Kamis, 19 Februari 2015

*** FF Coz You're The One Bag.50 Part 2 ***




" Selamat Malam Ibu Menawati, apakah kalian baik2 saja, Maaf kami sedikit terlambat, untung sodara Jalal datang dan meyakinkan kami tentang kejadian barusan." Kepala Polisi masih bercakap2 dg Menawati, tapi Jodha dan Jalal tidak begitu mendengarkan, mereka malah berdialog sendiri dalam hati. 

***
Sun raha hai naa tu
Apa kau mendengar?

Ro raha hun main
Aku menangis

Sun raha hai naa tu
Apa kau mendengar?

Kyun ro raha hun main (x2)
Kenapa Aku menangis

***
Jodha melihat lurus ke arah Jalal, pandangan mereka bertemu dalam jarak sekian meter. Jodha diam membisu. Jalal tak berani berkata2. Hanya mata mereka yang berbicara , meredakan amarah menjadi kerinduan, kerinduan yang membuncah dan menggelegak, menunggu untuk menyeruak ke permukaan. 

*Karena cinta tak perlu kata2 sejak cinta punya bahasanya sendiri. ( bayangin diserialnya ketika Jodha kembali ke Agra ) 

Oase bening di mata Jalal siap menyeruak, ia mengalihkan pandangannya ke arah perut Jodha seakan berkata ~ Inikah buah cinta kita, Jodha, dia kah yang membuatmu tegar melalui semua ini ?~ dan Jodha hanya mengerjap indah mengalirkan air mata yg tak lagi bisa ditahannya sebagai jawaban atas keterpanaan Jalal, Jodha reflek mengelus perutnya. Kalau tidak ada orang lain disana, Jalal sudah akan berlari memeluk Jodha, menenangkannya dan berbagi dengannya.~ Mengapa kau lama sekali, mengapa baru datang ? Aku menunggumu setiap hari dalam kerinduan ~ Mata Jodha kembali mengerjap mengalirkan air mata yang kian tak terbendung, tanpa suara, hanya saling memandang dalam keterpanaan masing2. Pandangan mereka berhenti ketika Kepala Polisi itu berkata,

" Hari sudah malam, anda dapat melengkapi laporan anda besok pagi sodara Jalal, kami pamit dulu." Kepala polisi itu memberikan hormat, dan Jalal segera menyalaminya, " Terima kasih skali lagi , Pak." Kata Jalal. Kepala polisi hanya mengangguk dan menepuk2 pundak Jalal.

Meinawati mengantar Kepala polisi dan anak buahnya sampai ke pintu gerbang, sedangkan kedua adik Jodha segera masuk ke kamar mereka. Tinggal Jodha dan Jalal yang ada diruang tamu itu.(*Sun Raha hai tu_versi wanita plays,,,)

Jodha terisak, Jalal segera mendekat. Mereka canggung sesaat, Jalal sudah mengembangkan tangannya untuk memeluk Jodha. Ketika ia semakin mendekat perlahan, tiba2 gerakannya terhalang oleh perut Jodha, merekapun tersenyum dalam tangis, Jodha menyambut Jalal, dan mereka berpelukan. Tangan Jalal turun perlahan memegang perut Jodha, mengeratkan pelukannya, mencium anak2 rambut di kening Jodha, Jodha makin terisak. Pelukan yang perlahan membasuh luka hati mereka, melenyapkan ego masing2. meluruhkan kerinduan yang teramat dalam.

Sesaat Meinawati terpekur oleh pemandangan itu ketika ia kembali ke ruang tamu. Ketika ia berdehem pelan, Jodha dan Jalal melepaskan pelukan mereka dengan canggung.

" Aku ingin berbicara denganmu, Naak,,?" Meinawati tak tahu harus memanggil siapa.

" Ohh, Jalal Bu, panggil saja Jalal." Kata Jalal kemudian masih dengan kegugupannya.

" Ohh ya, Jodha, bisa tinggalkan kami berdua saja, kau sebaiknya beristirahat setelah kejadian tadi ,Nak,,masuklah ke kamarmu." Meinawati berucap lirih.

" Ijinkan aku mengantarnya ke kamar sebentar , Bu."
Meinawati diam sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk.

Jalal memapah Jodha menuju kamarnya, Jodha merebahkan kepalanya di dada Jalal sambil mereka berjalan itu. Jalal merebahkan Jodha di tempat tidurnya, Mengangkat kaki Jodha, dan menyelimutinya. Jalal membelai wajah Jodha, mencium lagi keningnya ,

" Istirahatlah aku akan kembali lagi,,," Jalal sudah akan beranjak , Jodha menarik tangan Jalal dalam genggamannya,,,Jalal tersenyum dan mencium tangan Jodha,,

" Aku pasti kembali setelah aku bicara dengan Ibumu, aku janji, cobalah untuk tidur, demi anak kita,,,hemmh." Jalal kembali mengelus perut Jodha, dan Jodha mengangguk. Jalal pergi keluar kamar.

Meinawati sudah menunggunya di ruang tamu dan mempersilahkan Jalal untuk duduk.

" Hemmh,,,Jadiii,,,Apa yang harus aku ketahui ? Kau telah membuatnya banyak menderita ,,,." Meinawati membuka pembicaraan.

" Aku tahu Ibu, dan aku minta maaf. Aku baru mengetahui kebenarannya, dan aku langsung menuju kemari, Maafkan aku membiarkan Jodha melalui ini sendiri,,,"
Jalal lau menceritakan bagaimana mereka bertemu, jatuh cinta dan menikah. Semuanya berlangsung sangat cepat.

" Jodha ingin menceritakannya padamu, Ibu, tapi ia selalu berfikir bhw itu akan menambah beban fikiranmu ,Ibu,,, hingga hari perpisahan kami waktu itu,,,." Jalal lalu melanjutkan, siapa benazir dan bagaimana ia bisa kenal dg Bhairam lalu mengirimkannya untuk memisahkan Jodha dan Jalal. Serta bagaimana Bhairam akhirnya juga yg menyusun rencana pengumpulan masa di depan rumah mereka tadi. 

" Jadi semua ini ada hubungannya dengan Bhairam ?" Meinawati hampir tak percaya, tapi dengan kekejamannya tentu saja itu bukan hal yang tidak mungkin.

" Lalu bagaimana kau bisa terlibat dg Bhairam ?" tanya menawati lagi.

" Aku bertemu dengannya dlm suatu pameran internasional ,Bu, Jodha pernah menceritakan padaku tentang siapa dan bagaimana dia, dari situ aku mulai menjalin kerjasama dengannya. Saat ini sahamku sudah semakin banyak diperusahannya, dan saat aku sudah mulai mendominasi seluruh kebijakannya, ia mengirimkan benazir untuk menghancurkanku dan keluargaku." ~ Dan aku pasti akan membuat perhitungan dengannya~ Jalal menambahkan dalam hati. 

" Aku tidak bisa berbuat apa2 dg itu, aku hanya berpesan agar kau hati2, Jodha akan melahirkan, dan dia butuh ketenangan." Kata menawati lagi.

Jalal hanya mengangguk dan berterima kasih, serta meminta maaf karena dirinya Jodha jd menderita. Menawati menyuruh Jalal menunggu sebentar, ia masuk ke kamarnya dan memberikan Jalal handuh dan satu stel piyama.

" Aku tidak melihatmu membawa apapun , pakailah ini, ini milik almarhum Ayah Jodha,,,." Menawati masih menyimpannya dg baik, ia selalu mengenang suaminya dg barang2nya itu.

Jalal berterimakasih dan segera masuk ke kamar Jodha lagi. Membuka jas abu2nya dan meletakkannya dikursi yg ada di kamar itu , membuka kancing lengan kemeja hitamnya dan menggulungnya, lalu berjalan mendekati Jodha yg menutup matanya. 

Jodha mencoba memejamkan matanya, tentu saja ia tidak bisa langsung tidur, ia membayangkan pertemuannya dengan Jalal tadi sambil memejamkan matanya. Jalal yg kini sudah berjongkok di tepi tempat tidur Jodha, membelai wajah istrinya itu, jodha membuka matanya. Seketika ia hendak beranjak , Jalal menahanya, dan menyuruhnya tetap berbaring. 

" Kau sudah sering menangis , bukan,,,Aku pastikan padamu satu hal,,kau tidak akan menangis lagi." Jalal menahan perasaannya antara bahagia dan menyesal, menyesal karena ia telah menelantarkan Jodha dan membiarkannya menderita sendirian, tapi sekaligus bahagia mengingat buah cinta mereka yg kini sedang ada dalam kandungan Jodha. Jalal juga menderita menahan perasaan tidak berdaya dan rasa bersalah. 

" Maafkan aku,,,,seandainya saja waktu itu aku,,,." Jodha tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, air matanya mengalir lagi.

" Ssssttt, tidak usah meminta maaf, aku juga bersalah, aku membiarkanmu pergi dan tidak mencoba menahanmu,,,Maafkan aku. " Jalal mencium kedua pipi Jodha yang basah.

" Kita tidak akan berpisah lagi kan ?,,," Jalal beranjak ke tempat tidur, memeluk Jodha dari belakang, menahan kepala Jalal sendiri dengan satu tangannya, sehingga posisinya kepala Jalal lebih tinggi dari kepala Jodha kini, dan menelusupkan tangannya dibawah lengan Jodha lalu mengelus perut buncit Jodha. Tangan Jodha berada diatas tangan Jalal yg sedang mengusap perlahan perutnya kini. (* Aku sampe peragain posisi ini sama My hubby, hahaha,,,kalo masih ga bisa ngebayanginnya, ga tau lagi daah,,,xixixix)

" Ini akan menjadi hadiah ulang tahun Ladly yang tertunda kan , Honey,,,? ia pasti akan senang sekali,,ia sangat merindukanmu. Kau mau kan pulang bersamaku ke Dubai kan ?,,,,,,

#Mau gak yaaa ?,,give ur opinion.
#Thank_U dewi Agasshi for your kindly request,dear.
— bersama Alfi Nurhasanah, Dewi Agasshi dan Marni Tanjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar