Kamis, 09 April 2015

LOVE IN PARIS_PART 4

#FFJA ^^LOVE IN PARIS_PART 4^^
BY : Fatimah Zahra

Sekali lagi petir menyambar, dan kali ini lebih kuat, Jodha berteriak ketakutan sambil menyembunyikan seluruh wajahnya di dada Jalal. Jalal menyingkirkan laptopnya dan menenangkan Jodha. Hujan makin deras diluar, perkiraan akan ada badai malam ini mungkin benar. Kilat masih menyambar walaupun Jodha sudah berusaha menutupi telinga dengan kedua tangannya.

" Aaah,,,aww,,,"

Teriak Jodha berkali2 mendengar petir yang terus menyambar. Jalal melihat Jodha bukan hanya takut akan petir. Ada sesuatu yang membuatnya sangat ketakutan . Tapi untuk bertanya saat ini , mungkin bukan waktu yang tepat. Karenanya Jalal hanya memeluk Jodha dan mengusap2 punggungnya menenangkan  Jodha yang  mulai menangis sambil terus menyembunyikan wajahnya, keringat bercucuran bahkan di kamar ber AC yang diset 14°C itu, Jalal terus menenangkan Jodha.

" Sshhh,,,,Jodha tidak apa2 aku disini,,,Ssshhh,,,tenanglah,,,,kumohon tenanglah. Kau tidak apa2, kau ada di kamar bersamaku, Jodha lihat aku,,,,ssshhh."

Jalal memasangkan headphone pada Jodha dan menyambungkan ke laptopnya lalu menyetel musik dengan beat yang agak  slow serta menyetel volumenya dalam batas aman. Jodha berangsur2 tenang walaupun hujan masih mengguyur deras di luar sana. Lama Jalal memeluk Jodha sampai akhirnya Jodha bernafas dengan teratur dan tertidur pulas. Jalal menyingkirkan rambut Jodha dari wajahnya. Mengusap sisa keringat di wajahnya yg polos tanpa make up. Jalal tersenyum melihat wajah tanpa dosa Jodha yang tertidur dengan tenang. Ia merebahkan Jodha disebelahnya mengatur bantal dan melepaskan headphone dari telinga Jodha. Jodha menggeliat dan kembali memeluk Jalal dalam tidurnya. Jalal jadi tak bisa bergerak dan membiarkan saja tubuhnya dipeluk Jodha , lalu ia sendiri mencoba tidur sambil menahan geliat hasrat yang kembali muncul .

Sampai pagi menjelang, Jodha belum juga terbangun . Jalal yang terbangun lebih dulu memandang sayu wajah Jodha. Dan memindahkan tangan yg semalaman melingkar erat ditubuhnya. Jalal meregangkan tubuhnya dan menggeliat meluruskan badan. Jodha pun terbangun, mengucek2 matanya dan mengingat2 kejadian semalam. Jalal berpaling ke arah Jodha. Merebahkan badannya mirinh kearah Jodha sambil menyangga kepala dengan sebelah tangannya. " Kau manis sekali ketika tidur, My Laddu,,,berbeda sekali dengan saat pertama aku mengenalmu,,haha." Jodha menutup wajahnya sendiri dengan bantal karena kalimat Jalal barusan mampu memunculkan semburat merah di pipinya.
Jalal tersenyum menahan hasrat yang tiba2 menyeruak ke permukaan. Jalal lalu segera beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Jodha membuka bantalnya dan tertegun memandang punggung Jalal yang menghilang di balik pintu kamar mandi.

***

Jodha dan Jalal telah sampai kembali di kastil mereka. Jiji Anga menyambut kedatangan Jodha dan Jalal. Jalal hanya mengangguk tanda hormat kepada Jiji Anga, wanita yang telah mengasuhnya ketika Hameeda meninggal dunia di Pakistan.

" Bonjouir Monsieur , ala khafiz,,bolehkah aku berbicara berdua saja dengan anda Monsieur,,,?"

" Jiji Anga , sudah aku bilang tidak perlu memanggilku seperti itu ketika aku bersama Jodha istriku, dia sudah jadi keluarga kita sekarang, hein na ?"

Jalal bahkan tidak sungkan memeluk Jiji Anga, dan Jiji Anga hanya menepuk2 pundak Jalal. Jodha hanya memperhatikan dari belakangnya.

" Katakan padaku ada apa ?"

