Kamis, 12 Maret 2015

FF CINTA TAPI GENGSI_PART 12

Jodha terlalu menghayati lagu yang sedang dinyanyikannya , hingga tak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya dari sisi kiri panggung. Mirza begitu terpesona dengan penghayatan lagu yg dilakukan Jodha. Hingga tak terasa lagu itu pun telah berakhir kini. Dan tepukan riuh dari penonton membangunkan Mirza dari keterpanaannya. Ia lalu ikut memberikan applause dg tepukan tangan paling keras. Mau tak mau Jodha mengarahkan pandangannya ke arah Mirza , Mirza tersenyum lalu berjalan ke arah Jodha. Jodha memberikan gitarnya pada salah satu orang dipanggung.

 " Apa yang kau lakukan disini ? " Sapa Jodha. " Sama sepertimu,,," kata Mirza cuek. 

 " Appaa ,,,? " 

 " Menghilangkan galau,,," Mirza kembali menjawab sekenanya.

 " Hemmh Sok tahu,,, darimana kau tahu kalau aku galau ? Hahaha...ngaco."

 " Dari lagumu,,,." 

 " Tidak selamanya penyanyi membawakan sebuah lagu yg menggambarkan suasana hatinya,,," kata Jodha membela diri.

 " Tapi lagumu barusan menggambarkan suasana hatimu kan,,,,?" Jodha membulatkan matanya yang memang belo ke arah Mirza dan Mirza hanya tertawa .

 Jodha mengajak Mirza ke sebuah taman yg terletak tak jauh dari cafe Dadisa , setelah tentu saja terlebih dahulu membelikan Mirza ice cream seperti yang dijanjikannya. Mirza tertawa ringan melihat apa yg dilakukan Jodha. " Aku fikir kau lah yg terobsesi untuk menikmati es krim dg alasan membelikannya untukku."

 " Maksudmu..? ." Mata Jodha terpicing tak mengerti.

 " Maksudku, perempuan sering melakukan hal2 aneh agar terlihat bukan dirinya yg menginginkannya tapi suami atau pasangannya. Seperti membeli es krim ini, mungkin untuk alasan diet kau pasti tak mau memakannya malam2 begini, tapi mengapa kau bersikeras membelikannya untukku? apa hanya untuk menutupi keinginan terdalammu untuk makan es krim padahal sebenarnya kau tidak boleh , atau adakah es krim ini mengingatkanmu pada seseorang hingga kau terobsesi menikmatinya ?."

 " Ya Tuhan sepanjang itu ceramahmu dan ini hanya tentang mengapa aku membelikanmu es krim ? , kau benar2 orang yg rumit, Mirza." Jodha menaiki sebuah ayunan dan mulai memakan es krimnya. Sebenarya mungkin yang dikatakan Mirza ada benarnya, jodha memaksa membeli es krim malam ini karena ia terlalu rindu pada Jalal. Es krim ini mengingatkan Jodha pada ' kencan' tak disengajanya dengan Jalal. 

 " Haha....kau jadi terlalu serius Jodha, sudahlah aku hanya bercanda. Aku jg senang es krim kok.Terima kasih... Cheerss..." Mirza mengangkat es krimnya ke arah Jodha. Mereka diam sebentar menikmati es krim-nya masing2. Lalu Mirza memulai lagi membuka percakapan.

 " Kau pernah jatuh cinta , Jodha ?" Mirza mengatakannya sambil menatap langit yg penuh bintang malam ini. Jodha melirik Mirza .

 " Hemmh,,, tentu saja,,,aku kan perempuan normal. " ujar Jodha sedikit sinis. Mirza terkekeh memandang Jodha.

 " Memang siapa yang bilang kau perempuan jadi2an ? Hahaha...." Mirza mengatakanya dengan mimik muka yang lucu.

 " Haisshh, kau ini tak pernah serius..aku pernah jatuh cinta, dan mengetahui orang itu mencintai orang lain adalah hal yang paling menyakitkan. Tapi aku tak pernah belajar bagaimana caranya untuk berhenti mencintai,,kenyataannya aku selalu jadi orang yg senantiasa mencintai dan bukan dicintai ,,,." Jodha heran sendiri pada dirinya , mengapa ia bisa begitu gamblang dan selancar ini mengungkapkan apa yg ada di hatinya pd seorang lelaki yg baru dikenalnya itu. Mungkin karena pembawaan Mirza yang cuek dan santai , hingga Jodha lebih bisa terbuka padanya. Jodha melanjutkan " heii, tapi mengapa kau menanyakan itu ? Kau sedang jatuh cinta yah, dan kau membutuhkan saranku untuk menyatakan cintamu pada gadis itu ? Woww,,, baiklah, mungkin aku akan memberikanmu beberapa tips...Ayoo katakan,,,,." 

 Mirza tersenyum pahit. " Bagaimana kalau kau mencintai seseorang yg tak mungkin ditakdirkan untukmu ??" Mirza kembali mengerlingkan matanya ke arah Jodha. Pertanyaan Mirza seperti menohok Jodha tepat di hatinya.

 " Bagaimana kau tahu kalau dia bukan takdir atau jodohmu ? , maksudku adalah,,, kau tidak mungkin dibekali sinyal secanggih itu untuk mendeteksi siapa yg akan menjadi jodohmu kan ? Jadi keep on fighting, selagi kau blm tahu hasilnya teruslah berusaha..." sebenarnya Jodha Jodha lebih menujukan kalimat itu untuk dirinya sendiri.

 " Andai seseorang yang kita cintai bisa mencintai kita juga, tentu tidak akan terlalu sulit,,,," Mirza mendengus pelan. 

 " Karena hidup juga tidak pernah semudah menghitung 1, 2 , 3 kan ??? Semangaaatt." Jodha memperhatikan Mirza sesaat, lalu kembali tersenyum. ' kelihatannya ia seseorang dengan hati yang amat lembut, beruntung sekali perempuan yg mendapatkan cintanya'.

 ***

Seharian ini Jalal uring2an dikantornya. Semua yg dikerjakan karyawannya dianggapnya salah dan tidak sesuai dg keinginannya. Inspeksi nya ke ruangan2 dan kamar2 hotel menciptakan suasana ruwet yang lain dari biasanya. Jalal menghempaskan tubuhnya ke sofa diruangannya. Jodha yang saat itu mengikutinya pun tak luput dari amukannya. Ada2 saja pekerjaan Jodha yang dianggap kurang memuaskan hingga Jodha harus mengulanginya lagi dan lagi. Menjelang waktu pulang, Jodha masuk sebentar ke ruangan Jalal, untuk menyerahkan laporan yg tadi diperbaikinya sambil pamit pulang.

 " Maafkan aku , Sir,,,sudah waktunya pulang,,, ataukah ada hal lain yang harus kukurjakakn ,,, ?" Jodha berdiri di depan meja Jalal sementara Jalal duduk membelakangi Jodha di kursinya. Dan tanpa berbalik, Jalal mengatakan ,

 " Tidak, kau boleh pulang." Jalal masih dengan nada yang datar.

 " Ataukah kau membutuhkan sesuatu sebelum aku pulang, Sir,,,aku akan mengambilkannya." Jodha menawarkan lagi. Jalal kesal dan berbalik marah.

 " Tidak usah pura2 baik dan sok perhatian padaku Jodha , Pulanglah dan tinggalkan aku sendiri,,,,!!" Jodha membelalakan matanya tak percaya dengan Jalal yg membentaknya kasar seperti itu.

 " Kalau Anda berfikir aku hanya pura2 baik atau cari perhatian, anda salah Pak Presdir, aku hanya mengerjakan bagian dari tugasku disini,,, sepanjang pagi ini kau menumpahkan kekesalanmu pada seluruh pegawai. Apa Anda tak merasa anda menjatuhkan wibawa anda sendiri dg berbuat seperti itu, harusnya Anda lebih profesional Pak Presdir untuk tidak mencampur adukkan masalah pribadi anda dg pekerjaan." Jodha mengatakannya dengan berapi-api. Jodha sudah kesal dg sikap Jalal yg selalu saja arogan dalam menyikapi sesuatu. ( Mr. Arrogant Man ,,,,hahaha). 

Jalal berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Jodha , lalu menarik siku Jodha. " Kau kira apa yang kau lakukan Jodha ? kau bukan siapa2 , kau tak berhak mengatakan hal2 seperti itu padaku ! Owh apakah karena kita berciuman kemarin lalu aku menganggapmu lebih dari sekedar karyawanku hingga kau berani mendikteku ? " Jalal makin mengeratkan pegangannya ke siku Jodha hingga tubuh Jodha kini ikut merapat. Jodha ingin melepaskan diri, tapi pegangan tangan Jalal terlalu kuat. Mereka saling bertatapan kini. Jodja meringis kesakitan. Jalal menyadari kesalahannyaa dan buru2 melepaskan Jodha , lalu kembali berbalik ke kursinya. Dengan masih membelakangi Jodha.

 " Pulanglah Jodha, dan tolong maafkan aku, kau benar harusnya aku bersikap profesional...aku mohon, tinggalkan aku sekarang." Jalal duduk kembali. Ada yang menyayat pedih di hati Jodha, bahkan ketika Jalal bersikap kasar padanya seperti itu , Jodha masih tetap merasa kasihan dan tak tega meninggalkannya sendirian . Tiba2 Jodha tahu apa yg harus ia lakukan. TBC,,,,,

4 komentar:

  1. MakiN seruu Nee Mbak FatiMah...kasiaN JodhaNya...jalal kaMu kok Jahatt baNgett.. NaNtii kalau kaMu ciNta Matii baru kapok..

    BalasHapus
  2. Aaahhh.....Jalal lagi galau bener ya sampe ngamuk2 gitu, mba Fatima jangan bilang kalo Mirza juga jadi suka sama Jodha ya...kan kesian jadinya harus 2x kecewa gegara kedua wanita yg dia suka semuanya hanya suka sama kakaknya.....ksian...ksian...ksian...

    BalasHapus
  3. hurraaaaaa...berhasiiiilll...saya suka mak faraaaaaa......lanjuut

    BalasHapus