Rabu, 08 April 2015

FF LOVE IN PARIS_PART 2

#FFJA ^ LOVE IN PARIS ^_ PART 2
BY: Fatimah Zahra

Jalal menghentikan gerakannya saat wajah Jodha dan dirinya hanya berjarak beberapa centimeter lagi. Jalal melihat tubuh gemetar Jodha dan usahanya untuk menenangkan dirinya dengan peluh yang mulai turun ke wajah Jodha. Jalal mengerti apa yang dirasakan Jodha. Ia lalu menggenggam kedua tangan Jodha dan hanya menyentuhkan keningnya ke kening Jodha.

" Hemmh,,,maafkan aku Jodha, aku mengerti kalau kau butuh waktu untuk bisa bersamaku , aku melepaskanmu hari ini, My Laddu. " Jalal tersenyum dan mengusap rambut Jodha. Jodha membuka matanya , terkejut dengan ucapan Jalal barusan. Terutama panggilan Jalal untuknya ' Laddu ' (manisan.bhs india.red) Jodha tersenyum dlm keterkejutannya dan perlahan membuka mata lalu menarik keningnya dr kening Jalal.

" Owh,,,emm,,,kenapa?"

" Hahah,,, itulah mengapa aku lebih suka dengan wanita dewasa, tidak sepertimu."

" Apa maksudmu,,,." Jodha semakin heran.

" Tidak ada. Tapi aku suka kepolosanmu Jodha, kau patut ditunggu..." Kata Jalal sambil kini menepuk pipi Jodha lembut. Sedikit2 Jodha mulai mengerti apa maksud Jalal. Hanya saja ia heran apakah itu suatu bentuk pujian atau bukan .

Jalal melangkah mundur menjauhi Jodha,,,

" Aku akan tidur di kamar tamu di sebelah ruanganmu ini. Aku harap kau tidak takut tidur sendirian,,,selamat malam My Laddu ." Jalal membungkuk hormat ala bangsawan Eropa dan pergi menghilang dibalik pintu penghubung yang ada dikamarnya. ' Owh, Jadi Jalal tidak akan tidur disini, lalu dimana dia akan tidur ? 'Yang Jodha tahu tadi siang, ruangan disebelah itu adalah ruang kerja Jalal. Jodha masih terus bertanya2 dalam hati. Tapi direbahkannya juga tubuhnya diatas kasur yang super empuk itu. Rasanya sudah berhari2 Jodha tidak tidur nyenyak, dan ia pun segera terlelap.

***

Gerimis di luar kamar membangunkan Jodha. Jam 9 pagi waktu Paris. ' Ya Tuhan, aku tidak pernah bangun sesiang ini. Dibukanya tirai jendela di kamarnya, lalu di bukanya daun jendela itu perlahan2. Suara rintik hujan yang selalu menenangkan Jodha, dan suasana pagi yg mendung entah mengapa selalu menarik hati Jodha. Mungkin karena hujan  selalu identik dengan suasana hatinya. 'Aku selalu merindukanmu, Ma,,,merindukan kebersamaan kita.' Jodah membiarkan air matanya mengalir. Walaupun Meera ibu kandung Jodha sudah lama meninggal, kenangan bersamanya selalu tersimpan rapi di benak Jodha. Kenangan tentang hujannya terakhir kali bersama Meera adalah ketika mereka bertiga bersama Bharmal, ayah Jodha bermain bersama ditengah  derasnya hujan. Nenek Jidha sudah melarang mereka bermain, tapi orang tua dan anaknya itu malah makin senang bermain, berlari kesana kemari. Tapi tiba2 petir menyambar tubuh Meera, dan ia jatuh tersungkur ditanah dengan tubuh yang hampir gosong. Petir telah mengambil Meera dari keluarga Jodha. Dan sejak itu Jodha sangat takut dengan petir. Ia ingin sekali membenci hujan, tapi kenangan bersama Meera selalu menggugahnya untuk selalu menikmati hujan. Seakan ia melihat dirinya menari bersama , Meera Ibunya. 'Kau senamg kan Ma, Pa sudah bersama2 denganmu'

Hujan menjadi sangat deras pagi itu. Dan  'Aaah'  Jodha menjadi sangat ketakutan ketika suara petir menggelegar di luar seakan menyambar gendang telinganya. Jodha cepat2 menutup jendela kamarnya. Dan kembali beringsut ke dalam selimutnya.

Jodha memejamkan matanya karena takut. Ketukan keras dipintu membuatnya beranjak dari tempat tidur. Seorang pelayan wanita separuh baya menyapanya

" Bonjour, Madame,,,aku mengetuk pintu anda sejak tadi, karena khawatir aku langsung masuk. Maafkan kelancanganku, Madame."

" Siapa namamu,,?" Tanya Jodha pelan,

" Panggil aku Jiji Anga, Madame.."

" Punjabi,,?"

" Tidak, aku Pakistani, Madame...Tapi aku lama tinggal di Punjab, karenanya Mounseur Jalal menugaskanku disini agar melayani semua kebutuhan anda."

" Ohh iya,,Dimana Jalal , Ooh ,,,uum maksudku aku terbangun sendirian tadi." Jodha meralat kalimatnya karena ia tidak ingin Jiji Anga tahu bahwa ia dan Jalal tidak satu kamar.

" Monsouir sudah pergi pagi2 sekali, dan baru akan pulang menjelang malam seperti biasanya , Madame."

" Dia bekerja dimana seh ? Owh,,eem maksudku mengapa terburu2 bekerja , bukankah harusnya dia 'bos' diperusahaannya sendiri." Jodha setengah bergumam pada dirinya sendiri dan Jiji Anga mengulangi karena tidak mendengar perkataan Jodha

" Maaf,,Madame ?"

" Owh tidak, aku bisa menanyakannya nanti. Aku mau mandi dulu, bisakah menemaniku untuk melihat2 kastil ini nanti ?"

Pelayan itu diam sebentar, kemudian menjawab

" Tentu saja , Madame. Tapi sebelumnya anda harus sarapan dulu, Monsouir berpesan padaku agar memperhatikan makananmu dg menyajikan menu2 India."

" Owh tidak perlu Jiji Anga, siapkan makanan apa saja , aku pasti memakan apa yg kalian sediakan. Terima kasih."

" Tidak apa2 , Madame . Itu sudah tugasku. Kalau tidak ada lagi yang anda butuhkan , aku permisi dulu."

" Baiklah,,,,"

Jiji Anga beranjak pergi. Jodha menyelesaikan mandinya dan berhias seadanya. Ia mengenakan gaun pendek motif bunga kecil2 dengan bagian lengan yang menjuntai dan bagian rok yg melebar model membentuk payung.

Jodha menuju ke ruang makan. Disana sudah berdiri Jiji Anga dan beberapa pelayan.

" Jiji Anga, duduklah di kursi di dekatku."

Jiji Anga melirik pelayan yang lain tanda bimbang dengan tawaran Jodha.

" Tapi Madame, aku tidak boleh duduk bersamamu, seorang pelayan tidak duduk bersama majikannya."

" Aku yg menyuruhmu . Aku tidak biasa makan dengan semua mata melihat kearahku. Kalau bisa suruh saja mereka duduk di tempat lain. Aku malah tidak bisa makan kalau terus diawasi...."

Jiji Anga memerintahkam kepada pelayan yang lain untuk meninggalkan mereka berdua. Dengan ragu2 Jiji Anga duduk di kursi disebelah Jodha. Jodha mempersilahkam Jiji Anga mengambil sarapan untuk dirinya sendiri.

" owh tidak Madame,,sudahlah aku semakin merasa tidak enak."

" Ma-kan,,,,," Kata Jodha tegas.

Jiji Anga akhirnya mengambil beberapa lembar roti dan selainya. Jodha mulai penasaran mengorek keterangan tentang Jalal pada Jiji Anga.

" Jadi, sudah berapa lama bekerja disini ?"

" Hampir 15 tahun , Madame. Ayah Mounsouir yang membawa saya dari Pakistan."

" Keluargamu ?"

" Selain keluarga Monsouir, saya tidak punya siapa2 lagi, Madame." Ada rona sedih di wajah Jiji Anga, Jodha tidak melanjutkan pertanyaannya.

" Lalu dimana keluarga Mounsouir yang lain ?"

" Ya Allah, apakah Mounsouir belum memberitahukannya pada anda , Madame ? " Jiji Anga berteriak ketakutan.

" Beluum,,ada apa sebenarnya? Aku selalu menanyakan ini padanya tapi dia tidak mau memberitahu aku. Katakan padaku,, dimana orang tua Monsouir ?"

" Berarti aku juga tidak bisa mengatakannya, Madame. Maafkan aku."

' Ooh, ada apa dengan keluarga ini!' Pekik Jodha dalam hati. Jodha menyelesaikan sarapannya. Sepanjang hari itu ia hanya diam memperhatikan keadaan di luar dari kamarnya. Kamar Jodha berhadapan langsung dengan danau yang ditumbuhi banyak pepohonan rindang dan bunga2 taman yang sengaja di tanam. Dari kamarnya ada pintu lagi yang menuju keluar taman itu. Tapi ia belum berani melangkah jauh dari kamarnya. Jodha hanya melihat sebagian kecil ruangan2 di kastil ini tadi. Ia menjadi bosan karena Jiji Anga hanya menjawab sedikit2 pertanyaan yg diajukan Jodha ttg kastil ini. Kastil ini teerdiri dari 2 lantai dengan luas bangunan mencapai 5 hektar. Ruangan2nya banyak terdiri dari kamar2, galeri lukisan dan museum seni yang tampak terawat. Ada perpustakaan dan ruang baca lagu area moder lain seperti kolam renamg dan tempat gym, yang lainnya adalah kamar2 yang dekorasinya mirip kamar Jodha.

Hari sudah sore. Jodha bersiap menyambut kepulangan Jalal. Ia menelfon tadi siang menanyakan kabarnya dan memintanya bersiap2 sore harinya, karena Jalal akan mengajak Jodha mengelilingi menara Eiffel di malam hari.

Jalal memasuki mansionnya dan segera menuju ke kamar Jodha. Jodha sudah tampil mempesona dengan kulot bahan warna coklat dan atasan dg aksen kerut di pergelangan tangan dan pinggangnya.
Dengaan bahan yg jatuh dan menyentuh sampai mata kaki ditambah dg high heel nya, tubuh Jodha makin kelihatan tinggi semampai.

" Hai,, maaf membuatmu menunggu , aku mandi dan ganti pakaian dulu yah. " Jalal segera menuju ke kamarnya melalui pintu penghubung.

Setengah jam kemudian Jalal sudah rapi. Masih dengan kemeja dan jasnya yg senada dg warna pakaian Jodha,  Jodha malah tertawa melihat penampilan Jalal.

" Kenapa ? " Jalal mengembangkan tangannya bertanya pada Jodha apa ada yang salah dengan penampilannya.

" Tidaak, hanya curiga ,,,apakah kau tidak punya model pakaian lain selain jas2mu itu ?"

"Tidak ada,,aku nyaman2 saja, hahah,,,,ayo berangkat." Jalal segera menggandeng lengan Jodha dan membawanya masuk ke mobil.

" Fasten your sealt belt !,,,aku mau ngebut..."  Jalal mengencangkan sabuk pengaman Jodha. Tubuh Jodha dan tubuh Jalal bergesekan sesaat. Jodha cemberut ke arahnya dan Jalal hanya tersenyum.

Butuh waktu satu setengah jam perjalanan menuju pusat kota Paris yang ramai. Dengan jalan yang berkelok dan menurun karena mereka ada di daerah perbukitan, Jodha jadi merasa mual dan agak pusing. Jalal agak khawatir, tapi sebentar saja Jodha sudah pulih kembali ketika melihat dg takjub pada menara Eiffel yg berdiri angkuh di depannya kini.

" Ohh , my,,,indah sekali. Wow,,,akhirnya aku berada di Eiffel. " Jodha terkagum2 dan segera melangkah mendekati menara Eiffel yang menjulang tinggi dan berpendar indah karena berbagai tekhnik pencahayaan yang terpancar dari 'tubuh' gagahnya.

" Pernahkan mendengar satu mitos tentang menara Eiffel ?" tanya Jodha pada Jalal.

" Hemmh, ,,tidak,,,aku tidak punya waktu untuk mengetahuinya."

" Kau mau tahu tidak ?" Jodha menatap Jalal dengan mata berbinar. Jalal tidak tega mengecewakannya dengan mengatakan tidak, karenanya ia cepat2 mengangguk. Jodha melanjutkan " Kalau kita menuliskan nama kita pada sebuah gembok, maka cinta kita akan abadi selamanya."

Jalal diam sesaat lalu tertawa keras sekali. " Dan kau masih mempercayai hal2 semacam itu ?"

" TENTU SAJA TIDAK !, pikirmu untuk apa aku menulis namaku dan namamu di menara ini...haissh." Jodha melangkah pergi melihat lebih jauh ke dalam, sementara Jalal diam2 membeli gembok yg sudah bertuliskan namanya dan nama jodha. JODHA ♡ JALAL, dan menggembokannya di menara besi itu.....

PRECAP : Jodha dan Jalal harus bermalam di sebuah hotel. Romansa berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar