. Ia takut Ibu mertuanya curiga dan tak senang. Tapi rupanya Ny. Ranisa tidak memperhatikan dan sibuk melayani celotehan kedua cucunya.

Ketika hendak pergi tidur. Anak2 juga memaksa Jalal agar menidurkan mereka. Jodha tak dapat melakukan apa2 karena melihat Ny. Ranisa sudah memberikan ijin pada Jalal dengan anggukan kepalanya. Jodha hanya menunggu di ruang keluarga sambil mengobrol dan minum teh dengan Ny. Ranisa.

" Bagaimana pekerjaanmu di kantor Jodha, apakah menyenangkan ? "

" Lumayanlah , Bu,,, senang bisa bertemu kembali dg teman2 lamaku dan bekerjasama lg dengan mereka. "

" Syukurlah, Apakah Jalal juga baik padamu ?"

" Hemmh ya, seperti yang Ibu lihat. Walaupun kadang dia sok memerintah dan memaksa tapi dia baik."

" Memaksa dalam hal apa ?"

" Oh,, owh tidak maksudku, memaksa menyelesaikan suatu pekerjaan sebelum tenggatnya."

" Ohh,, iya, dia orang yg sangat serius dan mencintai pekerjaannya. Dia juga baik pada anak2 bukan ?"

" Ya,,"

Sebenarnya Jodha sudah ingin berhenti bicara masalah Jalal. Mengapa orang itu selalu bisa mengambil hati semua orang. Seakan pesonanya menempel pada semua.

" Jodha , Ibu tahu mungkin Ibu terlalu cepat membicarakan ini denganmu, sebagai mertua yg sudah kau anggap orang tuamu sendiri, Ibu harap kau tidak sungkan nak."

" Aku tidak sungkan Bu, aku sangat menyayangi Ibu. Apa yg Ibu mau katakan ?"

" Jodha, kau masih teramat muda dan anak2 masih terlalu kecil, Ibu kira tidak ada salahnya kalau kau menikah lagi."

" Emmh,, maaf Bu, Aku rasa itu  terlalu cepat . Lagipula  aku benar2 tidak mau memikirkan dl masalah2 seperti itu. Aku,,,emmh..."

" Ibu tahu , nak. Kau pasti masih mencintai Surya. Tapi Jalan hidupmu masih panjang , Nak. Kau butuh pendamping yg dapat berbagi kebahagiaan sekaligus tempat berkeluh kesah,  anak2 juga masih sangat membutuhkan figur seorang Ayah. "

" Aku masih bisa melakukannya sendiri , Bu. Ibu jangan khawatir. Anak2 tidak kehilangan apapun. Mereka kuat. Aku jg kuat. "

" Ibu sama sekali tidak meragukanmu , Nak. Tapi kau jangan egois. Mungkin kau tidak begitu merasakannya saat ini. Tapi Ibu sudah melaluinya lebih dahulu. Ayah Surya meninggalkan ku ketika mereka masih remaja. Aku kira aku kuat. Aku kira aku bisa menghadapi dunia dengan kedua tanganku. Aku memang bisa, tapi ada sesuatu yg kosong dalam jiwaku. Semuanya serba hampa. Seandainya saja Ibu menerima pinangan seorang pria kala itu, mungkin dimasa tua Ibu, Ibu tidak akan terlalu kesepian. Betul Ibu punya kalian anak2 , menantu dan cucu2 Ibu. Tapi lihatlah kalian juga telah tumbuh besar dan punya kehidupan masing2. Fikirkanlah Jodha, setiap manusia butuh pendamping. Jika bisa, kalau kau mampu , carilah pengganti Surya nak. Ibu tidak apa2 dan sangat mengerti."

" Ibuuuu,,,,"

Mereka berpelukan sambil menangis.

" Nah, sudah malam. Ibu masuk kamar dulu. Rasanya tulang2 tuaku juga sudah tak bisa di ajak kompromi. "

" Iya Bu, tidurlah. Aku menyayangi Ibu."

" Ibu juga nak."

Dari arah tangga Jalal pun rupanya sudah selesai menidurkan anak2.

" Bibi , aku pamit dulu. Sangat menyenangkan bermain bersama anak2 itu. Sampai lupa waktu."

" Iya nak hati2. Jodha antarkan Jalal sampai depan nak. Ibu masuk dulu. "

Ny.Ranisa pun meninggalkan mereka.

Jodha nampak sangat canggung. Ketika Jalal akhirnya berjalan kearah luar, reflek Jodha pun ikut mengantarkannya. Ketika sampai di depan mobilnya, Jalal tiba2 berbalik dan mencium bibir Jodha,,,,

TBC,,,,,

Kamis, 03 September 2015

Dealova_part 3

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 3#

" Jodha,,??!, apakah ada sesuatu yang harus aku ketahui? Aku tahu ini privasimu, tapi bagaimana jika hasilnya 'match' 100%."

" Tolong lakukan saja dokter. Aku akan sangat menghargai bantuan anda."

" Baiklah , aku tidak akan bertanya lebih lanjut. Mudah2an ini tidak seperti yg aku takutkan."

" Terima kasih banyak dokter."

" Hemmh."

***

Hari Minggu di kediaman Surya,,,

" Mommy ,,,,aku membuat gambar ini untuk Araam.."

" Ohh, benarkah ? Kau sangat sayang sekali pada adikmu bukan ? Kau hebat sekali, nak."

Jodha mengusap kepala anak lelakinya dan menciumnya.

" Bhaijaan, kau juga boleh meminjam bonekaku,,,."

" Untukmu saja, Paman sudah memberikanku robot yg hebat kemarin,,,"

" Ohh ya ? Pamanmu sangat baik bukan , Nak ?"

" Hai , hallo,,, kalian membicarakanku ?"

" Paman Jalaaal,,,,"

Aryan dan Araam segera berlari ke arah Jalal. Jalal berjongkok dan memeluk keduanya. Lalu mencium mereka bergantian.

" Apa Paman membawa hadiah untuk kami hari ini ?"

" O,,, o,,," Jalal menepuk jidatnya sendiri.

" Aryan, tidak baik menyusahkan Paman seperti itu!"

" Tapi Paman sudah janji , Mommy,,,"

" Hahah,,, baiklah2,,, hadiahnya ada di mobil. Minta supir Paman mengambilkannya yah. Nah pergilah!"

Jalal berdiri dan menepuk pundak keduanya.

" Asiiiiik,,,,,"

Anak-anak berlari berhamburan ke halaman tempat mobil Jalal berada. Jodha lalu mempersilahkan Jalal untuk duduk.

" Harusnya kau tidak perlu repot2, mereka akan sangat manja padamu nanti."

" Tidak apa2, aku senang melihat mereka bahagia. Apa kabarmu ?"

" Aku baik2 saja. Surya sedang ke Peru."

" Aku tahu, seharusnya aku jg ikut. Tapi Ibuku sakit dan memintaku untuk tidak pergi, ahh ada2 saja ulah Nenek tua itu, aku tahu dia hanya mencari2 perhatianku saja ."

" Jangan begitu, dia Ibumu, sampai kapanpun kau tetap akan menjadi anak kecil baginya."

" Yah, kecuali aku memberikannya anak kecil, katanya ia baru akan berhenti menganggapku anak kecil."

Keduanya saling berpandangan. Jodha cepat2 mengalihkam pandangannya.

" Seharusnya kau cepat2 menikah, apa lagi yang kau tunggu ?"

Jalal menarik nafas berat dan menghembuskannya cepat2.

" Kau tahu aku tidak bisa melakukannya Jodha. "

Jalal memandang sayu mata Jodha, tepat disaat Jodha jg kembali memandangnya.

" Jalal kau sudah berjanji."

" Aku tak pernah bisa melupakan malam itu Jodha, satu malam yang sudah mengubah seluruh malam2ku berikutnya."

Jodha berdiri dengan marah.

" Jalal , kalau kau terus mengungkitnya, sebaiknya kau tinggalkan rumah ini. Aku sangat berterima kasih dengan semua bantuanmu. Tapi itu tidak akan merubah hal apapun diantara kita. Aku mohon pergilah."

" Kau juga tak dapat melupakannya kan ? Aku tahu kau tak akan pernah bisa lupa."

" Cukup Jalal!! Hentikan !, kau sudah melampaui batasanmu."

Jodha sudah akan meninggalkan Jalal dengan marah , tapi Jalal menahan lengan Jodha dengan lembut.

"Dengar,,, aku tidak memaksamu untuk mempunyai perasaan yang sama denganku , Jodha. Paling tidak aku berusaha jujur, bahwa aku tidak bisa melupakanmu, aku tidak bisa bersikap biasa saja padamu. Apapun yang mengganggu dan menyusahkanmu, aku pasti merasakannya juga. Aku tulus melakukannya. Dan sungguh aku masih sama seperti yang dulu, menjagamu dan tak ingin merusak rumah tanggamu. Tapi aku mohon, aku tidak akan lagi lari dan menjauh darimu. Itu sangat menyakitkan bagiku. Percayalah, aku masih memegang janjiku padamu."

Jalal pergi dengan langkah gontai meninggalkan Jodha. Jodha hanya mematung merenungi kata2 Jalal.

****

Simla, empat tahun yang lalu,,,,,

" Kau harus menolongku , Jalal. Aku sangat penasaran dengan orang yg menerorku lewat sms, sepertinya seorang perempuan. Dan sepertinya ia selingkuhan Surya. "

" Jodha , sudahlah. Kau sudah menikah dengannya selama 3 tahun. Apa kau masih tidak percaya padanya. "

" Bukan tidak percaya, tapi aku penasaran, aku benar2 ingin membuktikannya. Benarkah sms yang ia kirim bahwa dirinya sedang berada di Simla dengan Surya sekarang. Kalau kau tidak mau mengantarkanku , baiklah, aku akan pergi sendiri. "

" Jodha tunggu...hhhh,,,,tidak ada yang sanggup mengalahkan sifat keras kepalamu bukan ?, tunggulah disini, aku akan mengurus segala sesuatunya."

Mereka melakukan perjalanan dengan mobil . Mencari hotel tempat Surya dikabarkan menginap dan memesan kamar yang sama di hotel tersebut. Suasana musim dingin di Simla, membuat Jodha menggigil kedinginan, walaupun sudah memakai baju berlapis2. Jalal tertawa melihat tingkah Jodha. Andai saja keadaannya tidak seperti ini. Andai kan saja kita sepasang kekasih yang saling mencinta. Jalal berkali2 melirik Jodha. Jalal memang kalah cepat dari Surya. Surya orang yg lebih ekspresif sehingga ia lebih dulu melamar Jodha. Ditambah kedua keluarganya adalah saudara jauh yang sering bertemu. Jadilah Jalal kalah sebelum berperang. Ia hanya bisa mendoakan agar keluarga mereka baik2 saja. Jalal berdoa semoga sifat don juan surya berubah setelah ia menikahi Jodha. Sampai kemarin Jodha menceritakan sms2 yang diterimanya dari seorang perempuan. Dan disinilah mereka.

" Jodha , kau yakin akan melakukan semua ini."

" Tentu saja, kita kan sudah disini. " mata kelinci Jodha melotot tajam ke arah jalal.

Tanpa sengaja di depan Lobby mereka melihat seseorang yang sangat mereka kenal , Surya, sedang menggandeng mesra seorang perempuan yang menyandarkan kepalanya di dada Surya. Mereka duduk di sebuah sofa sambil bercengkrama. Sesekali mereka berciuman layaknya seorang kekasih. Jodha memalingkan wajahnya tak ingin melihat itu semua. Tapi lagi2 diputarkannya kepalanya dan melihat dengan jelas semua perbuatan mereka. Sebelum keduanya beranjak menuju kamar mereka.

Jodha tak tahan untuk tidak menangis. Ia berlari ke arah hutan disusul oleh Jalal. Hujan mulai turun rintik2.

Jodha menangis sekuat2nya. Ia tak sanggup menghadapi penghianatan Surya. Jalal menarik dan memeluk tubuh Jodha. Mencoba mengalirkan kehangatan, walaupun rasanya sia-sia. Petir yang menggelegar dan hujan yang mulai semakin deras tak mampu menyurutkan tangis Jodha di pelukan Jalal.

" Sudahlah Jodha, kita belum tahu kebenarannya. Sebaiknya kita mencari tempat berteduh. "

Jalal mearik lengan Jodha dan mengajaknya cepat2 berlari . Menemukan sebuah Villa ditepian sungai. Jalal langsung masuk dan bertemu dengan pemiliknya. Mereka sepakat untuk menginap di villa itu saja. Jalal mulai menyalakan perapian. Pemilik villa menyiapkan dua kamar dan makanan untuk mereka malam ini. Lalu meninggalkan mereka berdua di villa itu. Jodha masih termenung di depan perapian. Rambutnya masih basah dan matanya masih sembab. Jalal duduk disebelah Jodha, yang duduk di lantai menghadap perapian. Merasa iba dengan apa yang dilihatnya hari ini. Jalal menarik tubuh Jodha kepelukannya. Jodha hanya diam tak bergeming. Jalal mengambil wajah Jodha dan membawa wajah itu menghadapnya. Udara dingin dan suasana villa yang sepi, hati Jodha yang nelangsa, membawa kedua wajah itu mendekat. Awalnya Jalal hanya mencium sudut bibir Jodha sekilas. Jodha memejamkan matanya dan tak membalas ciuman Jalal. Ia hanya tertunduk pasrah. Jalal benar2 tak bisa menguasai diri dihadapkan pada keadaan Jodha saat ini. Jalal seharusnya tak melangkah lebih jauh , jika saja bukan Jodha yang kemudian menarik wajah Jalal dan menciumnya paksa. Meluapkan kemarahannya atas perbuatan Surya. Mencium lebih dalam bibir lembut dan tebal Jalal, membuat Jalal kehilangan kesadarannya dan membalas ciuman Jodha.

Jodha's POV

Kau akan menyesal Surya, aku juga bisa melakukan seperti yang kau lakukan. Sial!! Apa yang kau lakukan malam ini dengannya Surya, apa seperti ini. Mencium bibirnya. Melumat semua yang ada pada perempuan itu. Membuka bajunya dan menikmati semua yang ada di depanmu sekarang. Aku juga bisa Surya. Kau menganggapku lemah. Selamamya kau tak menganggapku berguna. Kau akan menyesal!!!

Jalal's PoV

Apa yang terjadi padamu Jodha. Apa yang terjadi pada kita. Aku tahu kau marah pada surya. Tapi aku tak dapat menolakmu. Maafkan aku. Luapkanlah kemarahanmu padaku, Jodha. Aku tahu kau sangat terluka.

Author's POV

Mereka berguling di lantai, saling membalas, saling memuaskan. Jodha membuka kancing kemeja Jalal dan Jalal membuka sweter serta kaos yang membungkus tubuh Jodha. Mengalirkan kehangatan ketika kulit dan kulit itu sama2 bersentuhan. Jalal membopong tubuh Jodha yang sudah dilanda birahi ke tempat tidur dan mereka menyatu dalam gairah masing2. Melewatkan satu malam yang berbeda arti bagi keduanya. Melarutkan amarah, sementara yang lain menyalurkan hasrat yang terpendam. Membawa keduanya ke puncak yang menjadi penawar bagi semua lara,,,,

TBC,,,,

Dealova_part 4

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 4#

Jalal bangun lebih dulu bersama sinar matahari pertama yg memasuki ruangan dr celah lubang angin. Dilihatnya wajah damai Jodha yang terbaring di sampingnya. Jalal meninggikan tubuhnya dan bersandar diujung ranjang, sambil tak lepas memandangi Jodha. Pelan2 disingkirkannya anak2 rambut yg menutup sebagian wajah Jodha, seolah2 takut Jodha akan terbangun. 'Ya Tuhan , dia begitu cantik ketika sedang tidur seperti ini. Rasanya aku rela bangun tiap pagi dan memandangi wajahnya seperti ini. Dia adalah ciptaanMu yang paling indah.'

Jalal masih memandangi Jodha, ketika Jodha menggeliat dan mulai membuka matanya. Jodha mulai mengingat2 apa yg terjadi semalam, memandang wajah Jalal yang sedang memandangnya, lalu bangun cepat2.

"Aku mau pulang!!"

Jalal mengubah posisinya menjadi duduk. " Jodha sebaiknya kau jangan terburu2."

" Aku mau pulang!" Menatap tajam ke arah Jalal dan mencari2 pakaiannya yg teronggok di lantai.

" Jodha,,,,"

" Aku tidak mau membahasnya, sebaiknya kita lupakan saja apa yg terjadi semalam."

Hening sesaat.

" Baiklah."

" Tadi  malam tidak pernah terjadi, kau dan aku,,,,, tidak pernah berada disini. Kita akan saling melupakan. "

" Jodha, apa aku tidak punya hak bicara disini ? "

" Kau memang tidak punya hak, aku istri orang lain, dan apa yg terjadi semalam hanyalah sebuah kesalahan. "

" Maafkan aku,,,."

" Aku yg minta maaf padamu, aku yg memaksamu kesini. Kl tidak , hal ini mungkin tidak akan terjadi."

Jodha menarik sprei putih di bawahnya dan pergi ke kamar mandi. Menyalakan keran shower dan membasuh tubuhnya dengan air dingin. Menghilangkan setiap jejak yang ditinggalkan Jalal pada dirinya. Menyabuninya berkali2 seakan2 jijik pada dirinya sendiri.

Jodha POV

Apa yang telah kulakukan ? Aku bahkan menikmati setiap sentuhannya. Hal yg tak pernah kurasakan selama 3 tahun pernikahanku bersama Surya. Mengapa aku begitu lepas ? Apa yg terjadi padaku ? Ohh, aku benar2 sudah gila . Aku tidak termaafkan,,,,

Jalal POV

Tubuhmu tidak mengatakan itu tadi malam, sayangku. Kau tampak sangat menikmatinya. Tapi apa dayaku, itu hanya sebuah pelampiasan dari rasa marah yg begitu menguasaimu. Aku mengerti, sepenuhnya aku faham. Keinginanmu adalah perintah bagiku Jodha. Aku tak mengharapkan apapun.

****

Operasi pencangkokan sumsum tulang belakang Araam telah selesai dilakukan. Araam dan Jalal ditempatkan dalam satu ruangan perawatan khusus. Tidak ada yg diperbolehkan menjenguk karena ruangan dijaga sangat steril. Jodha berdiri memandang keduanya dari balik kaca ruang tunggu. Keluarga yang lain sudah lama pulang. Diliriknya kembali sebuah kertas hasil pemeriksaan yang sejak tadi berada ditangannya. Dr. Suraj memberikannya diluar tadi tanpa berkata apa2.

Terdapat angka2 yg kurang difahami Jodha. Tapi di akhir kesimpulannya hasil pemerikdaan itu menuliskan ' 99,9% Match ',,,,

Jalal dan Araam adalah sepasang Ayah dan Anak, sebuah kenyataan yang saat ini mendapatkan pembenaran secara syah dan meyakinkan lewat pembuktian . Jodha merasa sangat berdosa. Apakah Jalal perlu mengetahuinya? ' Ahh, tidak !, tapi itu hak nya. Dia berhak tahu, bisik sudut hati Jodha yang lain. Lalu apa yang akan terjadi ?, Jodha tak berani membayangkannya. Sekian tahun ia hidup dalam rasa bersalah.

Mempertahankan pernikahannya dengan Surya adalah satu2nya cara ia menebus dosanya, menghukum dirinya sendiri. Jodha tak pernah mengungkit pengkhianatan yang dilakukan Surya. Ia memaafkannya dalam hati, sejak ia pun melakukan hal yg sama pada catatan perjalanan pernikahan mereka. 'Apakah aku bodoh ? Tidak, aku mempertahankan kehormatan keluarga ini. Kehormatan menjadi istri yg akan selalu menjaga kehormatan suaminya. Jodha pun tak melihat hal yg janggal pada Surya. Mungkin ia menyadari ketulusannya dalam melayani Surya. Keputusannya untuk menjadi Ibu Rumah tangga dan istri seutuhnya, sesungguhnya telah membuat Surya berubah. Hanya saja, sifat don juan nya sering kali muncul jika sesekali Jodha menolaknya bermesraan di tempat tidur. Bahkan sering sampai waktu yang lama. Jodha hanya merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri. Ada kalanya ia melupakannya dan melayani Surya seperti biasanya. Hanya saja, kenangan malam itu bersama Jalal , senantiasa mengganggunya.

Jodha meletakkan jarinya di kaca penghubung. Tak kuasa menahan linangan air mata yg semakin deras,,,,

****

" Araam kau mau makan apa ?"

Araam masih di rawat di Rumah Sakit semetara Jalal sudah diperbolehkan pulang. Saat ini surya ug sedang menungguinya.

" Aku mau makan Hamburger Papa,,,"

" Sayaaang, Araam belum bisa makan itu."

Surya membelai rambut Araam dan mencium keningnya. Sejak Araam sakit, Surya memang menjadi lebih perhatian. Seolah hal itu menjadi shock terapi baginya, bahwa ia punya keluarga yang sangat berharga. Ia tak menyesali mengambil keputusan mengakhiri hubungannya dengan Sonia empat tahun yang lalu. Entahlah ada rasa sungkan dan rasa bersalah ketika melihat perjuangan Jodha pada kehamilan keduanya. Harus bolak balik dirawat di Rumah Sakit, demi mempertahankan janinnya. Kehamilan Araam memang tidak mudah. Tidak seperti anak sulung mereka Aryan.

Surya masih membelai punggung tangan Araam dan mengajaknya bercerita.

" Kalau kau sembuh, Papa akan rayakan ulang tahunmu dengan meriah, kau senang...?"

" Asiiiik,,, apakah aku akan dapat banyak hadiah ?"

" Tentu saja sayang,,, sangaaaat banyak,,, hahah."

****

Dua bulan telah berlalu. Pencangkokkan sumsum tulang belakang Araam dinyatakan berhasil. Ia tak perlu lagi selalu mendapat transfusi, tap ia harus rutin check up untuk memeriksa kadar haemoglobin dan kesehatan tubuhnya.

Dua hari lagi perayaan ulang tahun Araam. Jodha dan Surya sudah menyiapkan pesta ulang tahun yg akan sangat meriah.

Jodha sedang menyiapkan makam malam ketika Surya masuk dan menanyakan sesuatu.

" Sayang, bolehkah aku minta Surat kelahiran Araam ?"

" Untuk apa ? " Jodha tampak bingung.

" Aku sudah menyiapkan kado paling spesial untuk Araam, tanpa di duga dia juga mendapatkan undian dr hadiah yg kubeli, tapi untuk mengambil hadiahnya aku harus membawa akte kelahiran Araam. Bolehkah aku bawa sebentar,,,?"

" Tentu saja, ambilah sendiri di tempat surat2 di lemariku, aku sedang menyelesaikan masakan untuk makan malam kita."

" Baiklah."

Surya segera menaiki tangga menuju kamar mereka.

Tiba2 Jodha teringat sesuatu,' hasil DNA itu, aku menaruhnya disana. Owh tidaak,,,,'

Jodha cepat2 menyusul Surya, tapi terlambat , di depan lemari Surya terlihat sedang membaca sesuatu,,,,

Surya menoleh ke arah Jodha dengan mata merah dan wajah menahan amarah sambil mengacungkan sebuah kertas,,,

" Apa ini ? 99,9 % match ? Apa maksud semua ini JODHAA !!!"

" Ohh,, emm,,Surya, dengarkan aku, biar kujelaskan,,,, itu,,, aku,,,,."

Surya melangkah mendekati Jodha, memegang rahang Jodha dengan satu tangan sementara tangan yg lainnya masih memegang surat itu dan mengacungkannya di depan wajah Jodha,,,

" Kau apa ?? Kau apa, Jodha ? Apa yang kau lakukan dg Jalal, hingga hasilnya 99 % cocok hah ? Itukah yg membuatmu dingin padaku selama 4 tahun ini , Jodha ? Lelaki itu kah yg membayangi kehidupan pernikahan kita ? Kau rendahkan kehormatanmu sebagai istriku dgn temanlu sendiri, teman yg sudah  kuanggap seperti saudara kandungku ." Suara Surya bergetar dan ia sendiripun mulai menangis.

"Surya dengar,,,"

" DIAMM!!, Aku tak butuh penjelasan apapun dari mulutmu itu,,, kau wanita murahan, kau tidak ada bedanya dengan P*****r yang menjajakan tubuhnya dipinggir jalan. Berapa kali kau melakukannya dengan dia, hah ? Hingga kau bisa mengandung Araam ?" Surya meraih kepangan rambut Jodha dan menariknya kasar."

" Aww,,,, Surya biar aku jelaskan."

" Semuanya sudah jelas JODHA,,, You are nothing but a h**e"

Surya masih memegang rambut Jodha dan melemparkannya ke tempat tidur.

Megambil koper dan menempatkan pakaian dan barang2nya di sana, sambil tetap memegang surat itu , mengambil kunci mobil, lalu keluar sambil membanting pintu kamar.

Jodha masih tetap menangis dan terduduk di lantai,,,,

TBC,,,,

Selasa, 01 September 2015

Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 1

# Dealova ( Penantian 1001 Malam )_ Part 1 #

" Jodha ??,,,"

" Ja,, Jalal ?,,, "

Jodha tampak gugup. Jalal yang menyadari tangannya yang sedang memeluk pinggang ramping Jodha segera melepaskannya dari tubuh Jodha.

" Maafkan aku, seharusnya kita tidak bertemu lagi seperti ini, kan ? " Jalal teringat pertemuan mereka 7 tahun yang lalu dengan insiden yang sama.

" Owh, ahh , yaa,,, Jalal apa kabar ? Emmh, Surya mengatakan bahwa malam ini adalah pesta dalam rangka menyambut kepulanganmu, ooh emm, senang berjumpa lagi denganmu , Jalal. " Jodha mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh Jalal.

" Senang bertemu kembali denganmu juga Jodha,,," Ada perih tiba2 yang menghinggapi hati Jalal, tapi ia segera mengalihkan pandanganya pada kedua buah hati Jodha , terutama pada Araam yg sedari tadi menarik2 gaun Jodha.

" Hello, little girl, kau pasti Araam kan ? Ayo ikut Paman." Jalal membungkukkan sedikit badannya dan bersiap2 menggandeng Araam. Araam tampak asing dan melihat pada Ibunya mengharapkan jawaban. Jodha hanya menganggukkan kepalanya pada Araam tanda persetujuan. Dan Araam segera menggandeng tangan Jalal yg terulur. Sementara Jodha kembali menuntun tangan Aryan. Mereka masuk bersama seperti sebuah keluarga.

Para tamu undangan dan karyawan yang hadir segera bertepuk tangan begitu mereka memasuki pintu Lobby, kebanyakan dari mereka berfikir bahwa mereka adalah sebuah keluarga, tentu saja selain sebagian karyawan yang sudah mengenal Jodha sebagai Istri dari direktur mereka , Surya. Surya terkejut melihat kehadiran mereka dan segera berjalan menghampiri.

" Apa kabarmu , bro ? " Surya segera menyambut Jalal dan memeluknya.

" Aku baik, bagaimana denganmu ? Oh iya, aku bertemu keluargamu di pintu masuk, mengapa kau meninggalkan mereka , hah ? , tidak takut istrimu yang cantik ini diambil orang ?"

" Ha,,, hahha,, begitulah aku, kadang2 masih merasa seperti bujangan, terima kasih kau membawa mereka masuk. Ayo kita mulai saja acaranya. Mereka sudah tidak sabar menunggumu. Ayoo,,,"

Surya segera meraih pundak Jalal, Jalal masih melihat ke arah Jodha dibelakangnya yang segera mengandeng kedua buah hatinya.

Pesta malam itu begitu meriah, selain Jodha dan Jalal semua orang tampak gembira.

Jalal's POV

Aku tidak tahu bahwa bertemu lagi denganmu akan membuka luka lama itu menjadi lebih sakit , Jodha. Tapi aku sudah bertekad, aku harus kembali. Berada jauh darimu malah semakin menyiksaku . Aku sudah cukup menahan penderitaan ini terlalu lama. Aku tak mau lari lagi. Biarlah aku mencoba membunuh rasa ini dengan berada terus di dekatmu. Tapi apakah aku bisa ?

Jodha's POV

Apa ini ? Perasaan apa ini ? Owh , Jodha kau sudah berjanji. Jangan menjadi lemah dan kembali tenggelam dengan pesonanya. Ingat Surya , ingat anak2mu. Kuatkan hatimu , Jodha.

******

Sudah sebulan Jalal kembali memegang kendali perusahaan, setelah sebelumnya selama 4 tahun Surya yang menjalankan perusahaan. Menurut MOU yang dibuat oleh ayah mereka, maka tampuk pimpinan akan bergilir antara Jalal dan Surya, tapi itu tidak mempengaruhi keputusan mana yang lebih dominan menyangkut perusahaan. Keduanya diberi hak dan kekuasaan yang sama. Para karyawan senior menyebut mereka bagaikan 2 bagian mata uang, yang tak mungkin terpisahkan. Mereka adalah berlian bagi perusahaan, sama2 gemilang dan saling melengkapi. Ibu2 mereka pun masih bersahabat walaupun para suami mereka telah lebih dahulu meninggalkan mereka.

Pagi itu Jalal masih menikmati sarapannya dirumah. Roti Cane dan kuah karee nya serta coffelate yang dibuat oleh satu2nya pelayan paling setia di keluarga Khaan, Maham Anga. Ibunya , Nyonya Hameeda tinggal berlainan rumah dg Jalal. Sejak kembali dari menyelesaikan kuliahnya di London dulu, Jalal memang memutuskan untuk tinggal sendiri, terpisah dari Ibunya yang sangat memanjakan dirinya, hingga kadang2 perlakuannnya itu dinilai sangat posesif dan mengganggu kebebasan Jalal. Mengetahui anaknya tidak berkunjung hari ini, Nyonya Hameeda pergi mengunjungi Jalal.

" Apakah menemui Ibumu seminggu sekali sangat menyiksamu Jalal ?, kau tau kan , selain dirimu , Ibu tidak punya siapa2 lagi, sayaaang."

Jalal beranjak dari kursinya dan bersiap memeluk dan mencium kening ibunya.

" Hallo Ibu, maafkan aku, aku memang berencana ke tempat Ibu hari ini, entah mengapa kepalaku agak pusing. Maham Anga baru saja memberikanku obat." Ujar Jalal sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Maham Anga. Yang segera disambut dehemam kecil dari Maham Anga.

" Benar , Nyonya, ia melewatkan makan malamnya semalam, mungkin pagi ini Tn.Jalal hanya merasa kelelahan. Sudah beberapa hari ia lembur di kantor."

" Apakah kau sakit ? Coba Ibu lihat." Hameeda mengangsurkan tangannya memeriksa dahi Jalal.

" Ibu, sudahlah aku tidak apa2, seperti anak kecil saja, aku sudah dewasa , Bu. Kapan Ibu akan membiarkan aku dan tidak memperlakukan aku seperti anak kecil."

" Kalau kau sudah menikah dan punya anak kecil, Ibu baru akan melepaskanmu dan bermain dengan cucu Ibu tersayaang. Owhh Tuhan, bagaimana membuat anak ini mengerti dan mau segera menikah. Aku menyerah Bhabur Khan, anak kesayanganmu ini benar2 tak dapat diandalkan untuk memberikanku satu cucu saja. Ya Tuhaaan."

Maham Anga menyembunyikan tawanya dan segera berlalu dari sana.

*****

Jodha menyelesaikan masakan yang dibuatnya untuk sarapan.
Semua sudah tertata di meja makan, dibantu oleh beberapa orang pelayannya.

" Mommy,,, Mommy,,,, Bhaijaan mengambil bonekaku dan menyembunyikannya lagi. " Jodha meraih tubuh Araam dan menciuminya dengan gemas.

" Baiklah, jadi kau apakan Bhaijaanmu kali ini, menaburi mukanya dengan bedak atau mencoret2 lagi buku Bhaijaanmu , hah ?"

" Hahahha, geli Mommy,,, ampuuun...hahahha."

" Aryan, cuci tanganmu dan kembalikan boneka Araam,,,,,."

" Apaaan, aku tidak mengambilnya , mi,,,"

" Sudaaaah, ayo cepat sini..." Jodha menurunkan Araam dan memanggil salah satu pelayannya." Motiii, tolong panggilkan Tn. Surya....katakan sarapannya sudah siap."

" Baik, Nyonya ..  "

Moti menaiki tangga dan segera mengetuk kamar tidur Surya.

" Masuuk!"

Moti muncul dari balik pintu dengan rambutnya yang masih basah tergerai dan jemarinya yang mencengkram rok nya kuat2.

" Nyonya Jodha memanggil anda untuk sarapan Tuan."

Surya membalikkan tubuhnya dan tersenyum " Kemarilah, dan tutup pintunya!"

" Tidak Tuan, nanti Nyonya Jodha melihat kita!"

" Apa katamu , hah ? Kau berani menolakku. Apa kau tidak ingat sentuhan2ku semalam ?,,,,

Moti segera berlalu dan beranjak pergi, ia benar2 takut Surya majikannya itu akan merayunya lagi. Moti bergidik membayangkannya.

Akhirnya Surya turun juga dan memakan sarapannya. Hari ini hari Minggu dan mereka berencana pergi ke rumah Ibu Surya.

" Oh iya sayang, besok aku ada pertemuan bisnis di Chennai, mungkin aku akan menginap selama 2 atau 3 hari. Aku akan sibuk sekali seharian , jd kalau tidak ada hal yg penting sebaiknya tidak usah menelfonku." Surya segera menyelesaikan sarapannya .

" Ya, baiklah...kalau anak2 rindu dengan Papa-nya, mungkin aku akan menelfonmu malam harinya." Kata Jodha mencoba menghibur diri.

" Hemmh, ya, tidak apa2."

*****

Senin Pagi di kantor Bouraq Enterprise

Jalal turun dari mobil yang dikemudikan supirnya , membalas sapaan beberapa karyawannya dan langsung menaiki lift menuju ruangan kantornya. Saleema sekretarisnya menyambutnya di depan pintu dengan beberapa file di tangannya.

" Selamat pagi Tn. Jalal, apakah anda mau kopi ?"

" Ya, bawakanlah Saleema, letakkan saja file yg harus ku pelajari di meja. Apakah Tn. Surya  sudah datang ?"

" Hari ini beliau ada tugas ke Chennai, Tn. Jalal, ia hanya mampir untuk mengambil berkas2."

" Ohh, rasanya dia tidak mengatakannya padaku sebelum weekend. Tapi baiklah, mungkin urusannya mendadak. Tolong panggilkan Raheem saja kalau begitu. Ada beberapa hal yg perlu kami bahas."

" Baik Tuan."

Tak berapa lama,,,,

Tok...tok..tok..!

" Masuk !"

" Jalal , kau memanggilku ? "

" Ya Raheem apa kabar, aku dengar kau menangani proyek di Delhi beberapa bulan ini, apa kabar kawan ?"

Raheem menyambut tangan Jalal dan memeluknya.

" Baik, seperti yang kau lihat...kau sendiri kelihatannya betah di Turki. Empat tahun men, apa yg kau kerjakan di sana ? Dan mengapa kau tidak kecantol wanita Turki , hah ? Aku dengar mereka cantik2."

" Hahaha,,, aku masih senang produksi dalam negri ,kawan."

" Kau masih belum bisa melupakan Jodha, kan ?"

" Sudahlah Raheem, kita tidak sedang membahas dia kan ?"

" Tapi kau tidak bisa kan ?"

" Aku berusaha Raheem, aku masih berusaha. Apakah dia masih bekerja di kantor ini setelah aku pergi ?"

" Tidak, sejak melahirkan anak keduanya, ia benar2 meninggalkan kantor ini. Hanya jika ada proyek besar  saja, Surya masih meminta masukannya, kadang2 memberikan gambarnya untuk di adaptasi lagi oleh beberapa arsitek muda yg kita punya. She' s totaly  a mother now. "

" Owh,,, syukurlah. Aku tidak harus bertemu dengannya setiap hari sekarang. Ohh, aku tadi ingin menanyakan kemungkinan kerja sama dengan perusahaan Semre di Turki, apa kau sudah mempelajarinya ?"

" Belum, nanti aku lihat. Aku perlu persetujuan Surya jg untuk hal itu."

" Yah, lakukanlah. Aku dengar ia sedang ke Chennai sekarang. Baiklah Raheem, makan sianglah denganku nanti. Aku perlu banyak mengejar ketinggalanku di sini."

Mereka sama2 berdiri dan mengembangkan senyum.

" Aku senang kau kembali , Jalal. Aku lebih senang sikap arrogantmu daripada sifat otoriter Surya, hahaha."

Sore hari sebelum pulang, aiphone di meja Jalal berbunyi.

" Ya, Saleema ?"

" Ada telfon dari Ny. Jodha di saluran 2 , Tuan."

Jalal diam dan berfikir sesaat," sambungkanlah Saleema."

TBC,,,








Dealova (Penantian 1001 Malam)_ Prolog

Dari penulis ,,,,

Dear pembaca yg budiman,,,,
Apa kabar ? Kangen banget dengan dunia tulis - menulis seputar kisah FF Jodha Akbar. Terima kasih untuk kalian yg sudah menunggu dan menanyakan karya2ku sebelumnya. Belum tau akan lanjut kapan. Tapi kali ini daku hadir dg karya terbaru.

Berbeda dg tema2 sebelumnya, yang lurus2 saja,   kisah JA ku kali ini hadir dengan tema perselingkuhan dan cinta dewasa. Tanpa bermaksud mendiskreditkan tokoh2 JA disini, kisah ini hadir mudah2an dapat menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi kita semua.

Jika tema dlm cerita yg daku angkat ini kelak kemudian hari menimbulkan kontroversi dan banyak yg menginginkan untuk tidak  dilanjutkan, saya akan dg senang hati menghentikannya. Semua tergantung kedewasaan kita dalam menilai sebuah karya.

Terima kasih dan selamat menikmati.

# DEALOVA ( Penantian 1001 malam )_ Prolog #

" Sayaaaaang, kau sudah selesai dandannya ? Aku tidak mau terlambat di acara yang spesial ini! " Surya berteriak dari dalam kamar, sementara Jodha masih sibuk menyuapi Aryan dan membetulkan kepang rambut putri bungsu mereka Araam . Surya tampak gugup hingga berkali2 ia mengulang untuk memakai dasinya. " Dan tolong bantu aku mengikatkan  dasi ini , will yah ? cepatlah ,,,,"

" Iya,,, iya,,, sebentar, sayaaang " Jodha berlari tergopoh2 menuju kamar mereka. Ia mengambil dasi dari tangan Surya dan mulai mengikatkannya. Sementara Araam menangis dan meminta Ibunya membetulkan kepang yg barusan ditarik oleh Aryan , kakaknya. " Tunggu sebentar , naaak,,,,,"

Surya memperhatikan penampilan Jodha yang masih mengenakan baju rumah dan menggulung rambut basahnya dengan handuk. Ia menjadi kesal " Kau belum siap juga?  aah,,,, kau ini benar2 payah, sudah berapa kali begini. Ini acara penting Jodha, aku memberikan kesempatan padamu untuk hadir disana sebagai istriku, lagi2 kau menurunkan citraku, kalau kau tidak mau pergi, bilaaang !" Surya dengan setengah kesal membetulkan lagi dasi yg tadi diikatkan Jodha, lalu duduk di ranjang. Jodha mendekatinya..

" Maafkan aku sayang, kau tahu anak2 sangat bergantung padaku, mereka sama sekali tidak mau di pegang oleh pembantu, aku harus bagaimana ?, kau tunggu saja, aku akan bersiap dengan cepat , oke ?"

Setengah jam kemudian Jodha sudah berganti penampilan , menggunakan gaun malam warna merah menyala dg bagian leher sedikit terbuka.  Mengikat rambutnya menjadi sanggul cepol sederhana, anting mutiara warna putih tulang , cincin kawin yang bertahtakan berlian dan make up yg sederhana, membuat tampilan Jodha menjadi semakin elegan. High heels yg sudah lama ditinggalkannnya pun ia kenakan malam ini, menambah jenjang penampilan kakinya yang dapat terlihat dari bawah gaunnya yang sedikit terbelah.

Aryan sudah rapi dengan setelan jas dan dasi kupu2 nya sementara Araam mengenakan gaun anak2 yang senada dengan Jodha.

Surya mengendarai sendiri mobil sport putihnya dan membawa keluarga kecil mereka ke Pesta Perusahaan yang akan menyambut salah satu pemilik syah dari perusahaan Bouraq enterprise, Jalaluddin Khaan, anak dari salah satu pendiri perusahaan tersebut,  Babur Khaan yang adalah relasi bisnis sekaligus teman Ayah Surya, Pratap Sighn. Surya dan Jalal adalah teman sejak kecil. Mereka sama2 kuliah di London, dan kembali ke Udaipur untuk menjalankan bisnis kontruksi yang sudah dijalankan Ayah mereka masing2. Menjadi dua sahabat yang sama2 punya hak dan pengaruh yang sama besar di perusahaan yang didirikan oleh Ayah2 mereka.

Suasana pesta yang meriah segera menyambut mereka. Surya segera bersalaman dengan rekan2 bisnis yang diundangnya dan para karyawan perusahaan. Jodha tertinggal jauh di belakang karena ia harus menurunkan Araam dan Aryan bergantian, seorang baby sitter mendekati mereka dan akan menggandeng tangan Aryan tapi Aryan menepisnya dan segera menggandeng tangan Jodha, Ibunya. Karena kedua tangan Jodha yg menggandeng kedua anaknya, ia jadi agak sulit berjalan. Di anak tangga yg menuju Lobby tempat pesta diadakan , Jodha hampir tergelincir kalau saja tidak ada sebuah tangan yang kekar tapi lembut yang menyanggga tubuhnya sehingga ia tidak jadi terjatuh. Dunia seakan berhenti dan  mereka saling berpandangan sesaat,,,

*****
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati telah letih

Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh……..
Bayangmu seakan-akan …………

Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu oh………..
Kau seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi

Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu Oh ……….
Kau seperti udara yang kuhela
Kau selalu ada, selalu ada, dan selalu ada
Yang selalu ada dan selalu ada ………..

DEALOVA_ONCE

TBC....

Dealova (Penantian 1001 Malam)_Part 2

#Dealova (Penantian 1001 Malam)-Part 2#

Terdengar suara tangis perempuan diujung telfon.

" Hallo, Jodha ada apa ? "

" Jalal, bolehkah aku tahu nama hotel dan nomor telfon tempat Surya menginap di Chennai ?"

" Ada apa ?"

Jodha masih sesegukan di telfon.

"  Araam, sejak pagi panas tinggi, dari hidungnya tak berhenti  mengeluarkan darah, aku panik dan membawanya ke Rumah Sakit, Ponsel Surya tidak bisa dihubungi, karenanua aku minta bantuanmu."

" Oke, sekretarisku akan mencarikannya. Aku jg br tahu pagi ini. Kau dimana aku akan menyusulmu."

" Tidak usah, aku hanya minta tolong itu, Jalal. Tidak apa2, aku baik. Ibu mertuaku sebentar lagi datang."

" Aku tetap memaksa, Jodha. Kau dimana?!"

Diam sesaat.

" Jodha?!"

" General Hospital."

" Baik setengah jam lagi aku sudah disana."

Jalal segera menutup telfonnya, mengenakan jas nya lalu tergesa2 keluar ruangan.

" Saleema tolong carikan nama hotel dan nomor telfon tempat Surya menginap, lalu segera kabari aku. Aku perlu secepatnya. "

Saleema berdiri dari duduknya,

"Baik Tuan. Apakah saya perlu meninggalkan pesan?"

Jalal menjawab sambil terus berjalan meninggalkan Saleema.

" Ya, katakan untuk menghubungi aku secepatnya. PENTING!"

" Baiklah, segera Tuan ."

Jalal menelfon supirnya untuk segera menyiapkan mobil lalu pergi mengendarainya sendiri menuju General Hospital.

****

Jodha terduduk di ruang tunggu sambil masih menangis memegang kepalanya ketika Jalal datang.

" Jodha, kau baik2 saja ? Dimana Araam ?"

Jodha mengangkat kepalanya dan segera berdiri. Jalal reflek memeluknya ingin memberikan sedikit ketenangan. Karena jengah Jodha segera melepaskan diri.

" Owh, maaf."

" Ar..Araam masih menjalani pemeriksaan. Dokter masih menanganinya di dalam. Entahlah mungkin dia diinfus atau apa. Aku hanya mengiyakan ketika mereka meminta persetujuanku tadi. Aku takut, Araam tidak pernah seperti ini." Jodha kembali menangis, dan Jalal kembali berusaha memeluknya , kali ini Jodha membiarkannya saja. Ia benar2 butuh seseorang yg menguatkanya. Terdengar langkah sepatu seseorang dr belakang mereka.

" Jodha, apa yg terjadi dengan Araam ? Bagaimana keadaan cucuku ?"

Jodha berlari ke arah Ibu mertuanya Ny. Ranisa.

" Ibuuu, aku tidak tahu , Bu...huhuhu."

Ny. Ranisa memeluk dan menenangkan Jodha.

" Jalal, kau disini ?"

" Iya, Bibi Ranisa. Kami sedang berusaha menghubungi Surya. Ia ada di Hotel Chennai ."

Tak berapa lama seorang lelaki berjas putih keluar bersama seorang perawat dari ruangan di depan mereka.

" Bagaimana keadaan anak saya dokter ?"

" Anda keluarganya ?"

" Ya saya Ibunya, ini Nenek dan,,, Pamannya."

" Kalau begitu ikut dengan suster saya, untuk pemeriksaan golongan darah dan rhesus. Anak anda butuh banyak darah. Saat ini Hb- nya turun drastis dan ia harus segera mendapatkan tranfusi."

Jalal ikut menyela.

" Ambil darah saya juga dokter, ambil sebanyak yg anda butuhkan untuk menolongnya."

" Baiklah, semua ikut dengan suster saya untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium. Kami  akan melakukan yg bisa kami lakukan , berdoalah."

Ketiganyapun pergi mengikuti seorang suster ke laboratorium. Dari pemeriksaan ternyata hanya golongan darah Jalal yg cocok. Jalal pun dipersiapkan untuk pengambilan  darahnya sebanyak 500 cc.

Jodha berada di sebuah kamar perawatan intensif. Di depannya kini terbaring Araam yg sedang tertidur pulas. Satu kantong darah sudah dimasukkan dan kini menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.  Malam ini Jodha harus menginap di rumah sakit . Ibu mertuanya sudah pulang dari tadi dan menginap dirumah mereka untuk menemani si sulung Aryan yang ditinggal di rumah. Jalal masih menunggui Jodha diluar kamar. Sebentar kemudian Jodha pun keluar. Tubuhnya tampak letih dan mata yg sembab akibat terus menangis dan menahan kantuk. Karena Araam di tempatkan di Ruangan ICU, Jodha terpaksa menunggu di ruang tunggu yg tersedia untuk penunggu pasien di luar . Ada satu sofa dan satu tempat tidur serta kamar mandi di dalamnya. Sesekali Jodha bisa melihat Araam dari luar ruangan melalui kaca, atau masuk ke dalam untuk sekedar melihat keadaannya dari dekat. Jalal masuk ke ruangan tunggu dimana Jodha berada sambil membawakan kopi hangat dan cemilan. Ia jg membawa makan malam untuk mereka berdua. Jodha meliriknya sesaat lalu kembali memandangi Araam lewat kaca.

" Jodha , makanlah. Sejak aku tiba tadi kau bahkan belum meminum air sedikit pun. "

" Tidak Jalal, aku tidak mau makan. Mana ada Ibu yang bisa makan di situasi seperti ini. Andai saja aku bisa menggantikan Araam, ooh Araam anakku, kau masih begitu kecil , nak." Jodha kembali terisak.

" Aku mengerti, tapi kalau kau tidak makan, kau tidak akan punya cukup tenaga untuk mendampingi dan merawatnya. Aku mohon makanlah. Paksakanlah dirimu untuk memasukan sesuatu." Jalal mengangsurkan bungkusan makanan yang tadi dibelinya. Jodha memandang Jalal terharu. Jalal hanya tersenyum dengan tulus. ' Aku tidak bisa melakukan lebih dari ini untuk menguatkan dan menenangkanmu Jodha, tapi aku yakin kau wanita yang tangguh.'

Sampai pagi menjelang Jodha dan Jalal masih berada di ruang tunggu. Jalal pamit karena ia harus masuk kantor. Jodha mengucapkan terima kasih dan Jalal pun berlalu dari sana. Semalam Surya sudah menelfon, dan dia berjanji akan pulang secepatnya pagi ini.

****

Sudah 2 hari Araam di rawat, ia sudah mulai sadar dan mencari2 Jodha. Pagi ini dr.  Suraj memanggil Surya dan Jodha ke ruangannya.

" Hasil pemeriksaan lanjutan untuk Araam sudah keluar. Laju pembekuan darahnya sangat lambat. Itu yg menyebabkannya lama sembuh bila ia mengalami luka. Mimisan yg sering terjadi padanya jg menjadi faktor ia anfal kemarin. Tn dan Ny. Suryabaan, anak anda menderita penyakit Leukemia. Ini hasilnya. "

" Apa dokter ? Leukemia ? Ya Tuhan, benarkah ?" Surya tak percaya dengan pendengarannua sendiri. Sementara Jodha tak mampu berkata2 dan langsung menangis di dada Surya.

" Saya sudah memastikannya dengan pemeriksaan yg lain sebagai second opinion, dan hasilnya tetap sama. Saya turut prihatin Tuan Suryaban. Tapi kita masih mengusahakan pengobatan untuk Araam, usaha terakhir adalah ia harus mendapatkan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah merah yg dangat dibutuhkannya. Kita akan melakukan usaha itu jika kalian setuju. Kita harus mendapatkan pendonor yg cocok dg sumsum tulang belakang anak anda, dan mungkin prosesnya agak lama."

" Apakah kami keluarganya tidak ada yg bisa di periksa untuk mendapatkan yang cocok dokter ?"

" Maaf Nyonya Jodha, pemeriksaannya sangat mahal, dan kemungkinan ada yg cocok dari keluarga anda sangat kecil. Biasanya kami sudah punya susunan atau spesifikasi dari pendonor, tinggal mencocokannya dengan Araam. Kami akan melakukan usaha terbaik, mudah2an segera ada yg cocok."

" Kami percayakan Araam pada anda Dokter Suraj, apapun yg terbaik bagi Araam tolong lakukanlah, jangan fikirkan masalah biaya, mudah2an kami masih bisa mengusahakannya."

" Tentu saja Tuan Suryabaan, mudah2an Tuhan menolong kita."

****

" Pokoknya aku mau ke Mommy ku,,,kalo Mommy ga pulang aku ga mau makan!"

Aryan menekuk muka dan melipat kedua tangannya sambil duduk di sofa. Di matanya mulai menggenang buliran bening yang siap turun dipipinya yang tampak gempal. Jodha memang masih di RS, sesekali pulang dan bergantian dengan Surya menunggui Araam. Saat ini Neneknya masih membujuk Aryan untuk makan. Kebetulan Jalal mampir mengantarkan Jodha pulang. Aryan berlari menyambutnya.

" Mommy,,,,aku kangen sama Mommy. Mommy kemana saja seh ?, aku mau makan sama Mommy."

" Sayang , Mommy capek sekali, kau main dulu sama Nenek ya , Nak. Mommy tidur dulu sebentaar saja. Nanti kita main lagi."

" Mommy bohong, pasti habis itu Mommy pergi ke tempat Araam, aku kan kesepian Mi."

"Mommy janji nanti kita main."

" Mommy bohong,,,,"

" Aryaaan,,,,!!." Jodha menjadi tidak sabar dan sedikit berteriak. Jalal yang menyaksikannya segera menenangkan Ibu dan anak itu.

" Hei, kau tahu Aryan, anak laki2 sejati harus selalu patuh pada Ibunya. Paman punya game baru dr internet, kau mau lihat ?"

" Tidak mau!"

" Kau yakin? Kau pasti belum punya ?" Jalal memberikan tanda pada Jodha agar segera naik dan meninggalkan mereka." "Ayo kita bertanding, kalau kau berhasil mengalahkan Paman, Paman akan berikan hadiah yang kau mau ?"

" Janji ?"

" Janjii, Ayo kita mulai."

Jalal menggandeng tangan Aryan fan ikut duduk di sofa lalu mulai membuka permainan di Ipad-nya.

Jodha bersyukur Jalal bisa membujuk Aryan, hal yang tidak pernah bisa dilakukan Surya ketika anaknya memgamuk atau marah. 'Aah mengapa rasa itu lagi, sudahlah Jodha.'

****

Jalal memulai rapat pagi ini tanpa Surya. Ia harus mengambil keputusan penting sehubungan dengan tender perusahaan yang dimenangkannya di Turki. Tentang siapa saja yang akan terlibat dan bagaimana pengerjaannya. Proyek ini akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaannya. Sebuah proyek pendirian gedung kebudayaan. ' Hal yang sangat dikuasai Jodha, ketika ia masih bekerja di Perusahaan ini. Tapi tidak mungkin melibatnya pada saat seperti ini' Gumam Jalal lirih. Sampai akhir rapat , ia masih belum bisa memutuskan apa2.

****

Keadaan Araam mulai membaik dan ia diijinkan pulang. Tapi dokter mengatakan, selama ia belum mendapatkan donor sumsum tulang belakang, keadaannya akan terus berulang. Sementara kepastian tentang kecocokan pendonornya masih belum juga ditemukan.

Surya dan Jodha pasrah dan berharap keajaiban segera datang. Tidak sedikit dari keluarga dan sahabat yang menawarkan bantuan. Walaupun biayanya sangat mahal, Surya tetap menginginkan mereka diperiksa. Dokter hanya mengijinkan orang yang memiliki golongan darah yang  sama dengan Araam. Ketika dokter itu teringat apakah orang yg mendonorkan darahnya waktu itu bersedia di periksa apakah sumsum tulang belakangnya cocok, Surya segera menelfon Jalal.

" Tentu saja Surya, aku akan lakukan apa saja asal anakmu selamat. Kapan pemeriksaan bisa dilakukan?"

" Secepatnya , nanti aku hubungi lagi. Dan terima kasih sebelumnya Jalal. "

" Ck,,, kau ini seperti aku ini orang jauh saja. Kabarilah aku secepatnya, dan jangan khawatirkan urusan kantor."

" Tentu saja, Terima kasih, bro ."

****

Dua minggu kemudian hasil pemeriksaan sumsum tulang belakang Jalal keluar, dan hasilnya cocok sehingga proses pencangkokan pada Araam akan dapat segera dilakukan. Keluarga Surya sangat bahagia. Jodha tak henti2nya bersyukur.

" Mommy, apakah aku akan sembuh?"

" Tentu saja sayaang, kau akan segera sembuh, kau harus kuat ya, kita pasti akan bermain ke pantai lagi. Kau suka kan ?"

Jodha memeluk Araam haru. Entah apa yang akan terjadi pada Jodha jika Araam tidak tertolong. Jodha berdoa dan mengharapkan keajaibam dari Tuhan, semoga operasi pencangkokannya berhasil. Dan semua ini karena Jalal. Kenapa ia sepertinya selalu terhubung  dengan kehidupan Jodha. Keraguan di benak Jodha kembali muncul. Keraguan yang bertahun2 disingkirkannya.' Inikah saatnya ? Mungkinkah ? Apakah aku harus membuktikan keraguanku ? Tidak,,, tidak perlu Jodha , sudahlah lupakan saja. Itu hanya satu kesalahan besar. Tapi,,,, '

****

" dr. Suraj, apakah anda mau menolongku ?"

" Ada apa Jodha ?"

" Tapi anda harus berjanji untuk merahasiakannya dokter, apapun yang terjadi ?"

" Tapi mengapa ? Ada apa Jodha,,,"

" Berjanjilah dokter, aku mohon dengan sangat , apapun hasilnya, bisakah anda merahasiakannya ?"

" Aku akan merahasiakannya jika itu menyangkut pasien, tapi jika terkait dengan kasus hukum, maka aku sudah diambil sumpah untuk memberikan keterangam dengan sebenar2nya. Jadi apa masalahmu ?"

" Bisakah anda memeriksa DNA dari sample darah Jalal dan di cocokan dg Araam?"

TBC,,,,