Minggu, 15 Februari 2015

*** FF Coz You're The One Bag.44 ***



Jalal dan Jodha sudah bersiap untuk makan malam dan keluar dari kamar mereka . Jalal memeluk bahu Jodha dan mereka berjalan bersisian menuju meja makan, dimana Ladly , hameeda dan Benazir sekarang sedang menunggu mereka. Melihat keceriaan dan kemesraan mereka Benazir agak nyinyir sedikit, ia lalu meneguk air putih dalam gelas di depannya.

" Sudahlaaaah,,,maluuu.." Kata Jodha setengah berbisik mendiamkan suaminya yg sambil berjalan tadi masih saja menggodanya tentang kejadian tak terduga di kamar mandi barusan .

Tiba di meja makan, dengan masih mengagumi Jodha, Jalal memperkenalkannya pada Benazir.

" Nah , Benazir,, kenalkan ini Mrs. Jodha , Istriku,,,( Benazir tersedak dan menjauhkan gelasnya ) , dan Honey perkenalkan ini Benazir,,,mmmh Let's say, Someone from the past..." Jalal mempersilahkan keduanya berkenalan.

Jodha mengulurkan tangannya, dan Benazir menerimanya. Hanya sekilas, dan mereka kembali duduk di tempat masing2. Benazir mencoba menarik perhatian Ladly dengan akan menyuapinya, tapi Ladly menarik mulutnya dan tidak membiarkan benazir menyuapinya, Ladly lalu melirik Jodha dan meminta pertolongannya.
" Mommyy,,," kata Ladly kemudian.

Jodha yang memang ada di seberang meja Ladly, bangun dan duduk di sebelah Ladly, sehingga kini Ladly diapit oleh benazir dan Jodha.

" Kenapa sayang,,,Owh kau pasti tidak mau makan dengan ikan yang tulangnya masih utuh. Sebentar ya,,,," Jodha mengambilkan piring lain dan dengan telaten memisahkan ikan itu dari tulangnya dg sendok dan garpu,,lalu memberikannya kembali pada Ladly. Ladly mencium sayang pipi Jodha tanda terima kasih. Benazir memandangnya dg iri.

Hameeda segera mencairkan suasana kaku dimeja makan itu.

" Makanlah benazir, maafkan,, aku lupa makanan kesukaanmu, aku harap kau makan dengan lahap ya..." Hameeda mempersilahkan Benazir memulai makannya, sementara ia sendiri sedang mengisi piring Jalal.

" Tidak usah khawatir Ibu, paling aku hanya makan 3 sendok, aku tidak biasa makan malam, aku tidak suka kalau pipiku terlihat'chubby',,hemh." benazir mengatakannya sambil melirik Jodha. Jodha merasa kl dirinya disindir tapi ia diam saja pura2 tak mendengar. sedangkan Jalal di seberang meja, sudah menampakkan wajah tidak suka sambil menahan emosinya. Hameeda menawarkan mengisi piring Jodha.

" Jodha , apakah kau tidak akan makan malam juga nak ? "

" Ohh tentu saja aku tidak masalah dg makan malam Bu, sejak aku tahu cara membakar kalorinya lagi." ~Ooppss~ Jodha sebenarnya memang bermaksud benar, krn ia fikir bsk pagi2 ia pasti sudah akan lari pagi di sekitar taman, kadang memanfaatkan treadmil di ruang kerja jalal kalau hari hujan. Tapi semua orang di meja kecuali Ladly memandang Jodha penuh arti. Jalal yg kembali tersenyum nakal ke arah Jodha, Hameeda yg menutup mulutnya dg sendok, teringat insiden pagi pasca mereka menikah. Dan Benazir yang kebakaran jenggot menerima smash dari Jodha. Dan Jodha baru menyadari kesalahan ucapannya.

Ia kemudian faham dengan yang di fikirkan semua orang. Jodha membesarkan bola matanya penuh arti ke arah Jalal,~memangnya apa yang kau fikirkan?, Apa aku salah~ lalu tanpa terlihat oleh yang lain, Jalal mengedipkan sebelah matanya pada Jodha,~Good Job, Jodha~

Mereka melanjutkan makan malam. Sesekali Hameeda bertanya tentang perjalanan mereka di jepang. Hanya Ladly dan Jalal yang menjawabnya dengan semangat, sementara Jodha hanya sesekali memberikan senyum . Jodha dan Benazir terlihat saling mencuri pandang. Jalal mengetahuinya dan menarik nafas berat, kelihatannya perang dingin diantara mereka akan segera dimulai.

Makan malam pun selesai. Hameeda dan Benazir masih mengobrol di ruang tengah. Jodha sudah membawa Ladly ke kamarnya. Malam ini Ladly ingin tidur bersama neneknya. Sempat terjadi perdebatan tadi, karena Benazir yang ingin menemani Ladly tidur. Tapi Jalal memperingatkan Benazir untuk tidak memaksakan kehendaknya dan karena ini pertemuan pertama mereka, Ladly tidak akan mau ditemani oleh 'orang asing'. Benazirpun mengalah.

Jalal masih di ruang kerjanya ketika Benazir masuk. Jalal sedang melakukan video call dg bawahannya, dan merasa terganggu dengan kehadiran Benazir, tapi tetap melanjutkan kegiatannya. Dengan ekor matanya Jalal tetap mengawasi Benazir yg kemudian berkeliling disana, menyentuh barang2nya di lemari dan akhirnya tiba di tempat sekarang Jalal duduk. Dan Jalalpun mengakhiri video call-nya.

" Ada apa Benazir, kau tak seharusnya ke sini kalau aku tidak memanggilmu, kau tahu, sebentar lagi Jodha istriku akan mengantarkanku minuman coklat hangat, dan aku tidak mau ia salah faham." Jalal berkata dengan ketus.

" Ooh Jalal, that's so sweet,,,akhirnya kau meminumnya, dulu kau bilang kau tidak suka dg coklat,haha,,,dia kah yang merubahmu ? " Benazir agak membungkukkan tubuhnya mendekati Jalal, tepat disaat itulah Jodha masuk.

" Sayang , aku mengantarkan minumanmu." Jodha terkejut melihat Benazir dan Jalal suaminya dengan jarak yang begitu dekat.

Benazir beringsut dari sana menuju Jodha " Kau masih ingat coklat hangat yang selalu kubuatkan untukmu , Jalal,,? Kau bilang itu minuman coklat paling enak yg pernah kau minum." Kata Benazir berbohong. Lalu melanjutkan " Terima kasih Mrs. Jalal,,, kau telah melanjutkan tradisi membuat minuman ini, bolehkah aku memintanya juga ?" Benazir berhenti tepat di depan Jodha

" Tidak masalah Mrs.Pinoy, sebentar aku panggilkan pelayan." Benazir terkejut dengan balasan Jodha.~ Beraninya dia~, menyebut nama keluarga suaminya yang sudah meninggal untuk memanggilnya. Jodha segera memanggil pelayan dan menyuruhnya segera membuatkan minuman coklat satu untuk tamunya. Jalal segera menengahinya. Mendekati Jodha dan mengambil minumannya.

" Jodha , aku akan menemuimu di kamar, bisakah kau tinggalkan kami sebentar." Jalal berkata dengan lembut pada Jodha. Sebenarnya Jodha tidak suka dengan penyelamatan diri yang dilakukan Jalal, apa boleh buat ia harus menurutinya.

Maka dengan tak kalah genit ia berkata " Baiklah, sayang,,,aku akan menunggumu di kamar. Jangan lama2 yah ,,," Jalal terkejut, tapi mau tak mau dia tersenyum juga. Jodha menempelkan jarinya di bibir dan melakukan kiss bye. Sambil berkata " Luv ya,,," Hampir meledak tawa Jalal melihat tingkah Jodha yang tak biasa, tapi ia menahannya . Pasti ia melakukannya karena ada Benazir. Dan memang Benazir terlihat menahan emosi. Setelah Jodha berlalu dari sana, tak ayal Jalal tertawa juga dan memandang Benazir.

" Haha,,, that is so sweet , Isn't ? " Jalal kemudian meminum coklat hangatnya.

" Norak, kampungan,,,mengapa seleramu pada perempuan jadi turun drastis, Jalal ?" Benazir menyindirnya.

Pelayan datang mengantarkan minuman dan mereka duduk di sofa.

" Aku tak harus menjelaskan padamu, yang pasti dia membuatku jatuh cinta,(Jalal diam sebentar dan menyeruput coklatnya ) Jadi,,katakan padaku dari mana kau tahu tentang aku di Dubai ini."

"Hehh, apa susahnya Jalal, kalau aku mau , dalam sekejap aku bisa menemukan kalian." Benazir menjentikkan jarinya.

" Kau bersumpah tidak akan melihatku, bahkan jika aku mati." Jalal mengingatkan.
" Itu,,,mmmh,,saat itu berbeda situasinya Jalal." Benazir merutuki dirinya sendiri untuk berkata seperti itu.

" Jadi katakan bagaimana kau tahu keberadaan kami ?"

" Aku mengetahuinya dari Bhairam, ia yg mengirimku menemuimu, untuk mengganggu keluargamu, dia tahu kelebihanku sebagai wanita penakluk." Benazir mengibaskan rambutnya yg selalu diikat ekor kuda itu.

" Bhairam, Bharmal enterprise ?" Jalal mulai mengingat2, ya dia ada memberikan kartu namanya pada Bhairam di Dublin waktu itu." Lalu mengapa kau memilih jujur mengatakannya padaku ?" selidik Jalal lagi.

" Karena aku hanya menginginkan Ladly,,,dan kau pada awalnya." Benazir membuang muka, dan menyeka air matanya yg mulai menggenang. Ia melanjutkan "Aku mau minta maaf Jalal, atas apa yang telah aku lakukan, aku tahu tidak akan mudah mendapatkan Ladly, tapi aku akan berusaha."

"Omong kosong, Benazir, aku tak akan membiarkanmu."

"Tapi Jalal,,,."

" CUKUP !!!,,,aku sudah terlalu lama membiarkan istriku menunggu, Slamat malam." Jalal segera berlalu dari sana, sebelum ia terperangkap rayuan gombal Benazir. Walaupun Jalal sudah memastikan bahwa tak ada lagi ruang di hatinya untuk Benazir, tapi dengan sejuta tipu dayanya, Jalal tetap saja merasa ketakutan.

Jalal membuka pintu kamarnya yang sudah temaram.~ Sudah tidurkah Jodha~ Ia beringsut ke tempat tidur, melihat mata istrinya yang terpejam, menyentuh pangkal lengan Jodha dan membalikannya. Lalu terkejut ketika tiba2 Jodha membuka matanya dan berkata dengan pelan tapi tegas.

" Jangan menyentuhku,,,,,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar