Jumat, 17 April 2015

LOVE IN PARIS 9

#Maaf,,,harusnya postimg tadi pagi,,,tapi takut kalah saing sama kegemblungan Akdha di Scene Zee Tv tadi malem.....

Pengennya jg posting malem....tapi yah sudahlah....hehhehe

Ditunggu Like n komentnya yg cetar membahana badai katrina yaw....syukria

^Love In Paris_Part 9^
By : Fatimah Zahra

#Song
Near ,,,Far,,whereever you are
I believe that the heart does go on
Once more you open the door
And you're here in my heart
And, my heart will go on and on,,,,

***
Jam 3 dini hari dan Jalal tidak ada di tempatnya. ' Kemana dia '. Jodha panik sesaat mengingat percakapan mereka tadi. Dihempaskannya selimut yang masih menutupi tubuhnya, dan berlari keluar setelah terlebih dahulu mengecek kamar mandi dan Jalal tidak disana.

Masih dengan baju tidur yg menampakkan jelas siluet  tubuhnya, Jodha  dengan bertelanjang kaki membuka pintu depan. Dan disanalah ia, lelaki yg begitu dicintainya itu sedang memandang deburan ombak di laut lepas. Ditemani sebotol wine disampingnya. Jodha berlari ke arah Jalal yg sedang duduk memeluk kedua lututnya. Jodha menyentuh bahu Jalal dan ikut duduk bersamanya. Deburan ombak menenggelamkan suara Jodha yang memanggilnya dari tadi. Tapi Jalal berpaling juga dan terkejut melihat Jodha yg kini ada disampingnya.

" Darl, aku terbangun dan kau tidak ada disampingku. Apa yang kau lakuukan disini ?, dan apa ini ? aku tidak pernah melihatmu minum wine sebelumnya ? Pasti fikiranmu sedang kacau. Katakan ada apa ? Pasti ada sesuatu dibalik ucapan2mu tadi..." Jodha merengkuh wajah Jalal dengan kedua tangannya.

" Nei,,nei, Jodha tidak ada yg serius. Aku hanya sedikit kepanasan didalam , dan memutuskan untuk duduk di sini. Wine ini membantuku agar tidak terlalu kedinginan. " Jodha memandang Jalal dan botol wine itu bergantian

" Boleh aku meminumnya sedikit ? " pinta Jodha. Jalal memandangnya sebentar.

" Baiklah sedikit saja. " Jalal memberikannya , Jodha menenggaknya sedikit. Ada rasa hangat yg menjalar ke tubuhnya , diminumya lagi sedikit. Jalal mengambilnya ari tangan Jodha dan meletakkan botolnya di samping Jalal.

" Sudah, tidak baik kl kau minum terlalu banyak."

" Kau sendiri sudah berapa banyak?" Tanya Jodha sambil cemberut ke arah Jalal. Jalal tak tahan untuk tidak mencium bibir Jodha yg mengerucut marah seperti itu. Diciumnya sekali. Lalu diciumnya lagi. Jodha membalasnya. Kali ini Jalal yang menguasai . Direbahkannya tubuh Jodha di pasir pantai yg lembut dan dingin. Jalal kembali mencium seluruh wajah dan leher Jodha. Jodha melenguh pelan. Ciuman mereka semakin panas. " Darl, bawa aku ke dalam saja, disini dingin." Jalal mengangkat wajahnya dari tubuh Jodha,

" Aku akan menghangatkanmu , My Laddu." Jalal terus menyusuri tubuh Jodha dengan bibirnya. Jodha menahan geli sekaligus  birahi . Jodha bergerak mendorong Jalal yang telah membangkitkan gairahnya sampai ke ubun2. Tapi ia ingin lebih lama mendapat sentuhan dari Jalal. Jalal terlempar ke samping Jodha. Jodha berdiri dan melangkah ke arah pantai. Jalal meraih tangannya

" Kau mau kemana ?" Jalal setengah putus asa.

" Sekarang aku yang kepanasan !Kau mau ikut ?" Jodha mengerling menggoda ke arah  Jalal . Jalal berdiri dan berjalan mengikuti Jodha yang menarik lengannya menuju bibir pantai. Lalu perlahan mreka masuk ke dalam air laut yang dingin. Tubuh keduanya menggigil sesaat. Jalal mengulangi gerakannya pada tubuh Jodha. Merapatkan pinggangnya ke tubuh Jalal dan menyusuri tubuh Jodha dengan tangannya. Bibir keduanya menggigil , Jalal melumatnya sekali lagi. Rasa hangat kini menyelimuti keduanya. Jalal membopong Jodha ke sebuah ceruk yg terbentuk dr dua bebatuan besar, lalu merebahkannya di sana. Rasa yang tak mampu ditahan. Gelora jiwa yang tak dapat lagi dibendung . Melebur bersama dua jiwa yg kemudian menyatu. Membawa seluruh cinta. Menenangkan hati yang gamang.

Jalal mengecup sayang dahi Jodha, dan membantunya berpakaian. Jodha kemudian bersin, dan Jalal tersenyum melihatnya.

" Kita harus segera masuk, dan membersihkan diri. Angin malam rupanya tidak cocok untukmu yah ?" Jalal kembali mencium kening Jodha dan segera membawanya masuk ke rumah mereka.

***

Jodha dan Jalal tertidur sampai siang hari. Dan baru terbangun ketika mereka merasakan lapar. Mereka saling memandang dg penuh cinta. Jalal mencium kening Jodha dan Jodha tertawa. Dan sebelum Jalal melanjutkam serangannya, Jodha melempar bantalnya ke arah Jalal, dan berdiri lebih dahulu.

" Kau mandilah lebih dulu, aku akan menyiapkan makanan untuk kita."

" Oooh  Laddu, tapi aku masih mauuu,,,." Jalal mengendipkan matanya.

" Sshhh,,,, para pekerja sudah akan datang." Jodha meletakkan telunjuknya di bibir.

" Aku sudah meminta mereka libur hari ini. Malahan aku jg meminta beberapa dr mereka untuk berhenti."

" arre,,,kenapa ?"

" Akan aku ceritakan nanti, masak yg enak yah. Aku mandi dulu."

Jalal meninggalkan Jodha sambil tetap berfikir bagaimana mengatakannya pada Jodha bahwa Jalal merencanakan untuk mereka pergi ke Mumbai, India dan bukan pulang ke Paris. Jalal merasa disanalah tempat yg paling aman saat ini. Walaupun Jalal tahu seperti apa hubungan Jodha dg keluarga itu , tp Jalal merasa tempat itu akan melindungi Jodha sementara. Ia juga bisa bolak balik ke Pakistan untuk memantau situasi disana. Insting spionase-nya mengatakan bahwa tempat yg paling aman menghadapi musuh, adalah dekat dg musuh itu sendiri.

Jodha merapikan seluruh peralatan masaknya dan bergegas untuk mandi. Selesai mandi dilihatnua Jalal yg masih sibuk dg laptoonya.

" Darl, aku menunggumu diluar."

Jalal hanya menjawab singkat.
"Hemmh,,,,,."

Jodha mengatur makanannya di pantai. Di sebuah meja bulat terbuat dari kayu lengkap dengan payung besarnya. Angin pantai mengingatkan Jodha dg apa yg mereka lakukan semalam. Benar2 pengalaman yang liar. Jodha hanya tertawa mengingatnya , Ketika tiba2 dirasakannya lengan Jalal yang memeluknya dari belakang.

" Apakah ada sesuatu yg membuatmu tertawa seperti itu, Laddu ? Apa aku harus mengulangi lagi kejadian semalam ? " Jodha menepuk lengan Jalal yg melingkar diperutnya kini.

" Kau ini, duduklah, aku masak sajian seafood hari ini, dg saus asparagus. "
Jodha mengambilkan piring dan mengisinya dg satu kepiting besar yg telah dibakar."

Mereka menyantapnya sambil mengobrol. Sesekali Jalal menyuapkan bagiannya ke mulut Jodha. Begitupun sebaliknya.

" Jodha,,,aku ada urusan beberapa hari di Pakistan, dan karena aku tidak dpt membawamu ke sana, maukah untuk sementara kau tinggal dg keluargamu di Mumbai ? Aku akan lebih tenang kalau kau bersama mereka. Hemmh ?"

Jodha dg sedih menjawab." Kau tidak ingin aku menemanimu ?"

" Bukan begitu, kau akan merasa bosan disana . Aku tidak dapat menemanimu sepanjang hari nanti. "

Jodha diam sesaat. Tentu ia tak dapat menolak. Lagipula tidak ada salahnya ia menengok Meena dan Sukania . Akhirnya Jodha mengangguk mengiyakan.

***

Dua hari kemudian,,,

Setelah pamit dan mengucapkan terima kasih pada beberapa pekerja di sana, Jodha dan Jalal memulai perjalanan mereka dari Hawaii menuju Mumbai. Jalal sengaja memesan tiket ke Paris , untuk mengecoh beberapa orang yang dicurigai Jalal mengikutinya sejak semalam. Mereka transit di Bandara Internasional di New York. Dan melanjutkan perjalanan ke Mumbai dari sana.

Jodha memandangi Jalal yg duduk di kursi pesawat di sebelahnya. Wajahnya begitu damai, dan nafasnya naik turun dengan teratur. Ia pasti sudah terlelap. Jodha membetulkan letak selimut Jalal. Jalal mengeluarkan tangannya dari dalam selimut dan meraih tubuh Jodha masuk keselimutnya lalu memeluknya, sambil tetap memejamkan matanya.
Jodha terkejut dan menautkan kedua alisnya.

" Mengapa kau bisa cepat sekali terjaga padahal aku lihat tidurmu sangat lelap tadi." Jalal tidak menjawab dan hanya tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Dan hanya menjawab pertanyaan Jodha dalam hati ' Seorang mata2 tidak pernah tertidur lelap , Sayang.'

***

Karena datang tanpa pemberitahuan , Meena terlihat terkejut menerima kedatangan Jodha dan Jalal malam itu. Tapi ia tetap saja mempersilahkan mereka masuk dan menempatkan Jodha dan Jalal di kamar Jodha yang lama. Sebenarnya Meena bisa saja menempatkan Jodha dan Jalal di kamar tamu, tapi diurungkannya niatnya mengingat Sukania tidak terlalu suka pada Jodha. Letak kamar Jodha agak menyudut kebelakang. Bahkan terlihat terpisah dari bangunan utama didepannya. Tempatnya lebih mirip gudang daripada kamar. Hanya tempat tidur besar ditutupi plastik dan lemari serta barang2 lain yg tertumpuk di sudut ruangan, yg menandakan bahwa itu adalah sebuah kamar.

Jodha berinisiatif membersihkan sendiri ruangannya dan meminta Jalal menunggu saja di luar. Tapi Jalal segera menggulung lengan baju dan celananya guna membantu Jodha. Tuan Besar yg segala kebutuhannnya biasa dilayani, sekarang harus turun tangan sendiri.
Jodha terharu. Jalal menatap Jodha yang terpekur menatapnya.

" Kenapa ? Kau tidak percaya aku dapat melakukannya ? Kau lihat saja, kau akan terkejut melihatku..." Belum selesai kalimat Jalal, ia terpeleset karena cipratan air pel di bawah kakinya, lalu jatuh dan terduduk. Wajah tampannya terlihat sangat lucu dan membuat Jodha tertawa terpingkal2. Wajah Jalal mengeras dan berniat segera bangun dari sana, ketika kakinya kembali terpeleset. Jodha berhenti tertawa dan menghampiri Jalal. Lalu membantunya bangun dan mendudukannya di tempat tidur. " Maafkan aku ,darl. Tempatnya mungkin tidak sebesar dan senyaman kamar kita di Paris." Jodha menatap Jalal dengan sedih.

" Kenapa memangnya. Aku senang disini. Lihat,,,!Bahkan kasurnya sangat empuk." Jalal melompat2 diatas kasur. Ketika akhirnya terdengar bunyi ' BRUUKK' dari ranjang Jodha yg terbelah menjadi dua. Mereka tertawa dan terpaksa tidur di lantai beralaskan selimut tebal.

Keesokan harinya, Jalal memerintahkan orang untuk merenovasi kamar Jodha dan mengganti seluruh furniture-nya dengan yang baru. Jodha merasa tidak enak pada Meena.

Jalal mengajak Jodha makan diluar selama kamarnya di renovasi. Meena masih di kantornya. Dan menurut Meena,  Sukania dan Surya sedang  berada di rumah orang tua Surya. Masih menurut Meena, mereka  baru akan kembali sore harinya. Jalal menyeruput cola dingin dihadapannya. Cuaca Mumbai yg panas, membuat wajahnya sedikit mengkilat. Jodha sedang memandangnya kini. Merasa khawatir karena Jalal telah mengubah kamarnya menjadi sebuah 'istana kecil'. Jodha kembali membayangkan raut wajah Meena tadi.

" Kenapa ? Ku masih khawatir pada Ibumu ? Jangan terlalu khawatir Jodha, aku sudah meminta ijin kan padanya ? Dan jangan  selalu ketakutan seperti itu. Kau berhak juga atas rumah itu. Kau adalah anak kandung Tuan Bharmal. Bagaimana mungkin kau merasa asing di rumahmu sendiri. Jangan selalu merendahkan dirimu sehingga membuat orang lain merendahkanmu, Jodha. " Jalal berbicara panjang lebar, dan Jodha hanya mendengarkan." Kalau bisa kau juga harus berperan aktif di perusahaan ayahmu. Jangan biarkan mereka menginjak2 dan mengendalikanmu Jodha, aku akan mendampingimu merebut hakmu." Jalal memegang erat kedua tangan Jodha dan memberinya semangat. Jodha tersenyum kaku, lalu mengernyitkan kedua alisnya mengingat sesuatu.

" Arre,,,bagaimana kau tahu tentang keluargaku. Seingatku aku belum pernah menceritakannya padamu."

Jalal sedikit terkejut menyesali kecerobohannya. Lalu menjawab pertanyaan Jodha sambil menggaruk2 hidungnya " owhh,,,umm,,,itu....

PRECAP : Saat2 yang menegangkan bagi Jodha dan Jalal dimulai dari Mumbai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar