Selasa, 14 April 2015

*CINTA TAPI GENGSI_EPILOG(REVISI)

***CINTA TAPI GENGSI_EPILOG (REVISI)***

Jodha sedang membereskan barang2nya dirumah susunnya. Pertengkarannya dengan Jalal benar2 membuat dadanya sesak. Selalu saja,,,bagaimana mungkin dia tidak mengerti bahwa hormon wanita hamil memang kadang2 melonjak lalu kadang turun drastis. Dan semua itu hanya karena pertengkaran sepele yg akhirnya membuat Jodha meminta Jalal menceraikannya saja. ' Lihat saja sampai kapan ia akan tetap bertahan untuk tidak menjemputku disini, aku tidak mau pulang! Dasar egois ! ' Jodha menyusut air matanya lagi. Bahkan bujukan Hameeda mertuanya kali ini pun tidak mampu meluluhkan Jodha. Sedangkan Mirza teramat bingung dg kelakuan kakak dan iparnya tersebut. Ia lebih baik menyingkir dan menghabiskan sebagian waktunya dengan Bella yang baru saja dipacarinya beberapa bulan ini. Jodha mengangkat telfonnya, dan melihat layarnya ' Ma Hameeda', dengan terpaksa Jodha memencet tombol  'terima' di ponselnya.

" Ya, Ma,,,."

" Jodha anakku, kalau kau sudah selesai dg amarahmu, aku sendiri yg akan menjemputmu pulang, hein na ? Kasihan cucu2ku, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mereka, hemmmh ?Pulanglah , nak ?"

" Tidak , Ma' aku tidak mau pulang kalau Bhaiyaa tidak menjemputku!"

"Ck,,kenapa kalian berdua keras kepala sekali, mengalahlah just for once, Jodha."

" Aku tidak mau Ma, kali ini anak Ma itu sudah keterlaluan!"

" Jodha, tidak ada masalah yg tidak bisa diselesaikan anakku,,,aku jemput sekarang yah ?"

Jodha masih terdiam. Hameeda menarik nafas dan menutup telfonnya. Kenapa Ia punya anak yg begitu keras kepala seperti Jalal, parahnya ia mendapatkan istri yg sama2 keras. ' Hayy Rabba',,,,

***

Sementara di kantor, Jalal tidak konsentrasi dg seluruh pekerjaannya. Sore ini ia akan berangkat ke Beijing untuk urusan yg sudah ditundanua selama seminggu, dan ia belum jg menyelesaikan masalahnya dengan Jodha. Ingin rasanya Jalal berlari pada Jodha-nya saat ini, tapi Jalal berfikir, kali ini Jodha harus benar2 dapat pelajaran.

Jalal menelfon Mirza untuk mempersiapkan keberangkatannya. Mirza bertanya 'bagaimana dengan Jodha.'

" Kau pesankan saja tiketnya, terserah dia mau pergi atau tidak."

" Kakak,,mengalahlah sedikit,,kakak ipar sedang hamil. Apa kau tidak kasian dengan anak2mu yang sedang dikandung olehnya."

" Aaah, kau cerewet sekali , Mirza. Kali ini aku tidak akan memaafkannya. Dia sudah keterlaluan."

" Sebenarnya apa seh masalahnya , hingga kalian ribut besar seperti itu ?"

" Aah, bukan masalah serius. Kau tidak akan mengerti."

Mirza menyerah dan menutup telfonnya.

***
Jalal sudah siap di bandara, satu jam sebelum jadwal keberangkatan. Ia menunggu Jodha, kalau2 ia datang dan jadi pergi dengannya. Tapo dengan sifat kerasnya rasanya mustahil hal itu bisa terjadi

***

Jodha melirik jam ditangannya hatinya gelisah antara pergi menyusul Jalal ke bamdara atau tidak. Setengah jam yang lalu Mirza sudah menelfonnya dan akan mengantarkan Jodha ke bandara. Tapi perang batin masih berkecamuk dalam diri Jodha. ' Tapo aku juga tak mungkin membiarkannya oergi seperti ini.'  Jam dipergelangan Jodha masih berputar. ' Apa boleh buat, aku harus menyusulnya.' Jodha berdiri dengan payah, seketika itu juga Mirza muncul dari balik pintu.

***

Jalal segera menggeret koper nya dan bersiap ke area boarding pass. 'Jodha pasti tidak mau pergi, haissh selalu saja berdebat hal yg tidak penting dgnya. Nanti saja di Beijing aku menelfonnya. Akhirnya aku harus mengalaj dg sifat keras kepalanya.' Jalal baru saja akan mendorong tapping gate, ketika Jodha memanggilnya dari belakang

" Bhaiyaa,,,,."

Jalal menoleh dan memperhatikan Jidha dengan perut buncitnya. Ia sudah akan tertawa melihat wajah memelas Jodha, tapi ditahannya dan kembali memasang wajah garang.

" Kalau tidak mau ikut ya sudah, buat apa membawa perempuan yang sedang hamil, merepotkan saja."

" Kakak, mengalahlah sedikit,,,haissh aku menyerah dg kelakuan kalian. Ini koper bhabijaan dan timetnya. Aku tinggalkan kalian. Dan aku mohon,,,pleeeease,,,berbaikanlah. Kasian keponakan2ku yg belum lahir karena sifat egois kedua orang tuanya." Mirza menepuk dahinya sendiri dan segera berlalu dari sana.

Jalal mengambil alih koper Jodha dan tanpa berkata apapun dia masuk lebih dahulu untuk melakukan proses registraso dan hal2 lain yg diperlukan untukbpenerbangannya. Jodha hanya mengekor dari belakang.

***

Jodha dan Jalal sudah duduk di kabin pesawat saat ini. Setengah jam lagi pesawat akan  'take off '.

Jodha bersandar di kursinya membelakangi Jalal, dan Jalal masih menikmati tontonan dr layar didepannya. Dilihatnya Jodha yang akhirnya tidur mendengkur. Di balikkannya tubuh Jodha agar bersandar di bahunya. Jodha merasakan sentuhan Jalal, ia tetap menutup matanya.

*Flashback

" Aku tidak mau menetap di Beijing." Bantah Jodha sengit.

" Jodha , kau harus mengerti, proyel ini membutuhkan kehadiranku disana, aku tidak bisa hanya mengandalkan Mr.Chang."

" Kalau begitu batalkan kesepakatannya!" Jodha menghembaskan tubuhnya di tempat tidur.

Jalal geram dg perilaku Jodha yg bersikeras tidak mau ikut Jalal menetap di Beijing. Dan mendengar pernyataan Jodha barusan darahnya kembali mendidih.

" Kalau begitu kau tinggal saja di London."

" Aku tidak mau jauh darimu. Aku sedang mengandung anak2mu . Masa kau tega."

" Cukup Jodha, kali ini aku mohon pengertiannmu. Aku tidak akan membatalkan kesepakatan , karena taruhannya adalah semua aset dihotelku."

" Kalau begitu ceraikan saja aku, sejak awal,,,kau memang hanya perduli dg kesepakatanmu. Aku dan anak2mu yg akan kulahirkan ini tidak berarti apapun."

" JODHAAA,,,,"

*Flashback end....

Jalal mengecup sayang kening Jodha. Jodha membuka matanya. Dilihatnya Jalal yang menangis sambil memeluknya.

" Bhaiyaaa,,,,"

" Ssshh,,,,tidurlah,,,,aku hanya ingin memelukmu setiap hari seperti ini sepanjang hidupku."

***

" Congratulation Mr.and Mrs.Jalal , your twins are health, both of them will be born next mont , eat well and diet please..they are getting bigger and bigger now.." mereka bertiga lalu tertawa. dr. Piam , obstetrik yang menangani pemeriksaan Jodha pagi itu memastikan , bahwa kandungan Jodha baik2 saja. Mungkin karena cocok dengan udara di Beijing, kehamilan Jodha hampir tanpa kendala sedikitpun. Jodha dan Jalal begitu menikmati kehamilan Jodha ini. Mr dan Mrs. Chang tak henti2mya memberikan nasehat2 kepada Jodha dan Jalal. Dan Jalal sangat berterima kasih kepada mereka.

Perkebunan Anggur yang dikelola Jalal dan Mr.Chang di luar kota Beijing membutuhkan perhatian ekstra . Karenanya daripada meninggalkan Jodha di London , Jalal membawanya serta ke Beijing . Walaupun dg sedikit perdebatan diantara mereka. Jalal menitipkan Jodha pada keluarga Chang yang dengan senang hati menjaga Jodha sementara Jalal harus bolak-balik melihat pembangunan hotel dan perkebunannya itu.

Moti juga sudah melangsungkan pernikahannya dan hidup bahagia dengan Surya di London. Beberapa bulan ke depan, Mirza dan Bella juga akan melangsungkan pernikahannya, lalu mengunjungi Jodha dan Jalal di Beijing ini sekaligus berbulan madu. Hameeda , sejak mendengar kehamilan Jodha, memohon padanya dengan sangat agar mengundurkan diri dari pekerjaannya di Deplu dan berkonsentrasi dg kehamilannya. Tadinya Jalal menolak, tapi dengan besar hati Jodha menerimanya. Hal ini membuat Hameeda terharu akan pengorbanan Jodha. Sedikit2 ia mulai menerima Jodha sebagai menantunya. Setiap hari Hameeda menelfon Jodha untuk mengingatkan Jodha agar menjaga kehamilannya. Bahkan untuk hal2 kecil sekalipun , Hameeda selalu mengingatkan Jodha. Ketika awal2 Jodha tinggal di Beijing , Hameeda ikut juga menetap di Beijing untuk beberapa saat, masih dengan semua kebawelannya . Hal itu malah jadi hiburan tersendiri untuk Jodha. Jalal bahagia melihat ibu dan istrinya yang mulai akur sejak mengetahui Jodha hamil. Ia tak henti2nya mengucapkan rasa syukur.

***

Jalal sedang menunggui Jodha diruang persalinan. Jodha tak henti2nya berteriak mengaduh menahan kontraksi

" Ini semua gara2 dirimu , Bhaiyaa,,,aku tidak mau hamil lagi....aaahh...awwww." Jodha mengerang lagi dan Jalal hanya bisa mengusap2 punggung Jodha mengalirkan semangat dan turut meresakan kesakitan Jodha. Setelah sakitnya reda. Jodha meminta Jalal membelikannya minuman dingin. Jalal meminta Mirza mengambilkannya. Rasa sakit Jodha datang lagi , kali ini lebih sering dan lebih sakit...

" Bhaiyaaa,,,cepat panggilkan dokternya,aku sudah tidak tahan lagi , bhaiyaa,,,cepat." Dokter memeriksanya lagi, dan ternyata ketuban Jodha sudah pecah duluan, dokter memutuskan operasi dan Jalal hanya bisa pasrah.

***

Sudah 3 minggu usia Hasan dan Husain. Dan selama itu Jodha diperlakukan bak Ratu dalam istana. Tak ada yg boleh dikerjakan Jodha. Kerjanya hanya makan dan menyusui anak2nya. Jalal juga memenuhi segala keinginan Jodha. Sampai hal terkecil sekalipun, Jalal tak membiarkan Jodha melakukannya sendiri. Ia terlalu bahagia mendapatkan Hasan dan Husain. Seperti malam ini sebelum tidur Jalal bergantian dg Jodha memggendong si kembar. Husain sedang menyusu pada Jodha. Dan Jalal menina bobokan Hasan sambil sebentar2 menguap menahan kantuk. Menyanyikan sebuah lagu yg kedengarannya sangat fals di telinga Jodha...

" Hahha....Bass,,Bass, Bass, Bhaiyaa, biarkan aku menyusuinya. Kau tidurlah ,,,."

" Tidak , Jodha aku masih merasa ' amaze' dengan kehadiran mereka. Kau akan tidur bersamaku makhluk kecil, ya kan ? " Jalal merebahkan Hasan di sampingnya dan mulai menepuk2 baby Husain.

Kedua bayi kembar mereka sudah tidur di box nya masing2. Jodha dan Jalal sedang berdiri memandangi mereka sekarang.

" Terima kasih, honey. Mmmuuuahh, kalau seperti ini, aku tidak keberatan kalau kau hamil lagi tiap tahun." Jodha melebarkan bola matanya dan melotot ke arah Jalal.
Yang dipelototi malah tertawa terkekeh.

" Bhaiyaa,,,,!, kau saja yang hamil lalu melahirkan, kau kira gam,,,aaah aww."

Jalal membawa Jodha ke ranjang, menindih tubuhnya, dan tak membiarkan Jodha berkata apapun lagi,,,,,

*Author
Cinta mereka hadir tanpa disadari, dan ketika cinta itu hadir, mereka pun sama2 gengsi untuk mengakuinya. Kadang2 cinta memang tidak butuh pengakuan,,,,,

#
Mohabbat barsa dena tu, sawan aaya hai,,,,,

*****
THE END...TAMAT...HABISS......udah yeh...hosh...hosh...ga abis2 dung kalo begini.

1 komentar:

  1. Hatur Nuhun mba Fatima Zahra....sangat mengesankan...

    Tere liyenya ga lanjut?? seru bingits n kocak abiz..

    BalasHapus