Rabu, 18 Maret 2015

*** FF CINTA TAPI GENGSI_PART 17***

Jodha segera menarik tubuhnya. Memandang Jalal sesaat lalu berlari pergi meninggalkan Jalal. Menembus hujan yg masih deras mengguyur pinggiran kota London malam itu. Jodha berharap hujan bisa menghapuskan segala dukanya , airmatanya mengalir bersama hujan yg membasahi tubuhnya. Jalal membiarkan Jodha pergi , ia tak berniat mengejar Jodha. Mungkin lebih baik begini, sebelum semuanya menjadi lebih buruk lagi. Jalal berdiri dalam guyuran hujan merasakan hatinya yang mulai sedikit 'berdetak' untuk Jodha,,,

Dari sejak pulang sampai dengan pagi menjelang Jodha hanya terbaring diatas tempat tidur, menangis dan menyesali diri karena telah jatuh cinta pada orang yang tak mungkin dimilikinya, menghabiskan berlembar2 kertas tissue yang membuat mata dan hidungnya semakin sembab dan merah . Jodha hanya ingat mengganti bajunya yang basah dangan baju mandi lalu pergi ke tempat tidur. Tak dihiraukannya tubuhnya yang menggigil kedinginan. Jodha hanya ingin tidur dan membiarkan semuanya berlalu,,,,

Ketika pagi menjelang pun Jodha hanya duduk dengan lutut ditekuk ditempat tidur. Ketika Dadisa datang membawakan sesuatu, Jodha bahkan tak beringsut dari tempat tidur. Dadisa yang kini sedang berdiri di depan pintu heran melihat Jodha. Dadisa mendekati Jodha, meraih kepala Jodha ke pangkuannya, dan Jodha kembali terisak,,,

" Oi,,oi,oi,,,kenapa kau seperti ini Jodha,,,,apa yang membuatmu begitu bersedih, bethi ,,,"

" Dia sudah pergi Dadi, Pangeranku sudah pergi,,,huhu,, Pangeranku pergi dengan kudanya Dadiiii,,,dia pergiii,,,huhuhu,,,,," Jodha menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Dadisa. Dadisa membelai lembut tambut Jodha dan membiarkannya menangis.....

***

Senin pagi yang cerah,,,,

Jodha sudah bertekad melupakan Jalal. Melupakan impiannya untuk mencintai lelaki yang dikaguminya itu. Entah sejak kapan cinta itu datang, mungkin sejak rasa kagum akan diri Jalal hadir diiringi kebersamaan yang menemani hari2 mereka. Yang pasti Jodha sudah cukup puas memupuk perasaan yg ia sendiri tahu tidak akan mungkin berbalas. Tapi tidak lagi,,,Cukup sudah. Jodha menyerah dan tidak memberikan kesempatan lagi pada hatinya.

Pagi itu Jodha tampil lebih feminin dari biasanya. Gaun hitam yang jelas menampakan pesona kewanitaannya , mengenakan high heels 7 cm dan tas tangan elegant yang melengkapi penampilannya . Menyemprotkan aroma campuran musk dan white lily yang segar ke tubuhnya serta memakai perhiasan tak seperti biasanya . Untuk make up nya , Jodha sengaja memakainya agak tebal tapi masih terlihat natural. Dengan batas tegas di bibir dan matanya yang sexy. Jodha menjelma menjadi wanita dewasa nan sexy, menggoda tapi tetap misterius. Mengenakan mantel warna coklat susu selutut, Jodha melangkah keluar dari rumahnya menuju stasiun terdekat.

Hari masih pagi ketika Jodha turun di stasiun tujuannya. Bunyi klakson mobil di belakang Jodha yang mengejutkannya membuat ia menoleh dg cepat dan bersiap untuk memarahi si pembawa mobil itu.

" Hai,, gorgeus,, !! Masuklah,,," Mirza dengan senyum nakalnya berhasil membuat wajah Jodha yang tadinya merah menahan marah menjadi melembut.

" Mirzaaa, apa yang kau lakukan ? Kau membuatku kaget saja !!" Jodha mendekati mobil Mirza dan masuk ke dalamnya.

" Aku sempat ragu tadi, aku kira bukan kau Jodha. Penampilanmu sungguh berbeda hari ini. Wow,,, something happen on your weekend na ? Apa yang dilakukan Pak Presdir kemarin yang membuatmu tampil begitu funtastis pagi ini ? " Mirza menggeleng2kan kepalanya dan berkata dalam hati ' Wow Jodha , You look fabilous.'

Jodha tidak menjawab pertanyaan Mirza. Dan segera menyuruh Mirza menjalankan mobilnya sambil Jodha sendiri memasang seatbelt-nya.

" Kau tahu Mirza Hakim, kadang2 kau itu terlalu banyak bicara ya ? Berbelok sedikit di depan, sepertinya aku harus menyumpal mulutmu dg sedikit sarapan pagi ini." Jodha mengerlingkan matanya dengan sinis. Mirza malah tertawa terbahak2.

" Well done, babe,,,, as your wish."

Mirza dan Jodha sarapan di sebuah tempat yang menyiapkan sarapan dg hidangan roti. Jodha memesan Croissont dg isian daging cincang dan keju leleh di dalamnya serta secangkir coffe latte yang hangat. Mirza memesan Roti bun dg aroma coffe dan meminta coklat hangat. Ketika pelayan mengantarkan pesanan mereka , Jodha melihat Jalal masuk dari pintu depan yang pas berhadapan dengan kursi tempat Jodha duduk saat ini. Jodha memiringkan sedikit tubuhnya agar Jalal tak melihat dirinya. Tapi terlambat Jalal sudah melihat Jodha dan melambaikan tangan ke arahnya. Mirza mengikuti arah pandangan Jodha. Lalu melambaikan tangan juga pada Jalal.

" Hallo Pak Presdir, gabung disini." '

Mengapa harus bertemu orang itu di sini seh' Rutuk Jodha dalam hati. Tapi mau tak mau ia tersenyum juga ketika Jalal datang mendekat. Jalal memandang Jodha sedikit terpana , ada yang berubah pada penampilannya pagi ini. Jodha pura2 cuek dan segera menghirup coffe latte-nya. Jalal memesan omellet dengan parutan keju parmesan di atasnya, untuk minumannya ia hanya memesan diet cola dingin tanpa es. ' Mengapa ia harus memesan itu pagi begini, orang aneh ' fikir Jodha dalam hati.

Mereka mengobrol seadanya, untung ada Mirza yang periang sehingga suasana pagi itu tidak terlalu kaku. Mirza memperhatikan Jalal yang selalu mencuri pandang ke arah Jodha. Sementara yang dipandang seolah2 menganggap Jalal tidak ada. Jodha hanya menanggapi obrolan yg penting atau menjawab topik pembicaraan yang menyangkut dirinya jika ditanya. Jalal sadar mengapa sikap Jodha seperti itu, menjaga jarak dan berhati2 dalam berbicara, tidak periang seperti biasanya. 'Aahh, mengapa aku harus masuk ke sini tadi ', fikir Jalal dam hati, padahal Jalal berencana untuk sarapan dikantornya saja pagi ini.

Jodha dan Mirza pamit lebih dahulu. Sedangkan Jalal mengatakan ia akan tinggal sebentar lagi. Jalal mengikuti Jodha dengan ekor matanya sampai ia hilang di balik pintu. Jalal melanjutnya membuka beberapa email di ponselnya. Dan menemukan satu email balasan dari Mr.Chang. Jalal senang sekali membacanya. Kemungkinan kerjasama dengan investor China itu sudah di depan mata. Jalal mengirimkan email balasan dalam bahasa inggris kepada Mr.Chang, mengucapkan terima kasih dan berharap bisa bertemu dalam waktu dekat.

Setengah jam kemudian ada balasan email dari Mr.Chang dalam bahasa inggris.

Dear Mr. Jalal,,,

I would like to have some conversation in a warm caddle light dinner with you and with only your wife as a translater. I would also have a next journey in a couple days forward. I'll be waiting for your next reply soon. Send my wife's regard to your beloved wife, and i'll see you soon in London. Thank you very much.

Sincerely yours,
Mickhael Chang

( Sorry for the translate : Tn. Jalal yang terhormat. Saya ingin sekali bisa mengadakan jamuan makan malam yg hangat dengan anda dan hanya istri anda sebagai penterjemah. Saya akan mengadakan perjalanan kembali dlm beberapa hari ke depan. Saya memgharapkan balasan dari anda secepatnya. Sampaikan salam dari istri saya untuk istri anda tercinta. Dan sampai bertemu lagi di London. Salam, Mickhael Chang )

Jalal menggenggam erat ponselnya dan beranjak pergi dari sana dengan senyum cerah.

***

" Jodha, tolong berikan file tentang proposal kerja sama dengan Mr.Chang itu di mejaku." Suara Jalal di interkom.

" Baik Pak Presdir,,," Jodha segera mencari file yang dimaksud dan membawanya keruangan Jalal. Jodha segera meletakkannya di meja Jalal dan menunggu perintah selanjutnya. Jalal memandang Jodha sesaat lalu membuka file di tangannya. Sambil tetap memandang Jodha dari ekor matanya.

" Penampilanmu sangat anggun pagi ini Jodha, aku senang dengan penampilanmu begitu setiap hari. " Kata Jalal sambil tetap menekuri file-nya tanpa melihat ke arah Jodha.

" Terima Kasih , Pak Presdir." Jodha hanya menjawab singkat.

" Mrs.Chang menyampaikan Salamnya padamu, beberapa hari lagi pasangan suami istri itu akan tiba di London. " Jalal diam sebentar dan memperhatikan mimik wajah Jodha.

" Sampaikan salamku lagi jika anda bertemu dengan mereka Pak Presdir." Kata Jodha tenang.

" Kau bisa menyampaikannya sendiri padanya, kita akan diundang makan malam untuk membicarakan bisnis ini dengan lebih serius. Aku harap kau bisa hadir menemaniku , Jodha."

" Saya rasa Saleema sudah bisa pergi dengan anda , Sir. Besok ia sudah akan masuk kerja." Jodha membalas dengan mantap.

" Tapi mereka menginginkanmu hadir sebagai 'istri' ku , Jodha."

" Maaf , Sir,,,?" Tanya Jodha tak mengerti. Jalal berdiri dan berjalan ke arah sofa , lalu mempersilahkan Jodha duduk di sana.

" Mungkin kau masih ingat insiden terakhir kali kita bertemu dg mereka . Bukankah kau mengatakan bahwa kita adalah ' pasangan suami istri ' , Jodha."

" Iya ,,, tapi itukan,,,"

" Orang Asia sangat memegang teguh prinsip kekeluargaan. Bagi mereka keluarga yang bahagia mencerminkan perilaku yang baik dari orang2 di dalamnya. Mereka menganggap dengan usia muda sepertiku , mempunyai seorang istri dan bisa mengelola rumah tangga dg baik, maka itu adalah nilai positif bagiku. Mereka percaya bila seorang lelaki bisa mengendalikan keluarganya dengan baik , maka ia dapat mengendalikan dunia. "

" Lalu mengapa anda tidak menikah saja dg Nona Bella ? Dia kan tunangan anda, ia yang lebih berhak menemani anda di acara makan malam itu." Ada sedikit nada cemburu pada kalimat Jodha, tapi Jalal tak menangkapnya.

" Jodha, are you insane ?, mana ada orang menikah kemudian bercerai begitu cepat dan menikah lagi, itu sama saja menampilkan sosok yang buruk dari seorang Jalaluddin Muhammad Akbar."

" Jadi maksud anda ? "

" Temani aku sekali ini saja, dan aku akan pastikan begitu kerjasama ini ditandatangani, aku akan berterus terang pada Mr.Chang. Dan aku akan sangat menghargai bantuanmu kepada hotel ini. Hotel tempat ratusan orang lainnya mencari makan."

Jodha sungguh tidak punya jawaban atas permintaan Jalal selain kata ' Ya' , Kalau sudah menyangkut kelangsungan hidup orang banyak , Jodha menjadi trenyuh dan tak bisa berbuat apa2.

Jodha keluar dari ruangan Jalal dengan langkah gontai. Mirza melihatnya dan cepat2 menanyakan apa yang terjadi. Jodha menceritakan semuanya dengan cepat kepada Mirza. Jodha resah. Setelah Jodha selesai bercerita, Mirza malah tertawa menyeringai.

" Apa yang kau tertawakan ? "

" Kau ini aneh Jodha, bukankah menjadi istri seorang Jalaluddin Muhammad Akbar adalah sesuatu yang membanggakan , Beyond your imagination, hah ? Tell me first, Apakah kau memang menyukainya ?"

Selidik Mirza tepat kemata Jodha . Jodha malah melotot ke arah Mirza.

" Bagaimana kau bisa berfikir seperti itu Mirza, Pak Presdir sudah bertunangan, harusnya Bella yang menghadapi situasi ini bukan aku,,,"

" Arre, Jodha memangnya kau tidak tahu kalo Pak Presdir sudah membatalkan pertunangannya ? " Mirza buru2 menutup mulut dengan tangannya. Ya Tuhan , aku seharusnya tak memberitahu Jodha, pasti ia akan bertanya darimana aku tahu, dan matilah aku .

" APPA ? Bagaimana kau tahu ?" Aahh Mirza merutuki dirinya sendiri. Tapi ia langsung menjawab.

" Dari Saleema. Kau tahu kan kalau Saleema sepupu Jalal . Ia pasti tahu segalanya tentang keluarga itu."

'Kalau begitu mengapa ia mengatakan masih bertunangan dengan Bella kemarin.' Jodha berfikir keras sekaligus bingung dengan pernyataan Mirza barusan.

TBC,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar