Jumat, 24 April 2015

Love In Paris_Part 12

^ Love In Paris_Part 12^
By : Fatimah Zahra

Jalal baru saja keluar dari ruang kerja Meena dan secepat kilat  menangkap tubuh Jodha yang pingsan sebelum jatuh membentur lantai ,lalu membaringkannya di sofa panjang. Jalal melihat ke arah paket di depannya,' paket itu lagi' batinnya. Ia melirik ke arah Sukania yang buru2 memasang tampang sedih. ' kali ini kau harus mendapatkan pelajaran Sukania '.

" Mengapa Sukania ? Mengapa kau senang sekali menyiksa Jodha dengan cara begini ?"

Sukania mengeryitkan dahinya tak mengerti. Surya mendekati Sukania dan menatap Jalal dg dengan tatapan tak terima.

" Apa maksudmu , Jalal ? Kau menuduh Sukania yg melakukan semua ini ? Aku tidak percaya, kau mengada2 Jalal."

" Kenapa Surya ? Kalau kau tidak terima , apakah mungkin kau pelakunya ?"

Hening sesaat. Jalal duduk disamping Jodha yg masih pingsan. Ia memang sudah menyelidiki masalah ini. Dan pelakunya adalah Sukania. Dari paket pertama yg dikirim ke Paris, Jalal sudah menyelidikinya. Tapi untyk membuat Sukania mengaku, tentu hal yg teramat sulit. Jalal kembali membuka percakapan

" Sukania,,,entah dendam seperti apa yg kau pendam hingga kau memupuknya sejak usia kalian masih sangat belia. Kau membenci Jodha karena dia saudara tirimu, itu sudah jelas. Tapi membencinya sampai usia kalian sama2 dewasa adalah sifat kekanak2an yg tak biasa. Jadi Sukania , katakan !mengapa kau melakukan teror ini kepada Jodha ? !"

" Kau tidak tahu apa2 Jalal, kau tidak dapat menuduhku atas perbuatan yg tidak pernah aku lakukan !" Sukania tak kalah emosi ia sudah akan beranjak dibantu oleh Surya. Tapi sebuah kebenaran lain dari Jalal membuatnya berhenti berdiri.

" Lalu untuk apa kau memesan 3 protease dlm waktu 1 bulan ?" Jalal mengeluarkan nota pembelian dr dlm organizer yg selalu dibawanya , nota yg di print atas nama Jodha. Surya mengambilnya.

" Tapi pembelinya Jodha, bukan Sukania. Ordernya dilakukan via telfon. Dan alamat kirimnya adalah rumah ini. Ada apa sebenarnya Jalal ?"

" Tentu saja, semua bukti mengarah pada Jodha sebagai pemesannya. Bahkan pembayaran yg dilakukan via transfer bank juga dilakukan dari nomer rekening Jodha. Tapi itulah letak kecerobohanmu Sukania. Karena buku tabungan dan ATM nya tidak pernah dipegang oleh Jodha. Sejak dia menikah denganku dia sudah memberikannya padamu lewat Meena. Ibumu sudah menolaknya tapi kau mengambilnya dg sukarela bukan ?, mungkin kau hanya tamak waktu itu dg menerimanya. Tapi rencanamu untuk menggunakannya sungguh sangat kebetulan. "

Jodha terbangun dari pingsannya. Jalal segera berpaling pada Jodha dan menanyakan keadaannya. Sementara Surya dan Sukania masih sangat mendengar penjelasan Jalal.

" Kau baik2 saja Laddu?" Jalal mengusap wajah dan rambut Jodha.

" Aku tidak apa2, apa yang terjadi ?" Jodha mulai mengingat2. Dan kembali syok ketika mengingat paket yg td di lihatnya.

" Darl, paket itu lagi,,,aku melihatnya disini, Darl,,,,aku,,,."

" Shhh, tenanglah Jodha, kita baru akan mengetahui pelaku sebenarnya. Tenanglah." Jalal kembali melirik pada Sukania dan Surya. " Jadi, Sukania,,,kau punya alibi lain ?"

"Kau tidak punya bukti bahwa aku memiliki nomer rekening Jodha."

Tepat disaat itu pula Meena keluar dari ruang kerjanya, tak tahu ada apa, ia langsung duduk di ruangan itu.

" Itulah keberuntunganku, Sukania. Barusan saja Ibumu Meena memintaku mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening ini, karena aku begitu hafal dg angka2nya, aku menanyakannya pada Meena. Dan Ibumu menjawab, bahwa nomor rekening itu adalah atas nama Jodha yg saat ini dipegang olehmu. Benar kan Meena ? "

" Benar,,, tapi bukan masalah kan ? Karena Jodha sendiri yg menyerahkannya waktu itu. Aku sudah melarangnya tapi Jodha bersikeras. Ada apa sebenarnya ?"

Jalal menceritakan kembali kronologis kejadiannya, dan Meena benar2 terkejut.

" Maksudmu Sukania yang melakukan semua itu ? Tapi untuk apa ?" Meena memandang Sukania dan Jodha bergantian.

Semuanya terdiam, Surya dan Jodha mulai mengira2 apa yang terjadi. Sukania yg sedari tadi menampakkan wajah sedih, saat ini tertawa dengan kesombongannya.

" Wahh Jalal Ji Wahh, aku rasa kau seorang detektif2. Baiklah .,,, , YA!! Aku akui, aku lah yang mengirim paket2 itu, sekedar mengingatkan pada Jodha Jiji, bahwa karena dialah aku mengalami kecelakaan yg mengakibatkan kakiku cacat. Kau kira aku tidak akan mengetahui nya kan Jodha Jiji ? Dan kau Surya, suamiku,,,kau begitu pandai menutupi semua dosamu, kau berbuat baik padaku hanya intuk menutupi kesalahanmu di masa lalu. Aku begitu sial, harus menemukan sebuah diary di kamarmu, Jodha,,yang akhirnya mengungkap hubungan kalian...dan apa yang terjadi di hari aku mengalami kecelakaan. Kalian berdua adalah penyebab aku memgalami ini semua. Aku benci pada kalian..AKU BENCIIII!!, kalian harus sama menderitanya dengan aku. " Sukania beranjak berdiri dan mengambil protease yang ada dlm paket tadi, lalu memakainya.

Surya mendekatinya. " Kau mau kemana ? " tanya Surya khawatir.

" Jangan coba2 mendekatiku, " Sukania berjalan perlahan ke arah depan. Jodha mengikutinya

" Sukania bolehkan aku bicara padamu." Suara Jodha memohon.

" Apa lagi yang akan kau sangkal Jodha Jiji, pasti kau tertawa melihat ketidak beruntunganku kan ? Aku tidak mau bicara denganmu. " Sukania melangkah keluar. Jodha mengikutinya, tapi Sukania kembali berbalik " Jangan coba2 mengikutiku."

Perkataannya berlaku untuk semua orang. Jalal membawa Jodha ke kamar mereka. Surya sudah tahu kebiasaan Sukania ketika ia sedang kacau. Yang dilakukannya adalah merenung di bawah sebatang pohon ditepi danau yg ada di depan rumah mereka. Dan Surya akan selalu memperhatikannya dari kejauhan, mengawasi kalau2 Sukania berbuat nekat. Dan membawanya kembali ke kamar jika ia sudah selesai. Tapi kali ini, karena perintah Sukania, Surya tak berani mengikutinya. Ia termenung di ruang tengah sementara yang lainnya sudah masuk ke kamar masing2.

***

Jalal sudah tertidur. Jodha masih menimbang2 apakah ia perlu berbicara dari hati ke hati dengan Sukania. Setelah beberapa kali mengubah posisi berbaringnya. Jodha akhirnya keluar kamar. Masih dilihatnya Surya yg setia menunggu di ruang tengah. Jodha dan Surya agak canggung sejenak.

" Apakah Sukania masih belum kembali ?" Tanya Jodha hati2.

" Belum. Sudahlah Jodha, sebaiknya kau beristirahat saja. Dia biasa seperti itu, sebentar lagi dia pasti akan memanggilku."

" Surya, tuluskah kau mencintai Sukania ? Aku melihatmu sangat menderita. Sungguh , sampai hari inipun aku masih merasa bersalah, kalau saja,,,,bila saja,,,." Jodha tak meneruskan kata2nya. Surya mengerti

" Sudahlah Jodha, kita harus terus melangkah, menjalani hidup kita masing2. Aku mencintai Sukania, tapi ia selalu menganggapnya hanya rasa kasihan. Aku akan bersabar Jodha. Aku yakin suatu hari nanti , Sukania akan benar2 berubah. Dan maafkan dia atas paket2 itu. Aku yakin ia tidak punya maksud lebih jauh. Maukah kau memaafkannya, Jodha?"

" Ya, Surya, tentu saja."

Jodha kembali memandang Sukania lewat kaca besar jendela dr ruang tengah.

" Aku perlu bicara dengannya sekarang. Tidak apakan Surya ?"

" Yah, tentu saja Jodha. Mungkin ia sudah lebih tenang sekarang. "

Jodha hanya menganggukan kepalanya dan berjalan keluar menemui Sukania. Sukania masih duduk di bawah sebuah pohon sambil melempar sesuatu ke arah danau. Surya memperhatikan mereka dari pintu depan. Jodha sudah berada di sebelah Sukania saat ini. Ia memegang pundak Sukania perlahan danbikut duduk bersamanya. Sukania hanya menoleh sesaat dan kembali dengan kegiatannya. Mereka diam membisu beberaoa saat. Jodha berinisiatif membuka pembicaraan.

" Kau sangat beruntung Suku, mempunyai Ibu yang selalu ada untukmu, mempunyai suami yg tulus mencintaimu, bahkan kalau kau menyadari, aku menyayangimu seperti adikku sendiri. Andai saja aku bisa mengatakannya setiap hari, aku sangat2 menyayangimu Suku. " Jodha berhenti dan mengusap air matanya lalu melanjutkan " aku tidak tahu kalau kau juga menyukai Surya. Hari itu Surya menelfonku akan memberitahukanmu yg sebenarnya tentang perasaan kami. Aku kira kau akan mengerti. Tapi aku salah , karena aku melarang Surya untuk mengatakannya padamu , sehingga ia jadi gamang dalam mengambil keputusan, yang menyebabkannya tidak berkonsentrasi selama mengemudi. Maafkan aku Sukania, maafkan aku." Jidha kembali terisak.

" Kau pasti sedang menyindirku kan . Sebenarnya yg lebih beruntung itu dirimu. Kau selalu dilimpahi kasih sayang dan cinta dari semua orang. Surya mencintaimu, Ibuku lebih menyayangimu  daripada aku, bahkan Ia selalu membanding2kan aku dg dirimu. Jodha yg penyabar, Jodha yang rajin, Jodha yang pintar. Semuanya Jodha,,,Jodha,,,Jodha. Bahkan sekarang kau punya suami yang tampan dan kaya. Aku sangat membeci semua keberuntunganmu Jodhaaa!!, kau membuat orang2 disekitarku malah menentangku...itu yang kau sebut keberuntungan ? "

" Cukup Sukania, tadinya aku datang ke sini hanya ingin ikut berempati, tapi kau sudah benar2 salah menilaiku!"

" Oh ya ? Oh ya ? Bagus, kau sudah mulai berani mengutarakan pendapatmu yah ? Kalau kau benar2 sakit hati mengapa kau tidak menenggelamkanku saat ini ke danau? Aku akan dengan senang hati menerima nasibku. Daripada melihat pandangan orang yg merasa kasihan padaku."

Jodha dan Sukania sama2 berdiri. Sukania berlari ke arah danau dan menceburkan dirinya disana. Jodha terkejut sesaat. Otaknya berputar antara menyelamatkan Sukania atau tidak. Surya yg melihat dr kejauhan sudah berlari ke arah mereka. Tanpa fikir panjang Jodhapun berlari menuju danau menyusul Sukania,,,,


5 komentar:

  1. ditunggu kelanjutannya ya
    jgan lama lama

    BalasHapus
  2. Bunda fara...dr kmaren aku bolak balik blog sama grup berharap sudah diposting part lanjutannya..hee ternyata belom..
    Keep hamasah bun☺

    BalasHapus
  3. mana nih kelanjutannnya
    udah pada penasaran nih

    BalasHapus
  4. Mbak lanjutannya kok lama banget...bolak balik liat blognya msh g ada jg...dah penasaran tingkat dewa nih...tengyu..

    BalasHapus
  5. Mba Fatima Zahra kapan love in paris diposting lagikah ? aku tungguin lama banget, atau sibuk dengan proyek baru Angel in Damonkah mba hehehe ?

    BalasHapus