Minggu, 08 Maret 2015

*** FF Cinta Tapi Gengsi_Part 7 ***

Jalal tergesa2 menaiki anak tangga, berbelok ke kiri dan langsung membuka kamar Mirza,,,,

" Mirza,, bangun kau Mirza,,,,!!"

Mirza yg memang sedang tidur, sama sekali tak terganggu dg teriakan Jalal. Jalal tak sabaran dan menarik selimutnya, Mirza menariknya lagi tanpa membuka matanya sedikitpun. Jalal menghampiri Mirza ditempat tidur.

" Kalau kau tidak bangun juga sekarang, aku akan menghajarmu anak manja, tapi sebelumnya aku akan memenuhi tempat tidurmu dengan karet gelang, dan membiarkanmu tidur membusuk bersama karet2 itu, ,,,,."

" KYAA....Jangaaaaan,,,Tidak Kak,,Tidak,,,tidak,,,,, ampun,,,ampun aku bangun,,, okey,,, jangan karet2 itu,,, ohh no ....." Mirza terpaksa bangun sambil duduk di bagian atas tempat tidur. Ia selalu phobia mendengar kata karet gelang. Sesuatu yang rasanya kenyal dari karet2 gelang itu mampu membuatnya merinding bahkan hanya dengan mendengarnya.

Jalal masih dengan posisi berlutut diatas tempat tidur Mirza. Maju dan menoyor kepala adiknya Mirza. " Aku fikir kau kabur berbulan2, penyakit phobia mu itu sudah sembuh...Dasaaar,!!!,,,seperti ini masih berani meninggalkan rumah, dan hidup sendiri diluar sana ?? coba saja kalau kau berani meninggalkan rumah lagi.... Aku akan tutup semua akses dan akun mu di Bank,,,,.!!"

" Lalu mengapa tidak kau lakukan,,,? " Mirza mengeluh hampir tak terdengar..

" Apa kau bilang ????,,,,," Jalal sudah bersiap dengan tinjunya sambil tangan kirinya memegang kerah baju Mirza.

" Ehh,,,iiyaaa...iyaa,Kak,,,Ampuun,, pokoknya aku minta maaf deh, Okey ? Aku tak kan mengulanginya lagi Kak , sumpahh... Kau tahu Kak, hidup sendiri diluar itu sangat melelahkan, heheh....tentu saja aku lebih memilih hidup di istana dg segala kemewahannya. Tapi kalau aku tidak mencobanya kan aku tidak tahu,,kak,,Okey Kakakku sayang ? "

Jalal melembut. Dia memang tak berniat memarahi Mirza, ia terlalu sayang pada adik semata wayangnya itu. Mereka bersama2 sejak kecil. Susah senang sebagai adik kakak dan anak broken home sudah mereka rasakan bersama. Jalal rela mengorbankan apapun demi adiknya itu. Dari kecil ia selalu banyak mengalah pada Mirza. Dan sifat pengalah itu terbawa sampai mereka sama2 besar sekarang.

" Kemari kau Anak manja,,,!!!" Jalal menarik dan memeluk Mirza adik laki2 satu2nya itu. Mirza menyambut hangat pelukan Jalal, Kakaknya. Masih dlm posisi berpelukan itu ditepuknya bahu Mirza sambil mulai memarahinya lagi.

" Aww...untuk apa itu ?" Tamya Mirza kesakitan.

" Ini untuk Ma yang telah kau buat menangis setiap hari. Dan ini dari aku yg tega kau tinggalkan mengurus perusahan sendiri."

Jalal mengeratkan pelukannya sebelum akhirnya melemparkan Mirza kembali ke tempat tidur. Jalal melanjutkan.

" Minggu depan ada rapat penting di Hotel dan kau anak manja,,,be there or beware!!!!,,,,Kau dengar itu ?"

Tanpa menunggu jawaban Mirza, Jalal turun dari tempat tidur dan beranjak pergi.

" Yeahh....Mr. Presdir,,,,,owhhh." Mirza menutup wajahnya dg bantal dan mulai berteriak.

****

Senin pagi yang cerah,,,,

" Hai,, there,,, Selamat Pagii,,"

Seorang gadis tiba2 duduk dimeja dihadapan Jodha. Jodha yg sedang menyelesaikan laporannya sontak dibuat kaget , tapi ia lebih terkejut lagi ketika dilihatnya gadis yg duduk di depannya ini adalah Bella. Jodha langsung berdiri.

" Oo,, ohh Nona Bella anda disini ? , ooh umm , ,,,,aku belum sempat minta maaf atas kesalahanku padamu dihari pertama aku bekerja disini. Karena kau disini aku mohon maafkan aku atas kejadian itu." Jodha bersungguh2 sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

" Ahh sudahlah, aku sudah melupakannya. Jalal bilang kau gadis yang baik. Jadi aku sudah memaafkanmu sejak hari itu." Bella dengan logatnya yang agak manja, sontak membuat Jodha terheran2 , lain sekali dengan Bella yang ingin memecatnya pada insiden di hari pertama Jodha bekerja itu. Dan benarkah Pak Presdir mengatakan itu, mengatakan Jodha gadis yang baik. Owh senangnya.

" Kenapa ?, tampaknya kau heran yah dg perubahan sikapku...huwaaa,,, bisa dong aku jadi artis. Pandai kan aku berakting ? Yeaaay..." Bella mulai bertepuk tangan dan memasukan lolipop lagi ke mulutnya.

' Ya Tuhan , gadis seperti inikah yang akan jadi istri Jalal ?' Jodha tertawa geli dalam hati, sifat mereka saja bagai langit dan bumi,,,,xixixi. Ehh, Jodha cepat2 membuang jauh fikiran jeleknya. Ada kepedihan yg menyeruak di sisi lain dinding hatinya. Tentu saja ia tak berani bersaing dg Bella. Jodha terlihat sedih.

" Heii, kenapa kau melamun ? Hadeeuh,, aku akan melaporkanmu pada Jalal yah kl kerjamu tidak benar. Ohh iya dimana Jalal, aku sudah keruangannya tapi dia tidak ada. Ponselnya tidak aktif ketika aku mencoba menghubunginya  tadi ."

" Ohh Pak Presdir sedang ada rapat penting. Mungkin baru menjelang siang beliau selesai. Sampai malam nanti kegiatannya mungkin masih padat Nona." Jodha menjelaskan sambil melihat jadwal dimejanya.

" Hemmh baiklah kelihatannya memang sudah nasibku, harus siap dinomor duakan oleh tunanganku. Ehh begini saja, berapa nomer ponselmu aku akan selalu menghubungimu untuk tahu kegiatan Jalal. Dan begitu ia punya waktu senggang aku akan langsung mengejutkannya. Bisakan ?"

Bella menunggu jawaban Jodha. Mau tak mau Jodha mengiyakan permintaan Bella. Bella menjabat erat tangan Jodha dan menyatakan Jodha adalah temannya kini. Bella meninggalkan Jodha dan melangkah keluar kantor.

***

Tepat menjelang makan siang Rapat berakhir. Saleema memberikan beberapa tugas pada Jodha. Siang ini Saleema akan pulang lebih cepat, karena Raheem anaknya sedang sakit. Jodha mengerti dan berdo'a agar Raheem cepat sembuh.

" Terima kasih , Jodha. Aku sudah berhutang banyak padamu. Ini hasil rapat tadi, tolong disusun lagi dan berikan reviewnya pada Pak Presdir segera. Ada beberapa jadwal disore hari dan ini beberapa daftar yg harus kau kerjakan. Sekali lagi terima kasih Jodha. Bye,,,,muaaah. " Saleema melakukan kissbye dan segera berlalu dari sana.

Jodha membaca lagi beberapa jadwal yang harus dikerjakannya bersama Jalal sore ini.

2.00 pm : Melihat persiapan pesta pernikahan Mr. David Burningham anak seorang pejabat yg di selenggarakaan besok malam .

4.00 pm : Menemui seorang ajudan senator untuk sebuah rencana konfrensi.

8.00 pm : Menyiapkan tiket menonton konser untuk Jalal dan Bella. 

Tugas terakhir itu terasa menyesakkan dada Jodha. Tapi mau tak mau ia harus mengerjakannya.

Tepat pukul 2 siang Jodha sudah bersiap menemani Jalal untuk memeriksa kesiapan ballroom hotel mereka yg akan dipakai untuk pernikahan anak seorang pejabat. Jalal memperhatikan setiap detail yang terpasang di dalam ruangan. Ia juga memberikan beberapa arahan apa2 yang harus di ubah atau ditambahkam sesuai dengan konsep yang diinginkan oleh si empunya pesta.

Jodha melihat ada keributan kecil di ujung ruangan. Dan ternyata itu adalah calon mempelai wanita bersama dua orang temannya. Ia meminta kepada resepsionis hotel untuk membuka salah satu kamar yg di booking oleh nama yg tertera di kamar itu. Resepsionis itu bersikeras ia tidak dapat melakukan hal itu , karena itu akan mengganggu privasi tamu mereka. Jodha sekali lagi menjelaskannya tapi ia malah terkena bogem mentah dari wanita yg emosinya sudah tersulut itu.

" Kau tidak tahu apa2 Nona, kau tidak tahu bagaimana rasanya jika calon suamimu selingkuh dg wanita lain, bahkan di hari menjelang pernikahan mereka. "

Wanita itu lalu menangis, 2 orang temannya sudah meminta maaf pada Jodha dan menenangkan si calon pengantin perempuan. Jalal datang ke sana dan segera diberitahu apa yang terjadi. Ia melihat kearah Jodha yang masih meringis kesakitan. Jalal memerintahkan resepsionis itu memberikan kuncinya kepada seorang manager hotel dan memberitahukannya apa yg harus dilakukan. Manager hotel mengerti instruksi dari Jalal dan segera membawa para tamunya ke kamar yg dituju. Jalal berjalan ke arah Jodha dan memegang pipinya.

" Masih sakit kah ? " Suara Jalal melembut tidak seperti biasanya.

" Ooh, umm tidak apa2 Pak Presdir , nanti juga sembuh. " Jalal tak begitu saja percaya melihat luka memar yang baru saja muncul di pipi Jodha.

" Ayo ikut aku. " Jalal segera menggandeng tangan Jodha dan membawanya pergi dari sana,,, Jalal membawa Jodha ke ruangan pribadinya. Sebuah kamar hotel di lantai 1 dengan fasilitas suite hotel. Jalal mendudukan Jodha di sofa-nya, lalu beranjak menuju ke lemari es dan mengambil kotak obat2an serta kompres. Jalal meletakkan kompres itu di pipi Jodha, Jodha mengerang sesaat. Menyuruh Jodha memegang kompresan itu sementara ia membuka sebuah kotak obat2an.

" Pejamkan matamu dan jangan berteriak." Jalal menyingkirkan kompresan yang dipegang Jodha dan mulai mengoleskan obat yh rasanya dingin iyu di seluruh memar Jodha. Dari bahian pinggir kelopak mata lalu ke tulang pipinya. " Kau selalu saja ada disaat yg tidak tepat Nona Jodha, sebaiknya kau lebih berhati2 ketika menghadapi klien yang sedang emosi. Kau mau aku melaporkannya or what ?" Jodha membuka matanya perlahan, masih terasa ngilu tapi dia bisa menahannya. Berada sedekat ini dengan pria yang dikaguminya mau tak mau membuat jantung Jodha berdetak kencang. Ia tak dapat menyembunyikan rasa gugupnya. Mata Jalal yang teduh dan kekhawatirannya barusan benar2 bukan gambaran Jalal seperti biasanya. Dan ketika pandangan mereka bertemu dunia teras berhenti berputar untuk Jodha Jalal mengulangi pertanyaannya. " Sebaiknya kita melaporkannya sekarang agar lukamu segera di visum."

Jalal sudah akan beranjak tapi Jodha cepat2 menghentikannya. " Tidak Pak Presdir, itu akan membuat citra hotel king menjadi buruk. Setelah kejadian tadi kita jarus bersiap mengalami kerugian karena kemungkinan pesta pernikahannya di batalkan, aku tidak mau hal ini menjadi tredding topic diantara pengusaha perhotelan lain yg mungkin saja akan memanfaatkan situasi ini. "

" Aku tahu , Jodha. Tapi aku bukan orang yg bersembunyi di balik penderitaan para karyawanku. Aku membesarkan bisnis ini dengan kejujuran dan loyalitas, dan akan tetap seperti itu. " Jalal kembali berbicara keras pada Jodha untuk menegaskan sikapnya.

" Aku tahu Pak Presdir, tapi anda juga harus memikirkan nasib karyawan lain seandainya berita ini di blow up. Aku mohon kita lupakan saja masalah ini. "

Jalal duduk kembali dan memikirkan kata2 Jodha. Walaupun tidak sesuai dengan kata hatinya, entah mengapa Jalal akhirnya menerima keputusan Jodha. Tiba2 ponsel Jalal berdering dan tertera nama Bella dilayarnya,,,,,

TBC,,,,,

2 komentar:

  1. keren mbak fat,,,dinanti selalu karya mbak fat :)

    BalasHapus
  2. Jalal...keNapa Hatii daN jaNtuNgMu tidak bergetarr terhadap Jodha.... trus Jodha kasiaN baNget kareNa CiNtaMu Msih brtpuk sblah tNgaN... yaNg sabar yaa... LaNjuutNya gaa sabar Nee..Mkasih Mbk fatiMah

    BalasHapus