Minggu, 15 Februari 2015

*** FF Coz You're The One Bag.45 ***




" Honey, ada apa ? " Jalal bingung

" Ga da pa pa ... " Jodha langsung berbalik dan menutup mukanya dengan selimut.

" Ya Tuhan, benarkan ? amarahmu itu juga sebuas 'macan betina' ? " Jalal mulai merayu Jodha, Jalal tau Jodha sedang cemburu.

Jalal melanjutkan " Lalu apa yang harus kulakukan agar 'Macan Betina'ku tidak marah lagi?"

" Lain kali kunci pintu kalau mau berduaan dengannya." Sindir Jodha.

" Haha,,,(Jalal terkekeh ) Ya ampun sayang, tak terjadi apapun tadi, kami hanya ngobrol biasa." Jalal menegaskan.

" Biasa kok kayak gitu, lain kali apa lagi yg mesti aku lihat ? " Jodha membuka wajahnya yg tertutup selimut tadi, Jalal masih bersandar di ujung tempat tidur, ia kembali menyentuh Jodha, Jodha menepisnya, Jalal agak menurunkan badannya dan memeluk Jodha dari belakang.

" Lepaskaaan,,," Jodha agak meronta

" Tidak akan pernah kulepaskan." Jalal mempererat pelukannya.

" Lepaskan atau aku akan berteriak,,," Ancam Jodha.

" Berteriaklah , tidak akan ada orang yang menolongmu." Jalal malah langsung mendaratkan ciumannya di pipi Jodha, Jodha kembali meronta, pegangan Jalal mengendur dan dengan sekuat tenaga Jodha melepaskan tangannnya dari dekapan Jalal. Tapi naas, lengan Jodha tanpa sengaja melayang ke wajah Jalal dengan keras.

" Aww,,,," Jalal memegang pipinya dan pura2 kesakitan.

Jodha bangun dari posisi tidurnya dan memeriksa Jalal.

" Honeyyy,,,Ya Tuhan , maafkan aku, sakitkah ? " tanya Jodha khawatir.

Mendekati Jalal dan menyentuh wajah Jalal yang masih pura2 kesakitan sambil menutupi wajahnya. Setelah Jarak Jodha cukup dekat. Jalal meraih wajah Jodha dengan kedua tangannya dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat, cukup kuat memegang kepala Jodha dan memagut bibirnya dalam2. Jodha menikmati ciuman itu pada awalnya, tapi ia kembali ke kesadarannya lalu menggigit bibir Jalal pelan. Maksudnya agar Jalal melepaskannya, tapi sensasi itu malah membuat Jalal semakin beringas. Ia menggulingkan tubuh Jodha kesamping, menindih tubuhnya, lalu melancarkan serangan lebih dahsyat. Nafas keduanya terengah-engah. Jodha masih tak terima dengan sikap Jalal, ia masih meronta ingin melepaskan diri.

" Aaaah,,,sakiitt." Jodha menjerit pelan , karena Jalal terlalu keras menindih bagian dada Jodha.Mau tak mau Jalal malah terkekeh juga di tengah 'misi'nya tersebut.

"Rasakan kau harus menerima akibatnya." Kata Jalal pura2 marah.

Masih dalam posisi berbaring berhadapan itu, Jodha tiba2 menangis. Jalal bingung~ Ya Tuhan, benarkah masalahnya seserius ini ?, dia begitu polos dan naif, yang ia tahu hanya apa yang dilihatnya~ Jalal menggulingkan dirinya sendiri ke samping Jodha, meraih wajah Jodha dan membawanya ke dada Jalal , memeluknya dan membiarkannya menangis.

Setelah tangis Jodha mereda, Jalal mulai membujuknya lagi.

" Kau begitu polos Jodha, hingga selalu berfikir dengan hatimu, kau tahu Jodha, aku tak akan berjanji apa pun padamu, tapi selama kau tetap menjaga hatimu untukku, maka begitupun aku, aku tak memintamu percaya sekarang sayang. Tapi yakinlah, seperti matahari yang akan selalu terbit esok pagi, maka begitulah cintaku padamu, akan selalu hangat menyinari, tak pernah ingkar janji untuk selalu terbit dari timur, agar kau selalu dapat melihatku. Dan hanya maut yang dapat memisahkan kita. " Jalal sendiri meneteskan airmata ketika mengatakannya, Jodha pun merasa terharu dengan kata-kata Jalal. ~Ya Tuhan, apa yang kulakukan, aku mendapatkan pria yang nyaris sempurna, dan aku masih saja tak bersyukur~

Jodha mendongakkan wajahnya menyentuh pipi Jalal,,

" Uum,,,maafkan aku sayang,,,,maafkan aku,," Ujar Jodha manja lalu mengecup sayang kedua pipi Jalal, dan mendekatkan keningnya sendiri ke bibir Jalal. Mereka memejamkan mata dan saling mengeratkan pelukan mereka lagi.

(*Kalian mau dipeluk juga ???wkwkwkw,,,)

Jalal berbisik di telinga Jodha,,," Katamu malam ini mau lanjut ronde ke-dua, lanjutan yang di kamar mandi tadi,,,"

Jodha tersipu dan terkekeh tak berani menatap Jalal " Coba saja kalau berani, aku takkan begitu mudah kau taklukan."

"Jodhaaaaa,,,,"

(* Maaf ya, emang style-ku kali, harus di cut seperti ANTV,,,ga bisa beneran bikin scene ini, malah aneh dan eneg jadinya,,xixixi)

***

Sudah 2 bulan benazir tinggal dirumah Jalal. Tak ada satupun tindakannya yang bisa membawanya semakin dekat dengan Ladly, Ladly malah sering bertanya padanya ketika Benazir mencoba membantu atau melarangnya tentang suatu hal " emangnya tante siapa ?" Dan itu semakin menambah rasa nyeri di hatinya. Ia memang siap dengan perlakuan Ladly padanya, setelah ia menelantarkan Ladly dari lahir. Tapi ia tidak siap dengan berbagai penolakan Ladly itu. Jalal hanya mengawasi apa yg dilakukan Benazir pada Ladly, dan meminta Jodha agar selalu mendampingi Ladly.

Siang itu Jodha sedang menyiapkan makan siang bersama beberapa pelayan. Ibu Hameeda sangat sibuk dengan kegiatan sosialnya akhir2 ini, dan mempercayakan pengaturan rumah tangga pada Jodha. Benazir baru turun dari kamarnya dan langsung melihat Jodha di dapur.

" Jadi kau melakukan banyak hal yang tidak sempat aku lakukan pada Jalal."

"Apa maksud , Anda ?"

"Jalal selalu cinta dengan masakan rumahan, ia selalu memintaku untuk belajar memasak, tapi aku selalu menolaknya, bahkan ketika ia sangat ingin makan hasil masakanku, dan aku hanya bisa membuat telur mata sapi yg gosong, ia tetap memakannya. Hahaha,,,,Lelaki yang aneh."

" Tentu saja tidak aneh, aku pernah mendengar bahwa kebahagian keluarga dimulai dari urusan perut ( ke bawah *aku tambahin yah, penting juga soale,,,hihi)." Jodha mengingat kembali kata2 Jalal waktu itu, dan ia benar meyakininya. Ujung2nya adalah masalah perhatian dan kepuasan, serta keterbukaan agar dapat saling menambahkan atau mengurangi 'isinya' , agar 'cita rasa' dalam berumah tangga pas 'porsi'nya.

" Tetap saja bagiku aneh, hal yang bisa didapatkan dengan mudah, mengapa harus membuatnya dengan susah." Benazir menambahkan.

" Aku kira kau akan butuh waktu lama untuk memahaminya Mrs. Pinoy." Jodha lebih menegaskan kata 'Pinoy' agar Benazir sadar posisi dirumah ini adalah hanya sebagai tamu, walaupun 'ya' Jodha harus bergumul dg pergolakan batin, bahwa bagaimanapun Benazir pernah mengisi hati Jalal, dan melahirkan Ladly.

Ponsel Jodha tiba2 berdering,,,

" Ya sayang ?,,,Biasalah aku sedang masak untuk makan siang. ,,,,,Apa ? kau akan pulang untuk makan siang ? ,,,Baiklah, aku akan menunggumu.,,,Miss u too, honey." Jodha menutup telfonnya, dan melirik ke arah Benazir sebentar.

" Kalau kau mau kau bisa membantuku, pasti akan lebih cepat." Jodha menawarkan.

" Ooohh,,,trima kasih, aku takut kukuku patah, aku akan mencari kegiatan lain." Benazir lalu beranjak dari sana. Entah mengapa Benazir tidak percaya dengan kemesraan yg ditunjukkan Jodha. Benarkah mereka saling mencintai layaknya suami istri,,~ataukah ada yang harus aku ketahui ? Hemmh,,,~ Evil_smirk ( *itu kl diterjemahin apa seh, senyum setan gitu,,haha).

Siang itu mereka hanya bertiga saja makan dirumah, Ladly belum pulang dari sekolah dan Hameeda masih diluar dengan urusannya.

Biasanya Ja memang tidak pulang untuk makan siang. Hanya sesekali saja bila memang ia sedang diluar kantor, dan menyempatkan pulang. Sejak kehadiran benaz, Jalal selalu berusaha agar bisa makan siang di rumah, menemani Jodha, agar ia tak merasa sendiri menemani Benaz.

Siang itu mereka makan dalam diam. Jalal tersedak, Benaz dan Jodha reflek sama2 memberikan air putih yang ada di depan mereka, Jalal bingung sesaat lalu mengambil gelas dari tangan Jodha, tapi ia juga memberikan tanda terima kasih pada Benazir. Merekapun melanjutkan makan. Ketika selesai Jalal berpamitan.

" Honeyy,,,."

" Yaaa,,,." Jodha dan Benazir menyahut dan menoleh bersamaan kearah Jalal.

" Ohh, maafkan aku, aku hanya pernah terbiasa dg panggilan itu." Kata Benazir kemudian.

Jalal jadi canggung sendiri. Jodha melirik Benazir dg sinis. Dan Benazir berlalu dari sana dengan senyum iblisnya. Entah sengaja atau tidak, hal itu begitu mengena di hati Jodha. Tapi ia harus terbiasa dg semua ini, dan cepat menguasai situasi.
Tersenyum pada Jalal dan mengantarkannya sampai pintu depan. ( *Penguasaan diri ataukah ada yang terjadi malam harinya,,,wkwkwkw)

***

4 Bulan berlalu,,,,

Malam hari dikediaman Jalal,,,

Ladly dan Benazir sedang menggambar desain baju untuk seorang Putri. Satu2 nya hal yang bisa dikerjakan benazir dan membuat Ladly mau dekat dengannya, tapi di luar itu, Jodha tetaplah Mommy kesayangan Ladly. Bahkan ketika mereka beraktifitas berdua seperti itupun, Ladly tak mau jauh2 dari Jodha, dan meminta Mommy-nya itu duduk disebelahnya.

" Ladly sayang sudah waktunya tidur,," Jodha mengingatkan Ladly.

" Baiklah Mommy, sudah dulu yah Tante, aku mau denger cerita Mommy.

Benazir tersenyum kecut, tiba2 ia memangku Ladly dipangkuannya,,,

" Ladly, maukah kau memanggilku Mama,,,,,

PRECAP : Benazir tahu siapa Jodha dan surat perjanjiannya dengan Jalal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar