Jumat, 06 Maret 2015

*** FF Cinta Tapi Gengsi_Part 6 ***

Mirza segera menangkap tangan Jodha yang mengarah padanya. Menggenggamnya erat sambil tersenyum menggoda.

" Wow...woww..No way miss, jangan terburu nafsu,,,anda pasti salah faham ." Mirza mencoba menjelaskan, tapi Jodha lebih gesit dg mengarahkan tangan kirinya ke lambung Mirza. Mirza melepaskan tangan Jodha sambil terbatuk2 dan mundur ke belakang.

" Rasakan, itu belum sebanding dg perbuatanmu hari ini." Kata Jodha sambil mengambil paksa Tas nya dari tangan Mirza.

" Oh ya ? Bahkan kau harus melakukan lebih dari ini kalau ternyata tuduhanmu benar,,,uhukk,,,uhukk." Mirza masih terbatuk2 atas serangan Jodha barusan .

" Maksudmu ??? " Jodha menatap Mirza dg beringas.

Supir taxi yg sedari diam akhirnya ikut bersuara. "Tuan ini yang telah menyelamatkan anda miss, penjambretnya sudah lari dg rollerblade-nya ketika anda datang."

Jodha terdiam sesaat dan mengingat2..ohh iya tadi penjambret yg membawa tasnya memakai rollerblade, sedangkan pria ini ? Dengan ransel besar itu tentu dia tak dapat berlari kencang. Jodha jadi malu sendiri, jadi ia sudah salah sangka tadi.

" Hemmh baiklah maafkan aku, aku panik dan tidak berfikir panjang,,,Ayo aku antar ke RS kalau perutmu masih sakit, aku akan bertanggung jawab."

Mirza tertawa geli sambil tetap memegang perutnya. " Apa kau fikir tangan kecilmu itu dapat melukaiku , hah ? Hahahà,,,,ini hanya seperti sentuhan lembut dari tanganmu Nona,,haha" Mirza kembali tertawa.

Jodha cemberut dan menatap tajam ke arah Mirza. " Terserah kau saja, aku pergi." Jodha segera berbalik dan siap2 melangkah pergi. Tapi Mirza menahannya.

" Heii Nona, paling tidak kau harus mentraktirku minum karena aku telah membantumu kan ? "

"Well Tuan besar. Hari ini terima kasih saja dulu, kl kita bertemu lagi aku pasti akan mentraktirmu es krim." Jodha melambaikan tangannya dan benar2 melangkah pergi.

" Heii, tunggu siapa namamu, Aku Mirza. aku akan menagih janjimu nanti ? " Mirza berteriak melihat Jodha yg mulai menjauh pergi.

" It's Jodha,,,,Nice to meet you." Kata Jodha sambil menghadapkan tubuhnya ke arah Mirza dan berjalan mundur .

" Indian ?,,," Tanya Mirza lagi.

" Obsolutelly,,,." Balas Jodha.

" I'm a half Indian,,,kau tinggal dimana ? " Mirza makin penasaran.

" Sorry ,can't tell you,,,bye now...n' thank u. "

Tiba2 Jodha menabrak pohon di belakangnya. 'Buukk.... "Aku tidak apa2,,,heheh." Jodha mengusap kepalanya dan berbelok diujung jalan.

Mirza hanya tersenyum dan segera melanjutkan perjalanannya dg taxi tadi.'gadis yg menarik' pikir Mirza..kapan aku akan bertemu dgnya lagi.

***

Malam hari di kediaman Jalal....

Hameeda berlari kepintu setelah ia menerima telfon dari seseorang. Tapi begitu pintu dibuka tak ada seorangpun yg dilihatnya disana. 'Owhh, apakah detektif itu meleset lagi sekarang' . Hameeda reflek menengadahkan wajahnya dan melihat ke jendela kamar Mirza yg terletak di balkon sebelah kiri dari teras tempat Hameeda sekarang berdiri. 'Tapi tunggu, jendela itu baru saja ditutup tadi , lalu siapa yg membukanya?' Hameeda berdialog dengan hatinya.'Ohh,mungkinkah itu Mirza? Hadduuuh anak ini.' Hameeda langsung melesat masuk lagi ke dalam rumah , menaiki tangga dan langsung membuka pintu kamar Mirza. Dilihatnya Mirza yg berbaring di tempat tidur.

" Mirzaaa,,!!!"

Mirza membuka matanya dan memiringkan badannya ke arah Hameeda.

" Hai, sexyy...miss you , Ma..." Sambil tetap berbaring memeluk guling. Hameeda duduk di tempat tidur dan memukul lembut tangan Mirza.

" Kau pergi berbulan-bulan dan pulang dg cara begini ? Oooh anak iniii...keterlaluannn.!"

" Owhh,, Ma,, sakit sekali. Ya Tuhan,,, mengapa hari ini aku bertemu dg para wanita yg senang sekali memukul orang." Mirza merengut seperti anak kecil. Hameda memasang tampang heran.

" Tapi mengapa kau tidak pernah mengabariku, kau menghilang bagaikan ditelan bumi, kakakmu bahkan menyewa detektif swasta terbaik untuk mencari keberadaanmu dan baru hari ini detektif swasta itu menelfonku lagi , mengabarkan kepulanganmu. Kau kemana saja Mirza Hakim !!!" Hameeda tak kuasa lagi menahan emosinya ia lalu menangis di depan Mirza.

" Wow..woww Ma, jangan terlalu emosional begitu dong ahh, aku kan pergi sebentar saja."

Mirza langsung bangun dan memeluk Hameeda. " Sebentar katamu ? Mirzaaa,,,," Hameeda menjewer kuping Mirza tak sabar.

" AUWH,,,Maa..sakit..hahahaa, oke..oke 3 monts only Ma, and you behave as i'm still a kid...aniway , detektif itu sebenarnya sudah menemukanku di Paris, tapi aku memberinya tips lebih agar ia tidak memberitahukan keberadaanku pada kalian,,,hahah..."

" Apaa ? Awas saja ...aku akan melaporkan detektif itu pada Jalal..."

" Heeeii,,,sudahlah Ma, yang pentingkan aku sudah pulang,,dimana Kakakku ?, ehh tapi sudahlah aku akan menemuinya bsk saja, aku harus menenangkan diri dl sebelum menghadapi kemarahannya. Heran ,,,,mengapa keluarga ini seperti Macan semuanya....aauuummm....kecuali aku.hahaha....eitt...eitt Maa,,,,,ampuuun."

Hameeda sudah akan menjewer kuping Mirza lagi, tapi Mirza langsung memeluk lagi Hameeda dan mencium keningnya. " Anak nakal,, biar saja kau kena marah Kakakmu, kali ini aku tidak akan membantumu." Hameeda hanya memukul lembut lenga Mirza lagi.

***

Minggu Pagi di Rusun Jodha,,,,

Jodha gelisah sambil memegang ponselnya

" Hallo, Motii,,,kau kemana saja Moti, sudah seminggu aku kehilangan kabarmu." Jodha setengah menjerit karena telfonnya akhirnya diangkat oleh Moti sahabatnya.

" Aku pulang ke Delhi, Jodha, Maafkan aku karena tidak menghubungimu." Moti terdengar sedih di seberang sana.

" Heii, ada apa Moti, tidak biasanya kau pulang mendadak begitu, ada apa ? "

" Aku ditunangkan oleh orang tuaku Jodha, hikss. Dia pria India yg bekerja disini juga. Orang tuanya kerabat Ayahku, Aku terpaksa Jodha....huhuhu." Moti memcurahkan semua isi hatinya pada Jodha.

"OWH Motii, mengapa baru sekarang kau ceritakan padaku. Dengar, kita harus bertemu ditempat biasa, Okey ? Kau harus menceritakan semuanya padaku." 

" Baiklah Jodha,,,aku akan menemuimu disana. Terima kasih Jodha." Moti segera menutup telfonnya.

Jodha segera berkemas2 dan bersiap untuk pergi. Tempat yang biasa mereka kunjungi adalah sebuah Cafe milik Dadisa dipinggir sungai dekat sebuah stasiun. Disana biasanya komunitas India yg dikenal Jodha banyak mendirikan cafe dan klub malam tempat para imigran asal India.

Tepat jam 11 siang Jodha bertemu dg Moti. Moti adalah teman kuliahnya waktu di ‎​London's Art institute dulu, sama2 Imigran dari India, hanya saja Moti bernasib lebih baik, kedua orang tuanya di India sana adalah seorang Pengusaha yang sukses. Moti akhirnya bekerja di Kedubes India di Landon ini. Dan berdasarkan ceritanya. Ternyata Moti telah dijodohkan dg seorang pria keturunan India tapi telah menjadi warga Inggris. Lelaki itu bekerja di Departemen Luar Negri Inggris .

" Lalu mengapa kau tidak menolaknya saja Moti ? " Selidik Jodha.

" Kau tidak tahu Ayahku , Jodha. Ia selalu memaksakan kehendak pada kami anak2nya. Kau tahu kakakku Reva juga harus menikahi seorang Bankir di India sana. Pernikahan kami tak ubahnya sebuah investasi bagi Ayah,,yang akan memberikannya sebuah keuntungan. Aku takut , Jodha.Aku tak kuasa menolak Ayahku." Moti kembali menangis di bahu Jodha.

" Begini saja, kau mungkin tak bisa menolaknya, tapi laki2 itu bisa bukan ? Ayahmu tak mungkin melakukan perjodohan ini kalo fihak lelaki tidak setuju. " Kata Jodha dengan mata berbinar.  

" Kami sudah ditunangkan , Jodha. Hal yg mustahil menyuruhnya mundur." Moti mengangkat kepalanya dari bahu Jodha, dan melap airmatanya dengan tissue.

" Kita harus mencobanya Moti , aku akan menemanimu,,,kau jangan menangis lagi yah ?,," Moti mengangguk dg senyum yg dipaksakan. Ia tak yakin usaha mereka akan membuahkan hasil.

" Sudah, serahkan padaku. Kenalkan aku padanya, biar aku yang bicara,,OK ? Nah  sekarang kita ke cafe Dadisa untuk bersenang2....Challo..." Jodha menggenggam tangan Moti memberikannya ketenangan lalu menarik tangannya menuju ke bagian bangunan yg lebih dalam tempat cafe Dadisa berada.

Dadisa menjalankan Cafe di bantu oleh anak perempuan satu2nya dan suami anaknya yang bertugas sebagai koki disana . Bhagwan dan Radha. Baru 2 tahun mereka disana dan usaha nya terbilang sukses dg banyaknya tamu yg datang. Selain mengkonsep makanan yg memang khas India, cafe ini menyediakan life music untuk para tamunya. Disanalah pertama kali Jodha bekerja sebagai penyanyi waktu ia kuliah dan berbagai pekerjaan serabutan lainnya.

Bhagwan menyambut Jodha dan Moti di depan Cafe. " Haii Jodha, kau sombong sekali sejak kau bekerja di King's Hotel itu. Kau bahkan tak ada waktu untuk sekedar mampir ke cafe ini. Penggemar2mu sudah sering menanyakanmu disini. Menyanyilah untuk kami malam ini Jodha. "

" Aah, kau terlalu memujiku Bhaisa, banyak sekali penyanyi yang bagus2 disini daripada aku. " Jodha menepuk bahu Bhagwan lalu membawa Moti untuk duduk di meja sebelah dalam.

Jodha membawakan Pratata dari dapur cafe dan memakannya bersama Moti. Seorang penyanyi pria di depan sana, sedang menyanyikan lagu 'Sun Raha Hein Na' dengan irama slow.

***

Ditempat lain....

" Jalal kau sudah berjanji tidak akan memarahi Mirza ketika dia pulang kan ?, kau sudah berjanji padaku bukan ?" Hameeda meminta Jalal meredam emosinya.

" Ini semua karena dirimu , Ma....terlalu memanjakan anak itu,,,,aku tidak akan memberinya ampun....." Jalal segera beranjak ke kamar Mirza. Hameeda menatap Jalal dg cemas. 'Hay Rabba, lindungilah kedua putraku.',,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar