Jumat, 13 Maret 2015

FF CINTA TAPI GENGSI_PART 13

Jodha menggeret tangan Jalal masuk ke sebuah pusat permainan yang terletak tak jauh dari Hotel King ( Seperti TimeZone). Disana tersedia berbagai macam jenis permainan yg menggunakan mesin dengan kartu berhologram sebagai alat pembayarannya . Mesin2 permainan berjajar dengan warna-warni cerah dan desain grafis yg 'eye cathing' sehingga banyak muda-mudi dan pekerja kantoran yg pulang pada jam ini tertarik untuk singgah. Karena bukan weekend maka tempat ini tidak terlalu ramai malam ini.

Jodha mengajak Jalal ke sebuah mesin permainan yg menggunakakn pemukul dari plastik. Untuk memainkannya , pemain harus memukulkan pemukul itu ke boneka2 yg muncul dengan sekuat tenaga agar mendapatkan nilai yg tinggi. Jodha sudah menggesekkan kartu berhologramnya pada mesin. Jalal masih mencibir dengan apa yg dilakukan Jodha ' dasar anak kecil' fikirnya dalam hati.

" Heii,, ayoo pukul sini,,,cobalah, setelah memukulnya kemarahanmu pasti akan reda...hemmh,,, ayolaaah..." Jodha membujuk Jalal agar mau memegang pemukul yang ia sodorkan.

Dengan malas Jalal meraihnya, Ia memukulkannya sekali pada boneka yg muncul dengan menjulurkan lidah...

' POOKK,,,'

Papan nilai hanya naik ke angka 5. Lalu muncul lagi boneka dg karakter lain yg memutar2kan matanya seakan mengejek Jalal dan ,,,

'POOKK,,,'

Jalal memukulnya sekali lagi. Kali ini dengan pukulan yang agak keras. Jodha tertawa melihatnya. Lalu muncul lagi karakter2 yg lainnya semua dengan pose yg berbeda dan terlihat seolah2 mengejek Jalal . Jodha menyalakan mesin yang lainnya juga dan mulai memukul boneka2 di sebelah Jalal. Setelah puas permainan boneka penghancur Jodha mengedarkan pandangannya mencari mainan yg lain lagi.

" Ayo kita kesana, kita bertanding dan lihat siapa yang terbaik." Tantang Jodha kemudian.

" Okee...siapa takut,,,,!!"

Jodha dan Jalal memainkan permainan lainnya. Jalal tampak bahagia, tak dirasakannya lagi untuk sesaat tadi , beban yg menghimpitnya beberapa hari ini. Jodha berhasil membawa Jalal pada saat2 dimana ia bisa tersenyum tanpa beban. Dan beberapa kali Jalal memandang Jodha yang sangat senang dengan permainannya.

Sejam kemudian Jodha dan Jalal keluar dari tempat permainan itu. Nafas mereka masih tersengal tak beraturan, tapi ada rona kebahagiaan yang terlihat jelas kini di wajah Jalal. Jodha masih memeluk boneka yang dimenangkan Jalal untuknya tadi. Sebuah Boneka Marsha yang sangat besar.

" Maaf , tapi aku lapar sekali bisakah kita mencari makanan dulu , Sir?" Tanya Jodha hati2.

Jalal tersenyum karena Jodha masih saja bersikap formil setelah sikapnya yang lepas beberapa saat tadi. Jalal lalu mempersilahkan Jodha berjalan lebih dahulu untuk memilih apa yang ingin dimakannya.

Lagi2 Jodha memilih makanan pinggir jalan ketimbang harus duduk di dalam sebuah restoran yang ditawarkan Jalal. Tapi tak ayal Jalal mengikuti juga kemauan Jodha. Jodha berhenti di sebuah boot penjual makanan dari korea. Dari banner yg dipasang di depan boot nya Jalal bisa tahu bahwa yg Jodha pilih adalah sejenis makanan yg terbuat dari ikan. Berbagai macam bentuk dan ukuran dari olahan daging ikan yang dicampur bahan makanan lain itu lalu disusun dalam box2 transparant dan di tusuk seperti sate.

" Apa ini ? " Tanya Jalal sambil memegang salah satunya.

" Sate ikan,,,makanan yang khas di Korea sana, tak pernah memakannya kah ? " Jalal hanya mengendikkan bahunya. Jodha tersenyum lagi lalu meminta sang penjual mengambilkan 20 tusuk yang baru saja direbus atau di goreng juga membawa saus cocolannya yg berupa saus sambal yg diencerkan dg maizena dan saus barbeque-nya. Jodha mengajak Jalal untuk duduk di bangku2 kayu yg disediakan didepan boot. Jalal mengambil satu tusuk sate ikan itu dan mulai memakannya.

" Bagaimana ? " Jodha menunggu reaksi Jalal.

" Enak juga , aku tdk pernah memakan makanan yang seperti ini. " Jalal terlihat menikmati sate ikannya. Sedangkan Jodha menggeleng perlahan.

" Ckckck,,, Payah, orang kaya seperti kalian memang tidak tahu makanan2 enak seperti yang kami makan,,, ahh pasti sangat membosankan. Untung aku ditakdirkan jadi orang miskin, sehingga bisa menikmati semua ini. " Jodha mencuri pandang ke arah Jalal yang terkekeh dengan pemikiran sederhana Jodha.

" Ayo kita lomba menghabiskan 20 tusuk lagi . " Kata Jalal tiba2.

" Hemmh ide yang bagus, lalu yang menang dapat apa ?" Kata Jodha sedikit tertantang.

" Yang menang boleh meminta apapun. Dan aku pasti menang karenanya aku akan memikirkan apa yang akan kuminta nanti,,,," Jalal berkata dengan penuh percaya diri.

" Baiklah, tapi apa kau pernah mendengar, Sir,,, bahwa yang yg tertawa lebih dulu pasti akan menangis belakangan,,, hemmh ? " Jodha bersiap dengan sate ikan di kedua tangannya dan memberikan tanda pada Jalal dengan matanya untuk mulai menghitung.

"1, 2, 3,,,,,"

Jodha dan Jalal sama2 berkonsentrasi pada sate ikannya, Jodha sudah menghabiskan 4 tusuk sate ikan, sedangkan Jalal sedang mengunyah tusukannya yg ke delapan, 2 lagi dan ia akan menang. Tiba2 Jalal merasakan mual ketika mengunyah itu , dan ia melambatkan kunyahannya. Sementara Jodha dengan santainya menghabiskan tusukannya yang ke-6, dan perlahan tapi pasti Jodha menghabiskan sate ikannya yg kesepuluh lalu menepuk meja sambil berdiri.

" Yess, aku menang Pak Presdir, anda harus ingat janji anda. " Jodha tertawa senang, sedangkan Jalal benar2 berhenti di tusukan kesembilan.

" Kau curang, tentu saja kau menang, kau kan sudah sering memakannya jadi perutmu sudah beradaptasi, sedangkan ini baru pertama kali untuk perutku. " Jodha pura2 marah dengan alasan yg dikemukakan Jalal.

" Menang ya menang, mana ada alasan seperti itu..siapa suruh menantangku. Lagipula yang benar itu adalah , karena aku punya lapisan lambung yang bertingkat jadi aku bisa menampung lebih banyak makanan,,," Jodha tak sadar menepuk perutnya sendiri dan gerakan seperti itu otomatis membuat Jalal terbahak2.

" Ya Tuhan , aku baru melihat seorang perempuan yang makan begitu banyak, pantas saja, rupanya kau memiliki lapisan lambung yang bertingkat yah ?...hahahah."

'Arre,,' Jodha jadi malu sendiri .

Setelah seledai makan ,Jalal
mengeluarkan 2 lembar uang kertas dg tulisan euro dan memberikannya pada penjual tadi.

" Keep the change and thank u,,," Jalal menganggukan kepalanya tanda terima kasih.

" Wow ,,, Thank u so much , Sir,,," Penjual tadi lalu memukul2kan uang dari Jalal ke atas box2 dagangannya.(*maksudnya penglaris,,penglaris gitu, ga tahu in english-nya.red )

Jodha dan Jalal berjalan perlahan menuju stasiun bawah tanah tempat Jodha biasa menunggu keretanya. Mereka kemudian berdiri di pintu stasiun. Saat ini mereka berhadap2an sambil menunggu tanda masuk kereta. Jalal bermain dengan ujung sepatunya sambil kedua tangannya dimasukkam ke dalam saku celana sedangkan Jodha mendekap erat boneka Marsha-nya.

" Terima kasih untuk malam ini Jodha,,,aku belum pernah merasakan perasaan sebebas ini sebelumnya. Dan ini semua berkat kau ." Jalal tulus mengucapkan terima kasihnya pada Jodha. Jodha terharu dan hanya menganggukkan kepalanya.

" Dan terima kasih untuk bonekanya, Pak Presdir." Keduanya tersenyum . Jodha segera membalikkan badannya mendengar pengumuman kereta yg sebentar lagi akan masuk. Jalal mengingat sesuatu dan menahan Jodha.

" Owh , Jodha,, aku sungguh2 dengan hadiahku. Kau boleh meminta apa saja padaku dan aku akan memberikannya padamu tanpa syarat. " Jalal mengingatkan Jodha. Dan sekali lagi Jodha tersenyum lalu berkata ,

" Anda bersiaplah Pak Presdir, aku pasti akan meminta sesuatu yg besar. " Dan keduanya pun tertawa lalu benar2 berpisah ketika kereta yg akan membawa pulang Jodha datang. Jalal pun melangkah pulang menuju rumah dengan mobilnya.

Di rumah,,,

Mirza rupanya sudah menunggu kedatangan Jalal. Jalal hanya bertemu Mirza beberapa kali di RS ketika Bella dirawat kemarin. Jalal juga merasa ada beberapa hal yg harus ia sampaikan pada Mirza.

" Tumben jam segini kau ada di rumah ?" Jalal meletakkan tas nya di meja, dan melonggarkan dasinya lalu duduk di sofa.

" Aku perlu bicara serius denganmu , Kak,,,,." Mirza dengan wajah menahan emosi.

" Baiklah katakan,,,,.!!"

" Kau kira apa yang kau lakukan pada, Bella, Kak. Kau menyakitinya , kau bahkan tidak perduli dengan perasaannya. Kau tega membuatnya menderita dan hampir mati dg tak mau menyentuh makanannya. Apa yg ada dalam fikiranmu , Kak. Dengar,,, jangan bersembunyi di balik kata2 ' karena kau sayang' padaku, aku tidak menerima kata2 seperti itu. Kalaupun kau tahu perasaanku pada Bella dari , Ma ,,,itupun tidak membenarkanmu melakukan tindakan seperti ini !!" Mirza mengungkapkan segala kekesalannya dan Jalal hanya mendengarkan.

" Mirza , jika ini tentang Bella , maka biarkan aku menjelaskan satu hal padamu. Aku memang memutuskan pertunanganku dengan Bella. Tapi itu bukan karena kau!!. Aku baru menyadarinya sekarang bahwa perasaanku padanya tidak lebih daripada seorang kakak pada adiknya. Kita sudah bersama sejak kecil Mirza. Aku memang berharap aku bisa mencintainya mungkin kalau kami menikah, tapi sungguh aku tak punya perasaan seperti itu padanya. Dan aku mencoba jujur agar Bella tidak lebih tersakiti. Tapi aku salah, dia belum bisa menerima kenyataan ini. Karenanya aku bingung harus melakukan apa !!." Jalal mulai melembut lagi. " Mirza,,,aku tahu tahu cinta tak dapat dipaksakan bukan, bagi mu dan bagiku Bella punya tempay masing2 di hati kita. Beri aku waktu untuk memberikan pengertian padanya. Dan jika kau memang menyayanginya , berjuanglah untuk mendapatkannya, aku tahu kau bisa. Karena aku yakin kalian akan cocok bersama, mengingat sifat kalian yang mirip,,haha,,," Jalal menonjok lembut bahu Mirza,,,,

" Kakaaak,,,, ini terlalu berlebihan Kak, memangnya siapa Bella itu, sampai dia bisa mendapatkan cinta kita berdua. Besar kepala nanti dia , Kak. Haha,,," Mirza akhirnya tenang mengetahui sikap Kakaknya. Tapi benarkah ia senang, sebenarnya ia merasa lucu sendiri, tentang apakah semua ini. Daripada mengejar cinta Bella yg tak pasti. Lebih baik ia mencari belahan jiwanya yg lain. Benar kata Jodha, kita tidak pernah tahu siapa takdir kita.

Mirza sudah akan pamit pada Jalal. " Tunggu, kau punya hutang satu jawaban padaku, jadi kapan kau siap untuk bekerja di hotel ? "

" Itulah yg membuatku takut setiap kali bertemu dgmu kak, tak bisakah kau berhenti menyuruhku kerja di hotel itu. Aku sudah bahagia dan merasa cukup dg galeri yg sedang ku kelola saat ini." Mirza mencoba menjelaskan sekali lg pada Jalal.

" Tidak,,, sampai kapanpun aku akan menanyakannya. "

" Baiklah tapi dg satu syarat , aku tidak mau seorang pegawaipun tahu siapa aku kecuali Saleema krn aku sudah mengenalnya, karena itu akan mempengaruhi kinerjaku kalau semua orang dikantor tahu aku adalah adikmu,,, deal ?" Mirza mencoba sekali lagi usahanya untuk tidak selalu ditanya Jalal kapan ia akan ikut terlibat juga di usaha keluarga itu.

" Deal,,,," kata Jalal mantap.

Mirza tercengang dg jawaban Jalal. Di luar dugaannya Jalal menyetujui syaratnya. Mirza melangkah gontai dari ruang kerja Jalal dan menghempaskan tubuhmya di tempat tidur.' Welcome to the junggle Mirza,,,'

TBC,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar