Minggu, 12 April 2015

Love In Paris_Part 6

Sore yang cerah. Awan masih berarak riang, dan matahari bersiap bergulir ke arah barat. Semburat kuning keemasan di batas cakrawala menemani Jodha dan Jalal yg saat ini sedang berjalan bergandengan tangan ditepian pantai. Sesekali Jodha bergayut mesra di bahu jalal, dan Jalal mencium rambut Jodha yg berkibar di tiup angin.

Sejak penyatuan cinta mereka malam itu, Jodha bahkan tak segan balas mencium Jalal di tempat umum seperti sekarang ini. Jalal hanya tersenyum menerima perlakuan Jodha.

" Jadi kau akan membawaku kemana ?" Jodha mengeratkan genggamannya di tangan Jalal.

" Aku akan mengajakmu menemui Rukaiyyah." Jalal masih memandang ke depan, ketika Jodha menghentikan langkah kakinya.

" Darl, kalau kau ingin menemuinya sendirian, aku tidak apa2, aku akan menunggumu saja disini ." Penjelasan Jalal waktu itu sudah lebih dari cukup menjelaskan apa posisi Rukaiyyah saat ini di hati Jalal . Dan Jodha cukup mengerti ttg hal itu. Walaupun ada sedikit aroma cemburu disana, Jodha lebih memilih tidak bertemu dg Rukaiyyah saat ini.

" Tentu saja tidak, aku memang ingin mengajakmu menemuinya. Kau juga akan menyukai Mehrunissa nanti." Jalal melihat keraguan di mata Jodha . Ia melanjutkan " tidak apa2, aku sudah menceritakan tentangmu padanya, sudah tidak ada apa2 diantara kami, hemmh ?" Jalal menggenggam jemari Jodha lebih erat menyalurkan ketenangan dan kepercayaan diri pada Jodha. 'Yah,,cepat atau lambat aku pasti harus berhadapan dengannya. Ia pernah menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidup Jalal.' Jodha mengembangkan senyumnya ke arah Jalal dan mengangguk mengiyakan. Jalal tersenyum senang.

Di ujung pantai agak ke tengah mereka melihat seorang wanita dengan seorang anak perempuan berumur 5 tahun tampak sedang bercanda disebuah kursi pantai dengan payung lebarnya. Mehrunissa, nama gadis kecil itu , lebih dahulu menyadari kehadiran Jodha dan Jalal. Lalu berlari mengembangkan tangannya menyambut Jalal.

" Papaaa,,," Suara manjanya segera membuat Jalal berlari menghampirinya, sebelum terlebih dahulu mencium pipi kanan dan kiri Rukaiyyah. Jodha terdiam ditempatnya. Merasa canggung dengan kehadirannya sendiri, Jodha malah dibuat terkejut dengan sambutan Rukaiyyah yang begitu ramah kepadanya.

" Ayyee, Jodha Ji,,senang bertemu denganmu. " Rukaiyah menyalami Jodha dan memegang bahu Jodha seraya mengajaknya duduk ditempatnya tadi. Wajah aristokrat yg tampak meruncing di daerah dagunya dengan iris mata berwarna kebiruan dan sinar mata yg tajam tapi meneduhkan , membuat siapapun yang memandangnya tertegun akan kecantikan yg terpancar dari wajahnya. Rambutnya yg agak pirang menegaskan lagi bahwa Rukaiyyah adalah blasteran India-Inggris seperti yg pernah diceritakan Jalal.

" Papa,,,ayo main pasir disana, Mama takut mengajakku tadi." Suara Mehrunissa memecah kebisuan mereka.

Jalal yg mengerti bahwa Rukaiyyah dan Jodha membutuhkan waktu untuk berbicara berdua akhirnya pamit dari hadapan mereka dan menggendong Mehrunissa dipunggungnya lalu menjauh menuju ke tepi pantai.

Rukaiyyah mempersilahkan Jodha untuk memesan terlebih dahulu.

" Kau mau minum apa ? " tanyanya ramah,suaranya yang lembut  tampaknya benar2 bisa membuat lawan bicaranya betah mengobrol berlama2 dengannya.

" Sama saja dengan yg kau pesan, tidak apa2." Jodha mulai merasa nyaman dg keramahan Rukaiyyah. Rukaiyyah memesan dua Blue Pepsi with ice sedangkan untuk Jalal dan Mehrunissa ia memesankan air mineral.

Rukaiyyah memandang Jalal dan Mehrunissa yg sedang tertawa bahagia menyusun istana pasir mereka. Jodha memandang Rukaiyyah dan mengikuti pandangannya. Jodha membuang muka jengah.

" Lihatlah mereka Jodha, tertawa tanpa beban. Aku selalu ingin melihat Jalal tertawa seperti itu. Bermain riang bersama anak2nya kelak. Walaupun kami mengadopsi Mehrunissa dari ia masih bayi, tetap saja rasanya berbeda, Jodha." Rukaiyyah mengalihkan pandangannya ke Jodha. Menatapnya sambil tersenyum sekarang. Lalu melanjutkan " Jalal mengabariku ketika ia akan menikahimu sebulan yg lalu. Dan aku bahagia. Tidak seperti layaknya mantan pasangan kebanyakan, hubungan kami baik2 saja sekarang Jodha. Kami bertemu kalau Mehrunissa memintanya atau Jalal sekali waktu ingin mengajak Nisaa ke tempat permainan anak2. Aku minta maaf karena pernah memintanya datang mungkin saat itu ia sedang bersamamu. Mehrunissa tidak mau makan sebelum ia bisa bertemu dg Jalal."

Jodha jadi tidak enak, mengingat tindakannya waktu itu. Ia menenangkan Rukaiyyah dan mengatakan " Tidak apa2,aku mengerti sekarang. " diam sebentar, lalu Jodha melanjutkan "maaf kalau aku boleh bertanya, jika cinta kalian begitu besar, mengapa kau memutuskan untuk berpisah ? " selidik Jodha penasaran.

Rukaiyyah tersenyum dan melipat kedua lengannya di atas dada lalu bersandar dikursinya. " Jodha , kadang cinta yg teramat besar bisa menjadikan kita terlalu posesif atau bahkan sebaliknya, melepaskan cinta demi kebahagiaannya bersama yang lain."

" Aku masih tidak bisa mengerti, Rukaiyyah. Seharusnya kalian masih bisa bertahan walaupun tanpa kehadiran seorang anak, dan kalian jg sudah mengadopsi Mehrunissa. Jadi apa yang salah?"

Rukaiyyah kembali tersenyum " Tidak ada yang salah. Cinta tak pernah salah. Hanya situasinya yg tidak mendukung.  Mungkin bisa bertahan, setahun atau dua tahun. Tapi kau akan semakin rapuh melihatnya mengasihanimu, over protetif, bahkan curiga dg siapa kau bergaul dan berteman hanya karena ia tidak mau melihat pandangan orang yg mengasihani nasibmu. Itulah yg terjadi padaku. Aku marah, aku berontak. Aku tidak butuh rasa kasihan dan tatapan sinis orang yang memandang rendah ketidaksempurnaanku. Tidakkah seseorang di dunia ini bisa mengerti ? Bahwa aku jg ingin hidup normal. " Mata Rukaiyyah berkaca2, tapi ia tidak membiarkan airmatanya jatuh.  Rukaiyyah menyeruput minumannya dan kembali memandang Jalal dan Mehrunissa. Jodha sedikit demi sedikit mengerti apa yang dirasakan Rukaiyyah. Selain karena ingin melihat Jalal punya kesempatan memiliki anak sendiri, Rukaiyyah juga menyelamatkan harga diri dan keegoannya. Hal yang sangat manusiawi. Dan kelihatannya ia sangat tegar.

" Aku mencoba mengerti , Rukaiyyah. Sungguh aku bukan merasa kasihan padamu. Tapi kini aku mengerti dan memahami keputusanmu. Maafkan aku telah salah menilaimu. Kau,,wanita yang sangat tegar yg pernah kutemui. Aku berharap aku jg bisa setegar dirimu dalam memandang hidup."

Rukaiyyah mengulurkan sebelah tangannya dan menggenggam tangan Jodha yang berada di meja. " Apapun masalahmu Jodha, kau akan selalu mempunyai Jalal untuk bersandar. Dia lelaki yang baik. Kau hanya perlu menurut padanya. Tidak seperti aku yg pemberontak,,,hemmh ?" Mereka berdua tertawa, menertawai Jalal yang terkadang memang sangat posesif. Rukaiyyah melanjutkan " aku hanya singgah beberapa hari di Paris, keluarga besarku masih tinggal di sini. Aku tinggal di Turki dan mengikuti suamiku disana."

Jodha terkejut " Jadi kau sudah menikah lagi sekarang ?."

" Sebulan sebelum kalian menikah. Dia pria yang lebih tua 10 tahun dariku. Dia haus akan kasih sayang,,,hahaha,,,tapi  aku mencintainya, lagipula siapa yang akan tahan dengan pesona pria penuh pengertian dan pantang menyerah sepertinya. Dia bahkan sudah mengejarku ketika aku baru saja berpisah dari Jalal. "  Rukaiyyah menatap dalam mata Jodha lalu melanjutkan " Karenanya kau tidak perlu cemburu padaku Jodha. Kisah aku dan Jalal sudah berakhir. Berbahagialah dengan Jalal, hein na ?" Rukaiyyah tertawa lebar. Jodha tidak tahu harus berkata apa. Ia merasakan perasaan hangat yg luar biasa mengaliri seluruh peredaran darahnya dan menarik nafas panjang menyadari bahwa cinta nya kepada Jalal benar2 sudah tumbuh. Hanya perlu menyirami dan memupuknya.

Jalal dan Mehrunissa sudah kembali dan sedang berjalan menghampiri Jodha dan Rukaiyyah yg saling melemparkan senyum. Melihat kedatangan mereka, Rukaiyyah langsung berdiri untuk segera berpamitan.

" Nah , sudah terlalu sore. Kami pamit dulu. Ayo Nisaa, beri salam pada Chotti Ammi dan Papamu, kita harus kembali sekarang."

Mehrunissa maju ke depan Jodha lalu memeluk dan menciumnya sebagai tanda perpisahan. Jodha terharu sekali. Ia balas mencium Mehrunisaa. Jalal mencium pipi kakan dan kiri Rukaiyyah sebagai tanda perpisahan. Rukaiyyah juga mengembangkan tangannya memeluk Jodha " Sampai bertemu lagi , Jodha. Dan selalu ingat pesanku , Okey ?" Jodha tersenyum dan membalas pelukan hangat Rukaiyyah. Mereka berpisah dan saling melambaikan tangan. Jalal segera memeluk pingang Jodha. Jodha jengah dan melirik protes pada Jalal. Tapi ia tersenyum juga akhirnya. Jalal membalikkan tubuh Jodha ke arahnya " Kalian sangat akrab sekali tadi, apa saja yang kalian bicarakan ?"

" Membicarakanmu ."

" Ohh ya ? Lalu apa lagi ? Apakah dia memberikan tips dan trik untuk,,,AWW!!" Jalal tidak menyelesaikan kalimatnya karena cubitan Jodha sudah mendarat dipinggangnya dengan keras...

Jodha tahu kemana arah pembicaraan Jalal. Jodha langsung melumat bibir Jalal dan tak membiarkan ia bernafas sedikitpun. Jalal membalas Jodha sambil menggelitiknya agar ia bisa bernafas sedikit, dan mereka pun tertawa bahagia ditemani semburat senja yg semakin memerah , menandakan pergantian siang ke malam.

***

Hari Minggu,,,

Jalal menyenangkan Jodha sepanjang hari ini. Dari mulai bangun tidur, Jalal sudah menyiapkan sarapan dan menyuapi Jodha ditempat tidur. Selesai sarapan, Jalal membawa Jodha ke kamar mandi dan memandikannya. Setelah mereka memadu kasih dg sesi bercinta yang sangat melelahkan tadi malam, perlakuan Jalal dianggap Jodha sebagai ucapan terima kasih. Tapi sebenarnya tidak. Jalal tahu hari ini hari Ulang Tahun Jodha. Tapi kelihatannya  Jodha bahkan tidak mengingatnya . Jalal bermaksud memberikannya kejutan nanti malam. Sepanjang hari ini ia hanya ingin melayani dan memenuhi semua permintaan  Jodha.

" Kau mau kubuatkan apa untuk makan siang, my Laddu ?" Jalal memandang wajah Jodha yang sedang duduk menghadap ke cermin .

" Mengapa kau baik sekali hari ini. Aku jadi curiga!" Jodha memicingkan matanya sambil masih tetap bercermin tapi mengarahkan matanya pada Jalal yg berdiri di belakangnya memandangnya lewat cermin.

" Aku hanya ingin menghiburmu, lagipula ini hari Minggu, aku benar2 ingin mengganti semua hari yang aku lewatkan ketika harus meninggalkanmu,,,hemmh ?"

Jodha tersenyum dan menunduk malu2. " " Baiklah, aku ingin belanja,,,kau mau kan mengantarkanku ke Fresh Mart terdekat ?"

" Hanya itu ? Gampaaaaang. Kita berangkat sore saja, sekarang ada hal yg harus kukerjakan dl,sampai jumpa nanti sore !"
Jalal meninggalkan Jodha dan bersiap menyiapkan kejutan ulang tahun Jodha. Sebuah balon udara tengah dipersiapkan oleh para pekerja di bagian belakang kastil Jalal. Disana rencananya Jalal akan membawa Jodha terbang berdua saja dgbalon udara dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Jodha.

Sore harinya Jalal dan Jodha sudah bersiap. Jalal menggendong Jodha keluar dari kamarnya walaupun jodha sudah protes karena malu kalau dilihat Jiji Anga dan para pelayan. Tapi Jalal mengabaikannya. Jiji Anga bahkan hanya bisa tersenyum bahagia melihat kelakuan mereka. Akhirnya setelah sekian lama, Jiji Anga merasa bahagia karena bisa melihat senyum cerah Jalal, anak asuhnya. Jiji Anga bersyukur dengan kehadiran Jodha yang periang dan penuh kasih. Jodha dan Jalal pamit pada Jiji Anga dan Jiji Anga berpesan agar mereka berhati2.

Jalal keluar dari kastilnya dengan masih menggendong Jodha. Lalu memasukkan Jodha ke mobil dan memasangkan seat beltnya sambil masih sempat mendaratkan ciumannya di bibir lembut Jodha. Jodha memukul lembut Jalal pura2 marah. Jalal lalu melajukan mobilnya menuju ke Pusat kota Montea Boudreux yang mulai diterangi lampu2 kota.

Jodha belanja semua kebutuhan dapur dan dirinya. Jalal menemani sambil mendorong keranjang belanja Jodha. Sesekali Jodha menyuapkan makanan ke mulut Jalal ketika ada sample makanan di dalam fresh mart yang harus mereka coba. Sejam lebih mereka berkeliling dan mendapatkan sekeranjang penuh bahan makanan segar dan frozeen untuk sarapan yang selalu disiapkan Jodha sekarang. Jalal mulai terbiasa dg kebiasaan Jodha yang memperlakukannya seperti anak kecil yg akan berangkat sekolah. Tak jarang Jodha mengejar Jalal sampai ke mobil agar ia menghabiskan susu coklatnya atau teh hangat yg di buat Jodha, karena Jalal sudah mulai sering kesiangan sekarang. Aktifitas malam harinya bersama Jodha membuat ia harus kembali beradaptasi dengan jadwal bangun paginya.

Jalal sudah memasukkan barang belanjaannya ke mobil. Di dalam mobil ia bertanya pada Jodha " Apakah kau sudah lelah , Laddu ? Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."

" Tidak, belum. Kemana ?"

" Nanti juga kau tahu, kencangkan seat beltmu."

***

Tiba ditempat yang dimaksud Jodha terkejut dengan balon udara yang telah disiapkan Jalal. Beberapa pekerja mulai menyalakan tabung pengisi bahan bakar. Setelah dinyalakan, Jalal membimbing Jodha masuk ke dalam balon udara. Jodha agak ngeri awalnya, tapi Jalal menenangkannya. Hanya mereka berdua di dalamnya. Didalam balon udara itu hanya tersedia sebuah keranjanh makanan dan minuman dan alat komunikasi ke penyedia pelayanan balon udara. Relatif mudah menerbangkannya. Karena balon udara itu sudah di set otomatis. Ia akan berhenti di pemberhentian selanjutnya dengan kode pendaratan yang akan dikirimkan Jalal. Jodha dan Jalal melongok keluar , ketinggian mereka sudah mencapai 500 meter dari tanah . Mereka turun dari perbukitan menuju ke bawah. Waktu yang di set untuk melayang di udara itu hanya sekitar 1 jam. Jalal jarus memberikan kabar ke menara pengawas penyedia layanan bila ia akan melanjutkan pemakaiannya.

Jalal membuka minuman dingin dari keranjang untuk dirinya dan untuk Jodha. Jalal melakukan 'Toast' dan mengucapkan " Happy Birthday , my Laddu." Jodha terdiam dan mengingat2.

"Ya, Tuhan ,,,serasa sudah seabad aku tidak merayakan ulang tahunku. Sejak Pa' meninggal 3 tahun silam, tidak ada lagi yg mengingat dan merayakan ulang tahunku. Teman2kupun hanya mengucapkannya lewat media sosial, yang kadang jarang aku buka juga,bagaimana kau tahu ?"

"Ketika kita menikah dan aku harus menandatangi kelengkapan administrasinya, aku melihat tanggal kelahiranmu." Jalal tersenyum dan memandang Jodha dengan penuh cinta.

" Ooh ,,,darl, how much i love your surprise, bohot dhanivaad,,," Jodha memandanngn sendu ke arah Jalal dan mendaratkan ciumannya di pipi Jalal. Jalal menggeleng dan menunjuk bibirnya. Jodha tertawa dan mengulangi mencium Jalal dipipi sebelahnya.

" Kau ini,,masih saja malu pada suamimu,,,"

Jodha pura2 melotot dan marah " Aku tidak malu!"

" Coba buktikan, pasti kau menolak kalau aku mengajakmu bercinta disini!!" Goda Jalal.

Jodha menutup mulutnya tak pervaua pada permintaan Jalal.

" Are you insane ???,,hooohh."

" Prove it, Jodha."

" Oowwhh, kau akan berteriak minta ampun, Jalal Ji,,lihat saja."

Jodha maju ke hadapan jalal, menggodanya sesaat, mengigit telinga Jalal dan mulai melepaskan bajunya. Mereka terduduk  di lantai balon udara itu dan Jodha mulai mengarahkan serangannya. Mencium dalam2 leher Jalal dan meninggalkan bekas merah disana, diulanginya lagi didaerah yang lainnya hingga Jalal berteriak memohon ampun. Jodha tidak mendengarkannya dan memaksa Jalal hanya melingkarkan tangannya di pinggang Jodha. Jodha membuka pakaiannya dan mulai kembali menggoda Jalal. Jalal tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuh Jodha yg terbuka dengan tangannya. Sekali lagi Jodha meminta Jalal untuk diam dan hanya menikmati apa yang dilakukan Jodha.

Akhirnya Jalal menyerah dan tersenyum bahagia dengan apa yang sudah di lakukan Jodha padanya. Sebuah sensasi yang menegangkan dan menyenangkan. Dan semua itu karena Jodhanya. Mereka duduk bersisian kelelahan sambil mengatur nafasnya. Sementara dari halkie talkie terdengar suara petugas pengawas jasa balon udara memanggil mereka. Jalal menekan tombol angka 1 tanda mereka memperpanjang perjalannya 1 jam ke depan. Dan Jodha melotot ke arah Jalal, melihat raut wajah Jalal yang mulai memintanya melanjutkan sesi berikutnya,,,,

***

Jodha dan Jalal memasuki kastil dg riang. Jiji Anga sudah menunggu di ruang makan dg sajian makan malam pesanan Jalal. Ada sebuah kotak panjang berwarna hitam diikat dg pita berwarna kuning keemasan dan diselipkan sebuah kartu ucapan diatasnya.  Ukurannya cukup besar , hampir setengah badan meja makan dan diletakkan ditengah2 meja . Jodha melirik Jalal tak mengerti " kejutan apa lagi ini, darl ?"

Jalal juga bingung , lalu bertanya pada Jiji Anga " Siapa pengirimnya ?"

" Aku juga tidak tahu Jalal. Kurirnya hanya mengatakan paket itu adalah paket untuk hari istimewa Madame Jodha."

Jodha dan Jalal saling berpandangan. Jalal berinisiatif mengambil kartu nama yg terselip diluarnya. Lalu membacanya agak keras.

" Untuk seseorang yang telah merebut  kebahagianku, semoga Tuhan menghukummu." Jalal makin tidak mengerti dan memandang Jodha was2. " kita buka saja ." Katanya kepada Jodha.

Jalal membuka perlahan2 kotak tersebut. Didalamnya terdapat bungkusan warna putih yg masih menutupi barang di baliknya. Jodha menyingkapkannya. Dan berteriak terkejut sambil menutup  mulut dg kedua tangannya.

Sebuah protease kaki manusia sebatas lutut dilumuri cairan berwarna merah darah,,,,

PRECAP : Jodha tidak mau makan dan sering bermimpi buruk di dalam tidurnya.  Jalal mengira ini ada hubungannya dengan dunia spionase yg mulai menyadari sepak terjang Jalal di Pakistan.

Catatan kaki :
Protease adalah tiruan bagian tubuh manusia yg bisa dipakai...di sini protease nya berupa kaki buatan/kaki palsu.

Spionase : kegiatan memata-matai.

1 komentar:

  1. Jodha lebih "heboh" dari Jalal nih dalam ilmu menyerang tubuh...

    BalasHapus