Jiji Anga ragu dan melirik Jodha. Tapi Jalal memastikan ' tidak apa2'.

" Tadi ada seseorang yang menelfon dan meminta anda datang menemuinya." Jalal menautkan kedua alisnya.

" Siapaa ?" Jalal melihat keraguan di wajah Jiji Anga, Jalal merubah intonasi suaranya menjadi agak tegas " Siapa ?"

" Owh ,,,umm, Madame Ruka,,," Jiji Anga belum menyelesaikan kalimatnya ketika Jalal menarik tubuh Jiji Anga untuk menjauh dari sana  dan  mengikutinya. Kepada Jodha ia hanya berkata untuk menunggunya dikamar.

Jodha jadi bertanya2 dalam hati, siapa wanita yg disebutkan oleh Jiji Anga tadi ? Rekan kerjanya kah ? Bekas pacarnya kah ? Atau mungkin mantan istrinya? Kelihatannya hanya dugaan terakhir yang paling mungkin.

Jodha merebahkan dirinya di tempat tidur.

***
Jalal hanya berganti pakaian dan pamit pada Jodha karena ia harus keluar sebentar. Jodha mengiyakan.

Baru sore menjelang malam Jalal kembali. Wajahnya tampak lelah dan langsung masuk ke kamarnya untuk tidur. Jodha mengurungkan niatnya untuk bertanya darimana Jalal. Jodha tidak bisa tidur memikirkan Jalal dan dirinya sendiri. 'Aku mungkin belum mencintainya saat ini, tapi aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk belajar mencintainya di hari ia menawarkan bantuannya padaku, aku melihat ketulusan dimatanya. Benarkah aku sudah mulai mencintainya ? Kehangatannya, kelembutannya dan sikap sabar yang senantiasa ia tunjukan padaku, sedikit demi sedikit memupus keraguannku padanya. Tapi apakah ia merasakan hal yang sama padaku, jika ini memang hanya bersifat bantuan, berarti akan ada masanya dia melepaskanku.' Jodha masih bergumul dengan fikirannya tentang Jalal, yang membuat dirinya kemudian terlelap dengan sejuta pertanyaan tentang diri dan kehidupan Jalal.

***
Malam ini Jodha ingin menyambut kedatangan Jalal di depan pintu. Setelah mobilnya masuk ke garasi. Jodha langsung membuka pintu depan kastil mereka. Jalal sempat terkejut dengan sambutan Jodha, tapi ia lalu mendekat dan mencium kening Jodha.

" Sepertinya ada yg kau inginkan hingga kau menyambutku sendiri di depan pintu, jadi katakan, apa keinginanmu My Laddu ?"

Jodha tersenyum geli dengan godaan Jalal yang tampak selalu formil ditelinganya.

" Mandi dulu , nanti aku beritahu."

Jalal memicingkan matanya tanda curiga sambil bibirnya mengulas senyum tak sempurna. Jodha segera menarik Jalal ke dalam dan mendorongnya masuk ke kamar lewat pintu penghubung.

" Cepatlah mandi, aku menunggumu di luar. "

" Owhh, aku kira kejutanmu adalah memandikanku , my Laddu ?" Jodha melotot ke arah Jalal dan Jalal tak kuasa menahan tawanya sambil berlalu dari hadapan Jodha.

Jodha membawa Jalal ke tengah perbukitan di depan Kastil mereka sambil membawa keranjang yg berisi makanan. Malam ini bulan purnama bersinar penuh.
Jodha telah berpuasa seharian penuh . Malam ini ia akan melaksanakan ritual karva chaut. Jodha meminta Jalal berdiri menghadapnya, lalu mengeluarkan bulatan kayu untuk merenda. Menangkap bayangan bulan lewat bulatan itu dan membawanya ke wajah Jalal. Mata Jalal berkaca2 mendapat perlakuan demikian dari Jodha, ia bukan tidak tahu ritual Karva Chaut di kalangan masyarakat India. Hanya saja ia tak menyangka Jodha akan melakukan juga untuknya. Sebuah ritual penghormatam seorang istri pada suaminya. Pada hari itu semua istri akan berpuasa sehari penuh dan berdoa memohon keselamayan untuk suami2 mereka. Jalal meraih kepala Jodha dan memeluknya erat2, mencium ubun2nya dan kembali memeluk tubuh Jodha. Lama mereka berpelukan sepwrti itu, sampai Jodha bersuara

" Apakah kau tidak akan membolehkanku makan ? Aku lapar sekali."

Jalal tertawa sambil menghapus air matanya. Membawa Jodha duduk direrumputan dan mengambil Roti dari dalam keranjang yang tadi dibawa Jodha lalu menyuapi Jodha perlahan2.

" Kau tidak perlu melakukan itu, bagaimana kalau kau sakit, aku tidak akan mengijinkanmu melakukannya lagi. Samjee ?"

Mereka lalu tertawa bersama. Jodha juga menyuapi Jalal dan membuka bekal makanan yang lainnya. Jalal menghamparkan kain yg juga dibawa Jodha. Mereka akhirnya tiduran di sana sambil memandang bintang di langit. Jodha merebahkan kepalanya di bahu Jalal. Teringat lagi romansa mereka Paris beberapa waktu yang lalu.

" Jodha, mengapa malam itu kau sangat ketakutan mendengar petir ? Maaf kalau aku bertanya. Sepertinya kau mengalami phobia."

Jodha diam sebentar

" Ibuku meninggal karena tersambar petir, aku baru berumur 12 tahun saat itu, sejak itu aki selalu ketakutan bila mendemgar petir. Biasanya ada Pa, yang akan memelukku sepanjang malam jika aku ketakutan. Tapi beliau juga pergi menyusul Ma."

Jalal sangat terharu mendengar cerita Jodha. Lalu wajahnya turun meraih Jodja dan menghadapkan ke wajahnya " Sorry to hear that,,tapi kau punya aku kan sekarang. Kau boleh memelukku kapan saja, sampai tanganku pegal pun aku tidak keberatan. " Jodha tertawa dan memukul dada Jodha. Jalal pura2 mengerang kesakitan. Dan mereka kembali menatap ke langit yang luas menatap bintang yang masih berkelipan ditemani angin musim semi yang sebentar lagi datang. Jodha ingat sesuatu yg selalu ingin ditanyakannya pada Jalal.

" Bagaimana dengan keluargamu ? Kau tidak pernah menceritakannya padaku, dan jangan menjawab~nanti juga kau tahu~ karena aku sungguh2 ingin tahu."

Jalal mengusap pelan rambut Jodha " Aku hanya merasa belum tepat waktunya untuk menveritakannya padamu, Jodha. Alu akan menceritakannya suatu saat nanti, bersabarlah."

Angin berhembus semakin dingin, Jodha dan Jalal memutuskan untuk masuk segera ke kastil.

***

Pagi2 sekali, Jalal biasanya sudah pergi lagi. Jodha juga sudah terbiasa dengan ritme hidup Jalal. Pagi menjelang sore Jalal pasti akan berada di luar. Sore menjelang malam Jalal sudah akan berada dirumah lagi. Kalau ia tidak lelah ia akan mengajak Jodha ke teater untuk nonton atau sekedar makan malam diluar. Sementara Jodha, mengisi waktu luangnya dengan melanjutkan mengarang novelnya, atau berkeliling di sekitar kastil dan mengobrol dengan beberapa penduduk yg ternyata bekerja di kastil Jalal.

Tapi sepertinya pagi ini Jodha ingin sesuatu yang berbeda, ia ingin menemani Jalal sarapan sebelum pergi . Jodha bangun lebih pagi dan mengetuk pintu penghubung yg mengarah ke kamar Jalal, Jalal membuka pintunya dengan rambut gondrongnya yg masih acak2an dan mata yang setengah mengantuk. Jalal memicingkan matanya dan bertanua pada Jodha. " Owhh,,jam berapa ini ? Apakah aku kesiangan ? "
Jalal masih dengan mengucek2 matanya.

" Tidak, aku sengaja membangunkanmu lebih pagi, untuk memberitahukanmu, bahwa aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Kau selalu pergi pagi2 sekali. Aku ingin kita sarapan bersama setiap pagi."

" hemhem,,Ok,,,tunggu aku di bawah yah." Jodha berbalik dan hendak pergi, Jalal menahannya dan mengatakan sesuatu " owh ya Jodha , lain kali kalau kau mau ke kamarku ,langsung masuk saja, tidak usah memgetukpintu, aku tidak pernah menguncinya. Siapa tahu ada bunyi petir menggelegar dan kau membutuhkanku untuk memelukmu, hemmh ?" Jalal menggoda Jodha dg melingkarkan tangannya sendiri di tubuhnya seperti gaya orang memeluk. Dan tak ayal wajah Jodha merah menahan malu, tapi akhirnya mereka tertawa juga.

Di meja makan, Jodha menyiapkan berbagai menu pastry dan croissont, sengaja belum diisinya agar Jalal memilihnya sendiri untuk isiannya , baru ia akan menghangatkannya di dalam microwave. Jodha segera menawarkannya pada Jalal, dan Jalal memilih beberapa isiannya. Jodha beranjak ke tempat Microwave dan mulai menyusun croissomt nya sambil bertanya pada Jalal.

" Mengapa kau selalu berangkat pagi2 sekali, apakah tempat kerjamu jauh sekali samapi kau tak sempat sarapan?  Bolehkah sekali2 aku ikut ke tempatmu ? Bagaimana kalau kau tidak pulang2 dan aku mencarimu ?"

" Woww...woww,,,Jodha , pelan2, pertanyaan mana yang harus aku jawab lebih dahulu?" Jalal tersenyum menggoda ke arah Jodha.

Jodha menyadari kesalahannya dan segera menjawab.." Owhh itu ,,,maksudku,,,."

" Aku menjalankan bisnisku di Paris, dan kau tahu berapa lama waktu yg di butuhkan untuk sampai kesana, sehingga tidak memungkinkan aku sarapan di rumah. Kau tidak akan suka tempat kerjaku, karenanya kau tidak pernah ku ajak. Kalau kau mencariku tinggal dial angka 1 di ponselmu dan kau akan segera terhubung denganku . Ada lagi yang ingin kau tanyakan, My Laddu ?" Jalal tersenyum saat menjawab pertanyaan Jodha satu persatu sambil matanya tak lepas menatap lurus mata Jodha.

" Kalau begitu setiap hari kau harus bangun di jam seperti ini, karena aku akan membuatkanmu sarapan. Aku ingin kau membawaku hari ini ke tempat kerjamu, dan biarkan aku yang menilainya sendiri apakah aku akan suka atau tidak....samjee ?" Sambil mengatakan itu Jodha juga membulatkan matanya ke arah Jalal dengan nada bicara setengah memaksa.

" Aku rasa tidak ada yang dapat melarangmu melakukan itu bukan , Laddu ?" Jalal menyerah dan memutuskan membawa Jodha ke kantornya hari ini. Walaupun sebenarnya ia harap2 cemas.

" Hemmh, bagus ,,,selesaikan sarapanmu , baru kita pergi,,,."

" Wah Jodha Wah,,,kau memang perempuan yg senang mengintimidasi. "

" Owh yeah ? Mari kita lihat, kau atau aku yang suka mengintimidasi ? Hemmh...."

Jalal menyerah dan membawa Jodha ke tempat kerjanya. Tidak ada yang istimewa disana, sebuah perusahaan pengolahan tekstil dan bahan garment untuk eksport, dimana Jalal bertindak sebagai pemilik dan pengelolanya.

Siang hari, Jodha pamit untuk pulang lebih dulu.Jalal hanya mengantarkan Jodha ke stasiun kereta. Mereka hanya berjalan kaki saja dari kantor. Jalal sudah memberikan Jodha tiket ketika didengarnya suara telfon Jalal berdering.

" Yak,,hemmh,,ok,,,tunggulah sebentar." Jalal menutup telfonnya dan tampak tergesa2 pamit pada Jodha. Jodha hanya mengangguk, melihat punggung Jalal yh menjauh. Ada yg menggelitik rasa penasaran Jodha , mengapa Jalal tampak tegang dan terburu2. Akhirnya Jodha melangkah diam2 membuntuti Jalal. Jalal berbelok lebih dahulu ditikungan. Jodha mengendap2 dan menahan tubuhnya di balik sebuah bangunan di tukungan jalan. Lalu dilihatnya Jalal berjongkok dihadapan seorang anak perempuan lalu mencium anak itu dan mengacak rambutnya. Jalal berdiri dan mencium pipi kanam pipi kiri seorang wanita yang menggandeng anak perempuan tadi. Jodha syok sesaat. Benarkah ia mantan istri Jalal. Jalal menggandeng anak perempuan itu menuju cafe diseberang jalan,,,

PRECAP : Sweet moment Jodha dan Jalal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar