Senin, 16 Maret 2015

FF CINTA TAPI GENGSI_PART 15

" Aww,,," BRUUUK,,, Jalal jatuh terjengkang ke belakang sedangkan jodha kini tepat berada di atas tubuh Jalal. Rambut Jodha yang basah tergerai mengenai sebagian wajah Jalal. Jalal yang merasa kesakitan di bag ian punggungnyapun mengerang kesakitan. Sambil masih dengan posisi Jodha di atas Jalal. " Owhh, Jodha apa yang kau lakukan ?" Jalal reflek memegang punggungnya , untungnya Jodha jatuh sambil meletakkan tangan di depan dadanya dan dada Jalal untuk menahan tubuhnya agar tidak terlalu melekat ke dada Jalal, dan untungnya lagi ia sudah memakai baju mandi yang memang tersedia di kamar hotel itu, tapi sialnya Jodha belum memakai pakaian dalamnya karena ia baru saja akan mengambilnya di dalam tas nya tadi. Mengingat hal itu Jodha segera bangun dengan terburu2 tanpa melihat ke arah Jalal, sambil lebih merapatkan baju mandinya. Tapi teringat Jalal yang sangat kesakitan, Jodha kembali lagi dan membantu Jalal berdiri. Jalal tidak berkata apapun dan langsung masuk ke kamar mandi. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi bel dari pintu kamar hotel . Pasti itu bubur yang dipesannya tadi untuk Jalal, ahh bagaimana ia akan membuka pintunya dengan keadaannya seperti itu, bagaimana kalau petugas hotel itu melihat mereka bersama di dalam satu kamar ? Walaupun ini London, kota yang juga terkenal dengan simbol kebebasannya, tapi Jodha yg lahir di tanah India dengan segala adat istiadat dan norma kesopanannya masih belum bisa menerima hal tersebut. ' Hayy Rabba, tolonglah aku, selamatkan aku dari penghinaan ini.' Karena bel di pintu tak segera berhenti, Jalal keluar dari kamar mandi dan melihat Jodha yg berdiri ketakutan menghadap pintu. Dari bahasa tubuhnya Jalal dapat menduga bahwa Jodha tidak berani membuka pintu dengan keadaannya yg seperti itu. Jalal memberikan tanda ' tidak apa2 aku yang akan membuka pintunya ' . Jodha bergerak mendekati pintu dan berdiri di balik pintu sekarang. Jalal mendekat dan membuka pintunya. " Ooh Selamat Pagi, Sir,,, koki di dapur memerihtahkanku mengantar ini ke kamar anda. " Jalal mengangguk sambil tetap berdiri di depan pintu. Ketika petugas itu akan melangkah masuk Jalal menahannya. " Uum ,, aa,, aku saja yang akan membawanya." Jalal menerima nampan dari petugas hotel itu. Dan ketika Jalal baru saja akan menutup pintu datang petugas lain dengan membawa gantungan pakaian. " Maaf,,, Sir ,,Seseorang dari butik D' Resyam mengantarkan ini untuk seseorang yang menelfon dari kamar anda. Jalal melirik sebentar Jodha yg berada di balik pintu, dan Jodha hanya mengangguk. " Uff,,, Baiklah itu aku, tolong katakan pada pegawai Resyam, aku akan mengurus pembayarannya nanti. Kembalilah bekerja dan Terima Kasih ." " Ohh, You're welcome , Sir,,,." Kata kedua petugas itu hampir bersamaan sebelum Jalal menutup pintunya. Jodha segera mengambil nampan dan hanger dari tangan Jalal. Dan Jalal hanya bisa memandangnya dengan heran,,, " So Sorry , Sir,,, aku tak mengira mereka akan datang secepat ini." Jodha masih belum berani menatap Jalal. " Tentu saja mereka akan segera mengantarkannya, selain karena aku adalah Presdir di hotel ini, aku juga tahu kredibilitas pegawaiku, Jodha. Yang akan segera datang begitu mereka dibutuhkan." Jalal mengatakannya dengan tegas seolah ingin mengingatkan pada Jodha bahwa ia adalah pemilik hotel itu. " Owh,,uff,, iya,,,sekali lagi maafkan aku , Sir,,, aku permisi sebentar. " Jodha masih dengan menunduk melewati Jalal dan masuk ke kamar mandi untuk memakai bajunya. Jodha sedikit lega paling tidak Jalal menyelamatkannya dari pandangan buruk petugas hotel akan keberadaannya di kamar Jalal. Sedangkan Jalal langsung duduk di sofa dan menggeleng2kan kepalanya lalu tersenyum sinis mengingat 'lagi2' ia harus berhadapan dg kecerobohan Jodha dan sikapnya yang polos. Tak berapa lama Jodha keluar dari kamar mandi. Ia sudah memakai baju kerjanya terusan warna putih dengan motif bunga dan aksen lipit di pinggannya, dan beberapa kancing didepan dipadu dengan blazer warna senada. Mengenakan sepatunya lalu mengambil bungkusan dan tas nya. " Aku harus kembali ke kantor, Sir,, aku akan kembali jika anda membutuhkam sesuatu. " Jodha menunggu jawaban Jalal, sambil malu2 mengangkat wajahmya menghadap Jalal. " Baiklah, aku kira aku harus istirahat di rumah hari ini, kau boleh pergi." Jodha cepat2 berlalu dari hadapan Jalal." Owh tunggu , Jodha.." Kata Jalal Jodha berbalik , tersenyum lalu menjawab " Ya, Pak Presdir ? " " Kau lupa mengancingkan kancing depan bajumu" Kata Jalal kemudian sambil menggaruk2 hidungnya dan melihat ke arah lain . Jodha langsung melihat ke arah gaunnya , terkejut menahan malu lalu cepat2 berbalik untuk mengancingkan bajunya. Lalu dengan ketenangan yang dipaksakan ia berbalik lagi ke arah Jalal " Terima kasih Pak Presdir, Selamat tinggal." Jodha setengah berlari, membuka pintu dan melesat keluar dari kamar Jalal. Jalal tak dapat lagi menahan tawanya sambil memegang perutnya yg sakit terguncang2 karena tertawa. " Ya Tuhan , apa yang kulakukan , dia pasti sangat malu. Aku juga lupa mengucapkan terima kasih padanya. Tapi dia lucu sekali tadi,,, hahaha. " Jalal kembali tertawa mengingat kecerobohan2 Jodha. Di ruangannya, pipi Jodha masih saja bersemu merah mengingat insiden pagi ini. Jodha bahkan melamun sambil tersenyum mengingatnya, hingga ia tak mendengar sapaan 'selamat pagi' dari Saleema. " Jodha ,,,is there something happen to you , or it is just a' blush on ' on your cheeks ?" Saleema mengejutkan Jodha. " Ohh,,, oo,,no no no nothing happen. " Jodha tersenyum kaget ke arah Saleema. " Lalu mengapa kau senyum2 sendiri dan pipimu menjadi merah merona begitu, habis kencan dengan kekasihmu semalam yah ? Haha,,, so tell me about it." Selidik Saleema lagi. " Ohh,, no no Saleema it's Ok." Jodha mengingat Jalal dan rona pipinya semakin kemerahan . Saleema gemas dan menepuknya perlahan, " Beginilah kalau anak gadis sedang jatuh cinta, berbahagialah Jodha. Karena aku tak sempat merasakannya." Salema tersenyum lalu wajahnya berubah menjadi murung. Saleema memang seorang single parents yang membesarkan anaknya sendirian karena suaminya dipenjara atas tuduhan bandar narkoba. Pernikahan Saleema terjadi melalui jasa sebuah Biro Jodoh di Internet. Dan ia benar2 tertipu ketika akhirnya menikah lalu mengetahui kegiatan suaminya yang menjadi bandar narkoba. Mereka bercerai ketika suami Saleema berada satu tahun di penjara.Jalal adalah sepupu jauh Saleema yang membantunya memberikan pekerjaan di hotel ini. " Aku sangat bersyukur Jalal mau membantuku Jodha, ia adalah satu2nya keluargaku dari India yg ada di London. Walaupun ia tak memperlakukan ku istimewa di kantor tapi ia sangat sayang dan memperhatikam Rahim anakku. Ia juga memperkenalkan aku dengan kerabat jauhnya yang lain dan mengatur perjodohan kami. Kalau tidak ada halangan aku akan menikah bulan depan Jodha. Do'akan aku yah. " Kata Saleema berbunga2. " owh it's a very nive of you Saleema, i' m happy for you." Jodha lalu memeluk Saleema. " Dan kau Jodha,,,suatu hari kau juga akan menemukan belahan hatimu. " Jodha hanya tersenyum dan mengaminkan harapan Saleema. " Kriiing,,,," " Owh,, boleh aku menerima telfon dulu Saleema ? " " Silahkan Jodha,,aku juga sudah akan pergi." Saleema lalu pamit menuju ke mejanya. " Hallo, Jodha disini,,,," " Haii, apa kabar ?" Suara perempuan dengan logatnya yg manja menyapa Jodha pagi itu. " Be,, Bella,,,?" Jodha terkejut mendengar suara Bella. " Heii,,mengapa mendengar suaraku seperti suara hantu? Dimana Jalal? Kau pasti tahu dimana dia kan ? Semalam sampai pagi ini aku dia tidak memgangkat telfonku? maukah kau berikan telfonmu padanya ? Aku menunggu. " Bella berbicara dengan semangat. " Ohh, dia sedang sakit ,, Nona, mungkin ia tak dapat mendengar panggilam telfonmu ." "Apa?? Kenapa ? Sakit apa ? Mengapa kau tidak mengabariku ? Tolong katakan padanya aku menelfon! Dan tolong telfon balik aku. Bisakah aku mengandalkanmu Jodha ?" " Baiklah Bella ,,Aku akan menyampaikannya nanti." Jodha tak berdaya menolak permintaan Bella. " Ok i count on you. Please take care of my Jalal, Ok ?" " Owh,, owh ya tentu,," he is my boss anyway lanjut Jodha dalam hati. Bella menutup telfonnya. Jodha merasa sangat buruk hari ini. Pertama kalinya ia merasa sangat bersalah pada orang. Mengapa ia masih saja memupuk cintanya pada Jalal, sedangkan Jalal punya seorang wanita yg sangat dicintainya dalam hidupnya. Jodha teringat pada Jalal yg ia tinggalkan di kamar hotelnya tadi. 'Aah apakah aku harus menelfonnya dan menanyakan kabarnya,,, tidak usahlah, nanti kau kecewa,( hatinya menjawab),,,memangnya kenapa dia kan tetap saja boss mu dan kau harus memperhatikannya,( sisi hati lainnya bertanya),,bukankah kau bilang tadi kau merasa bersalah lalu mengapa masih mengharapkannya ( bisik hatinya yang lain),,,,aaah diaaam aku pusiiiing !! *** Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, ini adalah bulan kedua Mirza bekerja di hotel king. Hubungan pertemanan Mirza dan Jodha semakin dekat dari hari ke hari. Jalal bukan tidak memperhatikan itu, kadang2 dari balik kaca jendela Jalal yg tembus ke luar ruangan , Jalal bisa melihat gelak tawa Jodha ketika berbicara dengan Mirza. Jalal bukan tidak senang, entahlah, ada sesuatu yang dirasakannya berbeda dengan sikap Jodha kini. Jodha lebih agak pendiam dan terkesan sedikit menghindar dari Jalal. Jalal sungguh rindu kebersamaan mereka yang terjalin tanpa kesengajaan. Jalal melirik lagi ke arah Mirza dan Jodha.' Apakah Mirza juga menyukai Jodha. Owh,, memangnya kenapa ? Kau tidak menyukai Jodha kan Jalal, bagimu dia hanya karyawan biasa. ' 'Aah', Jalal melemparkan sebuah file yang sedang di bacanya ke meja. Tidak lagi, kalau memang Mirza menyukai Jodha aku tidak akan berada diantara keduanya. Kali ini Mirza harus mendapatkan cintanya. Ya harus, Jalal akan memastikan itu. Menjelang malam , ketika semua karyawan akan beranjak pulang, Jalal melewati meja Jodha dan mendengar Mirza akan mengajaknya ke sebuah Cafe. 'Mungkin ini kesempatanku untuk mengetahui apakah Mirza menyukai Jodha atau tidak.' Jalal kembali melangkah mundur dan berbicara pada Mirza dan Jalal. " Aku dengar kalian akan ke Cafe, bolehkah aku ikut ? " Mirza melotot ke arah Jalal tapi tanpa terlihat Jodha. " Owh,, hoho,,Pak Presdir, anda pasti tidak akan suka, cafe yang akan kami datangi hanya cafe biasa saja, tidak sesuai dengan 'style'-mu. Iya kan Jodha ?" Jalal membalas melotot ke arah Mirza sambil tetap tersenyum,, " Kalau begitu aku harus melihat sekali2 Cafe yang sesuai ' style' kalian, bukankah begitu Jodha ?" Mirza memandang Jalal dengan kesal ' aiih Kakak kau ini payah sekali, apa kau tidak tahu adikmu ini sedang PENDEKATAN, Payah sekali Presdir yang satu ini, ' Seakan tahu yang difikirkan Mirza , Jalal balas menatap Mirza ' Aku akan pastikan kau mendapatkannya Mirza.' " Tidak apa2 kalau Pak Presdir mau ikut, bukankah seru kalau kita tambah banyak, sayang Saleema sedang cuti, paling tidak kita dapat mengajaknya untuk bersenang2." Jodha menengahi 'pertengkaran' halus Mirza dan Jalal. " Baiklah , kalau tidak ada yang ditunggu kita berangkat sekarang." TBC,,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar