Rabu, 11 Maret 2015

*** FF Cinta Tapi Gengsi_Part 11 ***

Jalal dan Jodha menjadi salah tingkah setelahnya. Tak ada kata2 yang terlon tar dari mulut mereka. Hanya kebisuan dan mata yang saling memandang. Tubuh Jodha yg menggigil memberikan sinyal padanya untuk segera berganti pakaian. Akhirnya Jodha pamit untuk mandi terlebih dulu. Sedangkan Jalal berinisiatif untuk membersihkan tumpahan Cola tadi . Jalal tak habis fikir apa yg telah ia lakukan pada Jodha. ' Dia karyawanmu Jalal, apa yg kau lakukan. Ini menentang prinsipmu sendiri.' Jalal lebih menyalahkan dirinya sendiri. Ahh, harusnya ia tak memberi harapan palsu pada gadis itu.

Setelah Jodha selesai mandi , gantian Jalal yg mandi. Jodha memberikan baju mandi yg masih baru pada Jalal dan meminta Jalal menyerahkam pakaiannya untuk dicuci. Setengah jam kemudian Jalal sudah memakai pakaiannya lagi yg langsung dikeringkan dan di gosok oleh Jodha sebentar tadi. Dan kembali suasana canggung hadir diantara mereka . Jodha bahkan tak berani menatap Jalal langsung ke matanya. Jalalpun segera pamit dan mengucapkan terima kasih. Jodha hanya mengantar Jalal sampai pintu keluar rusun, setelah memastikan Jalal mengetahui arah menuju pulang ke rumahnya.

Jalal pulang menggunakan Taxi . Setelah Jalal memberitahukan kemana tujuannya kepada supir taxi , Ia lalu bersandar dan mengambil ponsel dari saku jasnya. Jalal tersentak ketika melihat 20 panggilan masuk ke ponselnya yg terabaikan dari semalam. Dua nomor berasal dari Mirza dan Ibunya. 'Ya Tuhan , aku lupa mengembalikan silent mode semalam'. Di hubunginya nomor yg terakhir menelfonnya. Terdengar suara Mirza di seberang telfon.

" Hallo Kak, kau kemana saja ? kau tidak pulang semalam ? ponselmu berkali2 diluar jangkauan, ketika terhubungpun kau tak mengangkat telfonmu. Kau pasti tak membaca pesanku juga kan Kak ? "

"Mirza ,,, Jangan menginterogasiku terus , cepat katakan , ada apa ? " Jalal tak sabaran dan meremas dagunya sendiri.

" Bella masuk rumah sakit semalam , Kak... kondisinya kritis. " Mirza mendengus perlahan.

" Apa !!, ta..tapi kenapa ? " Jalal bangun dari posisi menyandarnya.

"Aku tidak tahu apa yg terjadi, bibi menelfonku dan mengatakan Bella tak mau menghabiskan makanannya sejak beberapa hari yang lalu. Ia terdiagnosa mengalami dehidrasi berat dan low intake ( kurang cairan dan kurang asupan makanan.red), cepatlah datang ,Kak." Mirza menyebutkan nama sebuah Rumah Sakit di London.

" Baiklah , aku sedang menuju ke sana." Jalal memberitahukan kepada supir Taxi tujuannya saat ini. Dan Taxi itu segera melesat ke tempat yang dimaksud.

***

Bella tersadar diruangan yang serba putih, awalnya pandangannya agak samar, lalu menjadi jelas. Bella melihat melihat orang2 yg menunggunya dengan cemas Ibunya, Ayahnya , Bibi Hameeda dan Mirza. Tapi tak ada sosok Jalal. Bella terlihat kecewa dan kembali memejamkan matanya. Orang tua Bella terdengar sayup2 memanggil namanya.

Dokter memastikan bahwa masa kritis Bella sudah terlewati. Bella sedang tidur saat ini setelah di berikan berbagai cairan dan makanan yang dialirkan melalui selang infus. Dokter mengatakan bahwa Bella perlu istirahat sekarang dan mempersilahkam keluarga menungguinya secara bergantian.

Dua jam kemudian Jalal tiba di Rumah Sakit. Jalal mengangguk hormat kepada kedua orang tua Bella. Ia lalu diijinkan masuk menemui Bella.

Bella masih tertidur. Dilihatnya wajah Bella yang nampak pucat pasi, bibirnya membiru akibat kekurangan oksigen karena proses dehidrasi. Jalal membelai lembut wajah Bella. Jalal tahu , sebagian besar insiden ini pasti karena keputusannya untuk mengakhiri pertunanganya dengan Bella beberapa hari yg lalu.

Sementara di luar ruangan,,,,

Mirza memperhatikan Hameeda Ibunya yang duduk dengan gelisah. Sebenarnya ia ingin bertanya apa yang menyebabkan Bella mengalami hal seperti itu. Yang Mirza tahu, Bella bukan orang yang pandai menyimpan masalah. Ia selalu saja bercerita pada siapapun tentang hal yang mengganggunya. Mengapa sampai Ibu Bella sendiri pun tidak tahu masalah apa yg sekiranya sedang menimpa Bella , anaknya. Dan satu jawaban yang pasti adalah mungkin saja ada hubungannya dengan Jalal. Mirza tidak sabar untuk bertanya pada Ibunya Hameeda.

Mirza pamit sebentar kepada kedua orang tua Bella dan mengajak Hameeda untuk pergi ke taman yang ada dibagian tengah Rumah Sakit itu. Mirza menyerahkan minuman hangat yg dibelinya di cafe RS barusan pada Hameeda.

" Ma , ada satu hal yang mengganggu fikiranku, " Mirza berhenti sebentar lalu melanjutkan " Bukankah aneh bila seseorang menolak makan jika ia memang tidak sedang mempunyai masalah. Apakah ada sesuatu yg mengganggu fikiran Bella ? Ia juga dekat denganmu kan , Ma. Dan sudah Mama anggap sebagai anak sendiri. Katakan padaku , apakah Bella menceritakan sesuatu ?" Mirza menunggu reaksi Hameeda. Sebenarnya hal inilah yg ditakutkan Hameeda ketika Jalal bertanya tentang Mirza beberapa hari yang lalu. Hameeda takut Jalal akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Bella lalu mengambil tindakan sefihak.

" Apa maksudmu , Nak ? " Hameeda pura2 tak mengerti.

" Ma, apakah kau yakin tidak memberitahukan Jalal tentang perasanku pada Bella ? " tanya Mirza setengah menyelidik. Hameeda diam sesaat. Mirza bisa menduga ada sesuatu yang tidak beres.

" Nak, kebahagian anak2 adalah hal yg prioritas untuk setiap orang tua. Aku hanya tidak ingin ada anakku yang berbahagia diatas penderitaan anakku yg lainnya." Hameeda mulai terisak.

"Jawab saja pertanyaanku , Ma ..iya atau tidak Mama menberitahukan Jalal tentang perasanku pada Bella ? "

" Iya, tapi maksudku adalah,,," Mirza memotong kalimat Hameeda. " Maaa, bukankah kau sudah berjanji ??"

"Ya Mirza tapi aku,,,,"

" Mengapa kalian berdua masih saja menganggapku seperti anak kecil. Aku ini sudah dewasa ma, tidakkah kalian bosan memperlakukan aku seperti kaca yg takut pecah ? Tidakkah kalian percaya aku dapat menyelesaikan masalahku sendiri ? Mengapa kalian selalu saja menganggapku orang yang lemah ?

" Mirza dengarkan aku, Nak,,,"

" Kau sama saja seperti Jalal , Ma,,,kalian selalu saja menganggapku lemah,,, aku kecewa pada kalian!!!" Mirza berdiri dan bersiap pergi dari tempat itu.

" Mirzaaaa,,,,!!!!"

Mirza berhenti sebentar sebelum akhirnya ia benar2 meninggalkan tempat itu.

***

Bella terbangun dan melihat Jalal disisinya. Karena kelelahan akibat tidak tidur dengan benar semalaman, Jalal akhirnya tertidur di sebelah tempat tidur Bella dengan posisì duduk , sementara kepalanya berada ditempat tidur Bella,,,

Bella tersenyum dan mengusap lembut rambut Jalal. Jalal terbangun dan Bella tersenyum padanya,,,

" Akhirnya kau kembali padaku Jalal, betapa aku merindukanmu,,,"

" Bella , aku,,,"

" Ssshhttt,,, aku tak perlu mendengar penjelasanmu, aku mengerti..."

Jalal mengurungkan niatnya untuk menjelaskan lagi pendiriannya pada Bella. Tapi Jalal menahannya karena tak ingin menambah luka di hati Bella dan situasi yang tidak tepat untuk saat ini. Jalal berharap Bella mengerti suatu jari nanti. Jalal berpamitan pada Bella dan Ibunya karena ia harus pergi ke Hotel untuk bekerja. Jalal berjanji ia akan kembali pada sore harinya.

***

Jodha gelisah menunggu kehadiran Jalal. Hari Minggu kemarin terasa begitu lama baginya. Hanya dengan melihatnya saja Jodha merasa bahagia dan merasa bisa menjalankan hari2nya. Apalagi setelah insiden ' cola kiss' kemarin , rasanya jantung jodha berdegup lebih kencang dari biasanya .Tapi sungguh ia masih tak berani berharap lebih. Apalagi ia tahu Jalal sudah bertunangan dengan Bella. Jodha menjadi sangat bersedih. Diam2 mengagumi orang seperti ini , sungguh sangat menyiksa. Tapi, benarkah Jodha tak lebih dari sekedar mengagumi Jalal ? Ahh tidak,,, tidak mungkin . Lalu apa artinya ciuman mereka kemarin ? Owh pasti mereka hanya terbawa suasana saja kemarin. Yah,,ya Jodha meyakinkan hatinya sendiri. Jodha memutuskan untuk bersikap biasa saja dan menganggap tidak ada hal yang istimewa yg terjadi antara dirinya dengan Jalal dan memang tidak akan pernah terjadi. Bukankah ciuman kemarin hanya masalah 'daging bertemu daging ?',,,Aaah Jodha jadi pusing sendiri dibuatnya.

Sepanjang pagi hingga siang harinya. Jalal benar2 tidak datang ke kantor. Jodha cemas tak beralasan , siapa Jalal bagi dirinya , hingga ia begitu khawatir. Dari Saleema Jodja mengetahui , bahwa Jalal sedang menunggui Bella di Rumah Sakit. Dan hari itupun berlalu dengan sangat lama bagi Jodha. Jodha memutuskan untuk pergi ke cafe Dadisa sepulang kerja. Ke sanalah ia biasanya jika hatinya sedang kacau dan galau.

÷÷÷÷

Mirza masuk ke sebuah cafe, dipesannya lemon lime dg irisan jeruk yg banyak. Di depan sana seorang penyanyi sedang bernyanyi sambil memainkan sebuah gitar,,,,

^^^
Heer Heer na akho odiyo O teman, jangan panggil aku Heer

Main te Sahibaan hoye
aku sekarang Sahiban

Ghodi leke aave le jaaye
Aku harap dia datang dengan menunggang kuda, membawaku pergi

Ghodi leke aave le jaaye
Aku harap dia datang dengan menunggang kuda, membawaku pergi...

Ho mainu le jaaye Mirza koi
Aku berharap Mirza datang untuk ku dan membawaku pergi

Le jaaye Mirza koi
Aku berharap Mirza datang untuk ku dan membawaku pergi

Le jaaye Mirza koi
Aku berharap Mirza datang untuk ku dan membawaku pergi
Ho,,ooh

^^^

Mirza mendekat ke arah panggung tempat penyanyi itu bernyanyi, dan ia terkejut sekaligus tersenyum begitu melihat penyanyi dengan suara merdu itu adalah Jodha,,,,,,

TBC,,,,,,

2 komentar:

  1. Kyaaaa,,,,,, pict paling bawah bikin saya Specleessssssss.... itu ceritanya Mirza yg cium Jodha???? xixixixi

    BalasHapus
  2. Lanjut......udah g sabar nie....hihi

    BalasHapus