Sabtu, 04 April 2015

** FF ÇTG_PART 31 **

Makan malam berakhir. Bella segera pamit pulang. Hameeda meminta Jalal mengantarkan Bella pulang. Jalal tidak bisa menolak. Ia menyusul Jodha ke kamar untuk berpamitan.

Di kamar, setelah meninggalkan makan malamnya tadi, Jodha berbaring di tempat tidurnya. Fikirannya menerawang ke hari2 bahagianya bersama Jalal. Dan kebersamaan mereka akhir2 ini yang terasa hambar. Jodha masih menyalahkan dirinya 'mengapa aku sampai bisa tidak tahu, ada seorang makhkuk kecil di dalam rahimku ?, aku tak menyalahkan Jalal bila ia ia marah, tapi mengapa harus selama itu ?' Berbagai fikiran masih berkecamuk di benak Jodha ketika didengarnya suara pintu kamar dibuka orang. Jodha cepat2 memejamkan matanya.

Jalal mengambil sesuatu di lemari dan bergerak ke arah tepi tempat tidur Jodha. Ia melihat Jodha tertidur lelap. Wajahnya begitu damai dan menenangkan. Diurungkannya niatnya untuk membangunkan Jodha. Dan hanya mencium kening dan mengelus rambutnya. Jalal melangkah keluar lagi untuk mengantar Bella pulang. Jodha tertegun.

Di dalam perjalanan , Jalal hanya diam saja memandang lurus ke arah Jalanan. Bella yang ada disampingnya jelas heran melihat sikap Jalal yang dingin kepadanya saat ini. Biasanya Jalal selalu tampak ceria menceritakan hal apapun dan senang sekali menggodanya. ' Oh, mungkin karena ia sekarang suami Jodha , karenanya ia menjaga jarak.' Darahnya mendidih mengingat hal itu. Bella berinisiatif memegang sebelah tangan Jalal yang tidak memegang setir. Jalal terkejut dan menarik tangannya perlahan. Bella kecewa.

" Opps maaf, aku lupa kalau kau sekarang adalah suami orang.... Aku masih saja menganggap bahwa kau adalah Jalal-ku." Bella memelankan suaranya tanda kecewa. Jalal berpaling sebentar padanya dan memandang lurus lagi kedepan.

" Aku masih Jalal-mu , Bella, dengan peran yang berbeda. " diam sesaat, Jalal melanjutkan " so tell me about your study ? "

Bella membelalakkan bola matanya " Aku kan sudah menceritakannya di meja makan tadi, pasti kau tidak menyimak." Bella langsung cemberut.

Sebenarnya Jalal memang Jalal tidak menyimak, ia hanya memperhatikan Jodha, memperhatikan raut wajah istinya yang murung sepanjang jamuan makan malam tadi. 'Ia pasti masih sedih dg kejadian akhir2 ini, dan aku masih saja bersikap menyalahkannya, Ya Tuhan,,aku sudah sangat tidak adil pada Jodha.' Ada sesal yang tiba2 terbersit di hati Jalal, ia ingin cepat2 pulang. " Yaaar, maafkan aku Bella, aku rasa fikiranku memang tidak disana tadi."

" Kau pasti sangat bersedih dg peristiwa keguguran itu kan ?, aku mendapat kesan kau bahkan menyalahkan Jodha untuk hal itu. Apakah hubungan kalian tidak harmonis." Bella mengambil kesempatan dalam percakapan itu untuk mengetahui hubungan mereka lebih jauh. Ia lalu melanjutkan, sambil lebih mendekat ke arah Jalal dan membelai pipi Jalal  " Aku jadi semakin heran, apakah kau benar2 mencintai Jodha ?, apakah pernikahan kalian benar2 dilandaskan atas dasar cinta ?, mengapa kabar pernikahan kalian begitu cepat ? dan mengapa harus Jodha ?"

Jalal cepat2 mengerem mobilnya " Bisakah kau duduk diam dan berhenti bertanya, Bella ? Aku sedang berkonsentasi mengemudi !" Jalal setengah menghardik dan memandang tajam ke arah Bella. Bella terkejut dengan sikap Jalal barusan,lalu kembali menjauhkan tubuhnya. Jalal kembali melajukan mobilnya.

" Kau tak pernah bersikap begini sebelumnya padaku , Jalal." Bella mulai menangis dan mencoba menarik simpati Jalal.

" Bella maafkan aku, situasinya berbeda sekarang, dan kau harus menerimanya. Aku mencintai Jodha, dan tidak ada yang salah dengan perasaanku padanya. " Jalal berhenti sebentar dan berfikir ' walaupun saat ini aku sudah benar2 menyakiti perasaan Jodha ' Jalal berfikir untuk cepat2 mengantar Bella ke rumahnya, dan kembali secepatnya pada Jodha. Ia merasa begitu bersalah telah mengabaikan perasaan Jodha. Jalal melanjutkan " Aku akan cepat2 mengantarkanmu Bella, sudah terlalu malam." Jalal lebih mempercepat laju mobilnya. Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam.

Di rumah,,,

Jodha yang bertanya2 krn Jalal belum kembali akhirnya keluar dari kamarnya dan bertanya pada seorang pelayan. Dari pelayan Jodha baru tahu kalau Jalal sedang mengantarkan Bella. Karena kecewadengan sikap Jalal yang bahkan tidak berpamitan padanya,) Jodha akhirnya berjalan keluar menuju teras. Tak sadar kakinya melangkah terlalu jauh menuju sebuah taman.

Jalal tergesa-gesa memasukan mobilnya ke garasi rumahnya. Yang ada difikirannya hanya satu , meminta maaf pada Jodha atas sikapnya akhir2 ini. Jalal merasa sangat bersalah membiarkan Jodha melalui semuanya sendirian. Ia berlari ke arah kamar, tapi tak menemukan Jodha di sana. Mencarinya di kamar mandi dan di ruang kerja , Jodha juga tidak ada disana. Jalal panik sesaat sebelum berteriak memanggil pelayan. Setelah memdapat penjelasan dari pelayan ia segera berlari keluar menyusul Jodha. Jalal mencari Jodha kesana kemari. Suaranya hampir serak karena memanggil2 Jodha. Tapi yang dicari tidak juga menampakan batang hidungnya. Jalal berlari kesana kemari dengan putus asa. Apa yg dilakukan Jodha malam2 begini. ' Ya Tuhan, tolong lindungi Jodha. ' Jalal panik dan berlari pulang ke arah rumahnya untuk mengeluarkan mobil. Hanya satu tempat tujuannya sekarang ' Rumah Jodha.'

***

Masih dengan pakaian tidurnya Jodha berdiri mematung di tepi Jalan. Sebelum sebuah klakson mobil membuyarkan lamunan Jodha. Jodha melihat ke arah mobil disampingnya, dan terkejut melihat Surya yang kini menghentikan mobil tepat disampingnya lalu berjalan keluar menuju Jodha.

" Jodha, apa yang kau lakukan malam2 begini di luar sendirian , dimana suamimu ?" Tanya Surya cemas.

" Bha,,,bhaisa mengapa kau ada disini ?"  Tanya Jodha tak kalah terkejutnya.

" Aku baru akan mengantarkan undangan ke rumahmu, minggu depan aku dan Moti akan menikah Jodha, aku harap kau hadir."

"Ohh umm, Bhaisa, selamat, aku turut berbahagia untuk kalian." Jodha mengulurkan tangannya dan mengucapkan selamat.

" Terima kasih , Jodha," diam sebentar. Surya memperhatikan Jodha dg baju tidurnya, pasti ia bukan sedang berjalan di tengah tidurnya. Surya heran tapi tidak bertanya lebih kanjut " masuklah ke mobilku, aku antar kau pulang."

Jodha yang memang sedang bersedih, berfikir untuk meminta bantuan Surya mengantarkan ke rumahnya, rumahnya di Rusun.

Surya hanya menuruti permintaan Jodha tanpa bertanya2. Ia mengerti saat ini Jodha pasti sedang kalut. Surya mempersilahkan Jodha naik ke mobilnya dan segera mengantarkan Jodha.

Jalal tiba lebih dulu di Rusun Jodha, setelah mengetahui Jodha tidak ada di Rusunnya, Jalal semakin panik. Dari tetangganya Jalal memastikan bahwa Jodha tidak ke rumah itu. Jalal berlari keluar dan baru saja akan menuju mobilnua ketika dilihatnya Jodha turun dari mobil seseorang yang ternyata adalah ,,,,,Surya.

Tanpa fikir panjang Jalal segera menuju ke arah mereka dengan muka merah padam menahan amarah. Jodha dan Surya yang saat ini berjalan bersisian terkejut bukan main melihat Jalal yang menuju ke arah mereka dan bersiap2 mengepalkan tinjunya. Jodha bergerak cepat dengan berdiri di depan Surya melindunginya dari kesalahfahaman Jalal.

" Apa yang kau lakukan Bhaiya, berhentiiii,,,." Terlambat Jodha terkena pukulan Jalal dan langsung  tersungkur kebelakang, untung saja Surya menangkap tubuh Jodha, sehingga ia tidak jatuh ke tanah. Jalal syok dengan apa yang dilakukannya, ia segera maju melihat Jodha dan menepiskan tangan Surya dari Jodha yang sekarang pingsan.

" Kau keterlaluan , Jalal, apa yang kau fikirkan ? tahukah kau Jodha berjalan sendirian tengah malam begini ? "

" Dan apa yang kau lakukan bersama istriku tengah malam begini , hah ? " Jalal sudah menegepalkan lagi tangannya dan Surya menjawab.

" Kita angkat dulu Jodha ke dalam, aku akan menjelaskannya." Surya yang juga khawatir pada keadaan Jodha saat ini berniat menggendong Jodha, tapi lagi2 Jalal menepis tangan Surya dan meraih Jodha dari tangannya, lalu membawa Jodha tergesa2 ke atas. Setelah merebahkan Jodha , Jalal mencoba membangunkan Jodha, Jodha bangun dan mengerang kesakitan. Jodha memegang rahangnya yg terkena pukulan Jodha tadi. Sesaat ia memandang Jalal sinis tapi segera mengerang lagi ketika ingin mengatakan sesuatu. Surya membawakan es yang di bungkus kain dari arah dapur, Jalal segera merebutnya dan memberikannya pada Jodha. Mengetahui Surya yang masih ada disana, Jodha dengan suara lemah dan terbata2 berkata

" Bhaisa , aku,,,tidak a,,pa,,,apa, ka,,kau,,bo leh pergi Bhaii,,sa,,,teri,,ma kasih." Jodha hanya berkata itu dan membalikkan tubuhnya membelakangi Jalal sambil memegang kompresannya. Jalal mengantar Surya keluar. Melihat sikap Jodha barusan, Jalal tahu ia yang sudah salah faham. Sambil mengantar Surya keluar Jalal meminta maaf dan berterima kasih pada Surya.

" Thanks, Man,,, i owe you once." Jalal menepuk pudak Surya dan berjabat tangan dengannya.

" It's OK,,aku pamit sekarang."

Jalàl menutup pintu depan dan kembali lagi ke kamar Jodha sambil membawa susu hangat untuk Jodha.

" Honeey,,,minumlah susu hangat ini sedikit saja." Bujuk Jalal.

" Minum saja sendiri, i'm not on the mood." Kata Jodha sambil tetap membelakangi Jalal. Jalal meletakkan gelas susu nya di meja. Lalu naik ke tempat tidur di sebelah Jodha. Posisi mereka berhadapan kini dg posisi Jalal yg masih duduk di tempat tidur. Jodha membalikkan tubuhnya lagi membelakangi Jalal. Jalal menggaruk2 kepalanya. Baru sekali ini ia menghadapi Jodha yg marah sejak mereka menikah empat bulan yang lalu. Jalal benar2 tidak tahu harus berbuat apa. Ia kemudian hanya membaringkan tubuhnya di sebelah Jodha, memandang punggung Jodha sesekali dan mencoba untuk tidur juga. Sambil berharap mungkin esok hari kemarahan Jodha sudah berkurang.

***

Pagi harinya,,,,

Jodha bangun lebih dahulu
, melihat Jalal yang terbaring disampingnya. Jodha segera beranjak dari tempat tidur, Jalal menyadari gerakan Jodha dan beringsut bangun, lalu memegang pundak Jodha.

" Jodha, honey,,,, i wanna talk."

Jodha menepiskan lengan Jalal dari pundaknya , sambil tetap membelakanginya. Jalal makin mendekat dan meletakkan kepalanya di pundak Jodha lalu mencium pundak telanjang Jodha.

" Honey i' am so sorry,,,aku benar2 minta maaf, aku menyalahkanmu, aku mengabaikanmu,,,aku,,,." Belum selesai Jalal berbicara, Jodha sudah beringsut ke kamar mandi, Jalal mengejarnya. Terjadi saling dorong mendorong di depan pintu kamar mandi. Jalal ingin ikut masuk tapi Jodha tak membiarkannya. Karena tenaga Jalal terlalu kuat, akhirnya Jodha mengalah. Jodha menuju wastafel dan mulai menggosok giginya, Jalal melakukan hal yamg sama dengan ikut menggosok giginya. Jodha menyalakan keran di bath tubnya, mengatur suhunya dan menurunkan selang shower. Memasukan buble bath dan beberapa aroma therapi. Jodha terus melakukaan kegiatannya dan menganggap Jalal tidak ada. Membuka pakaiannya dan masuk kedalam bath tub yang sudah penuh dengan busa. Jalal yang sudah selesai gosok gigi duduk di hadapan Jodha dan berinisiatif menyirami Jodha dengan showernya. Mereka saling berebut untuk memegang selang shower. Sementara Jodha masih melotot kesal ke arah Jalal, Jalal mulai  menuangkan sabun cair dan menggosok tubuh Jodha perlahan. Lagi2 Jodha menolak, tapi ia membiarkannya ketika Jalal menggosok punggungnya, ia memang memerlukan bantuan dibagian itu. Jalal mulai berbicara

" Aku sungguh2 minta maaf Jodha, aku membiarkanmu sendirian menghadapi semuanya. Aku sangat sedih kehilangan bayi kita, tapi pasti kau jauh lebih sedih. Aku menyalahkanmu untuk sesuatu yang harusnya bisa kita hadapi bersama. Aku sungguh2 minta maaf."
Jodha hanya diam saja dengan apa yang dilakukan dan dikatakan Jalal. Ia memandang Jalal dan melihat matanya yang mulai berkaca2 . Jalal melanjutkan " mulai hari ini kita akan selalu menghadapi apapun berdua,,,no one will come between us, dan aku akan selalu percaya padamu." Jalal membelai rambut Jodha  , mengusap2kan shampoo di kepalanya. Mengeramasi rambut panjangnya dan menyiramnya lagi dengan air hangat dari shower. Jodha terharu dengan perlakuan Jalal, dia lalu menangis tersedu2 di dalam bath tub itu. Jodha meluapkan semua kemarahannya
dengan menangis lebih kencang di hadapan Jalal. Jalal masuk ke dalam bath tub dan menenangkan Jodha. Jodha memukul2 bahu Jalal sambil menangis itu. Jalal mengusap2 rambut Jodha dipelukannya. Menciuminya sambil terus berkata " I'm so sorry, honey,,i'm really sorry. " Jodha terus menangis menumpahkan segala perasaannya.

Jalal menyelesaikan mandinya dan membelitkan handuk di pinggangnya. Setelah itu kembali pada Jodha dan mengeringkan juga tubuh jodha dg handuk yang di bawanya. Menggendong Jodha ke kamar dan meletakkannya di tempat tidur. Jalal membantu memakaikan baju Jodha, sebelum akhirnya ia memakai bajunya sendiri lalu menunaikan sholat subuh. Jodha terharu dengan segala perhatian Jalal. Ia sudah berniat memaafkan Jalal, tapi entah mengapa ia masih kesal dg sikap Jalal yg mengantar Bella pulang tanpa pamit padanya.

Jalal menghampiri Jodha hendak menciumnya, melihat Jodha dg tampang kesal, Jalal kembali membujuknya.

" Hei, yaaar apakah kau masih marah ?"

Jodha memalingkan wajahnya " Kau kemana saja setelah makan malam kemarin ?" Jalal tahu Jodha kesal karena hal itu. Tapi Jalal juga balik bertanya.

" Kau juga , apa yang kau lakukan bersama Surya semalam ? " Jodha beranjak dari tempat tidur dan mengambil kartu undangan yang diserahkan surya semalam.

" Surya Bhaisa menyerahkan undangan ini  semalam, akhirnya mereka akan menikah juga, dan tampaknya kesepakatan kita akan segera berakhir , Tuan Jalaluddin Mohammad Akbar." Mata Jalal berkilat tajam memandang Jodha. 'Tidak lagi, aku tidak akan melepaskanmu , Jodha.' Jalal meraih tubuh Jodha yang kini berbalik membelakanginya. Memeluknya erat dan mencium lehernya. Jodha marah dan meronta mencoba melepaskan diri dari Jalal. Jalal membalikkan tubuh Jodha dan mencium bibir Jodha paksa. Jalal merapatkan Jodha ke dinding kamar dan mulai menciuminya lagi. Jodha melepaskan diri dengan menghadapkan tubuhnya ke dinding. Jalal semakin tertantang dan menciumi punggung Jodha lalu melingkarkan tangannya di perut Jodha. Jodha yang memang sudah lama merindukan kehangatan dari Jalal menyerah dan membiarkan Jalal membawa tubuhnya ke tempat tidur.

Pagi mereka dilewati dengan cumbuan dan desahan sepanjang sesi bercinta itu. Kerinduan yang sudah ditahan lama oleh mereka berdua karena rasa ego masing2 yang akhirnya kini melebur menyanyikan senandung cinta yang paling indah.

" Jodhaaa,,,." Lenguh Jalal panjang, mengakhiri romantisme pagi mereka.

Setelah beberapa saat Jodha mengatakan ia ingin keluar dari kamar. Jalal memapah Jodha ke ruang tengah. Dikecupnya pipi istrinya yang terlihat sedikit memar dan Jodha mengerang sedikit.

" Bhaiyaaa,,,,!" Katanya sambil menjerit manja.

" Owh , God , aku rindu sekali kau mengatakan itu, hemmh ?" Jalal mengerlingkan matanya dan tersenyum ke arah Jodha. Mereka akhirnya tertawa.

Jalal pergi ke minimarket di depan rusun Jodha dan mulai menyiapkan  sarapan untuk mereka berdua. Sepiring penuh spagetthy saus bolognesse dg irisan daging sapi2 dan 2 cangkir coklat hangat. Mereka sangat menikmati sarapannya.  Mereka makan dari piring yang sama kadang2 Jalal menyuapi Jodha dan begitupun sebaliknya.

Selesai sarapan , mereka hanya memghabiskan waktu sepanjang siang dengam menonton dvd. Malam harinya Jodha dan Jalal memutuskan untuk menginap semalam lagi dirumah Jodha dan sudah memberitahukan Hameeda akan hal ini.

Jodha menyiapkan susu hangat Jalal. Dan Jalal meneguknya sampai habis. Jodha mengeluh punggungnya masih sakit, dan Jalal berinisiatif memijat punggung Jodha.

" Achaa,,,aku tahu maksudmu, Bhaiyaa,,,No,,,no,,,no,,,aku mau tidur, aku lelah sekali." Jodha langsung merebahkan dirinya di kasur. Tapi Jalal tidak kurang akal, dia segera mengambil olive oil dan membalikkan tubuh Jodha. Jodha kembali protes " Bhaiyaaa,,,,!"

" Aku tak akan meminta imbalan apa2, trust me. Ayo buka bajumu,aku akan membantumu rileks supaya kau cepat tidur, okey honey ?" Jodha menyangsikan niat tulus Jalal karena dilihatnya senyum Jalal yang menggoda. Tapi akhirnya dibukanya juga baju tidurnya, menarik selimut ke pangkal paha dan membiarkan punggungnya terbuka bersiap menerima pijatan dari Jalal. Sebelumnya Jalal juga menyiapkan aroma therapi yang disemprotkan di bantal Jodha dan mengecilkan volume AC.

TBC,,,,,

1 komentar:

  1. wow...bhaiya Jalal pinter masak dan pinter mijit ya?? mau dong mba Fatimah, pesen 1 yang persis sama bhaiya jalal.......ga pake lama!

    BalasHapus