Rabu, 22 April 2015

LOVE IN PARIS_PART 11

FF LOVE IN PARIS_PART 11 ^
BY : Fatimah Zahra

Jalal beranjak ke luar ruangan, setelah didengarnya bunyi ' Beep ' yang amat khas di ponselnya. Di bacanya pesan singkat di ponselnya. 'Anak2 Rusa segera berkumpul di lapangan.' Jalal menghela nafas panjang. Sebuah pesan rahasia yg hanya dimengerti oleh pasukan elit Pakistan yg bekerja sebagai mata2. Besok , ia harus pergi pagi2 sekali untuk melalukan tugas pengintaian di daerah konflik di Pakisntan. Itu artinya ia harus benar2 meninggalkan Jodha untuk waktu yang cukup lama.

Jalal masuk ke kamar setelah merapikan semua bekas makan malam mereka. Dilihatnya Jodha yang terpekur sambil masih memegang kepalanya yang pusing. Jalal tampak cemas dan mendekati Jodha.

" Masih pusing?"

" Sedikit ,,. Darl, duduklah...aku ingin memberitahumu sesuatu."

" Katakan !" Jalal duduk disebelah Jodha dan menggenggam sebelah tangannya.

Jodha mengambil testpack yang telah dipakainya tadi dan menunjukannya pada Jalal. Jalal mengambilnya dan tampak berkaca2 melihat hasilnya. Ia sudah terlalu sering melihat alat itu. Rukaiyyah dg obsesinya yg ingin cepat hamil hampir setiap minggu memakainya . Jalal selalu membuangnya dan tak mengizinkan Rukaiyyah menggunakannya lagi. Bukan karena  hasilnya yg selalu 'garis satu'. Tapi karena setelah memakai dan mengetahui hasilnya Rukaiyyah selalu marah2 dan nafsu makananya hilang. Ia akan selalu menyendiri untuk waktu yg lama.

Dan Jalal begitu takjub pada ' garis dua' yang ada ditangannya kini.

" Kau hamil , Jodha ? Kau mengandung anakku, Ya Tuhan ,,sudah berapa lama ? " Jalal tak mampu menyembunyikan kegembiraan yg membuncah di hatinya. Setelah sekian lama akhirnya, akan ada malaikat kecil , buah cintanya dengan Jodha. Ia memeluk Jodha , merengkuh kepala Jodha ke dadanya dan menangis diam2.

" Aku sudah telat  dua minggu darl. Sejak kita masih di Hawaii. Aku blm mau memberitahumu tadinya. Aku ingin memastikannya dg memeriksakan diri ke dokter dulu. "

Jalal terharu sekaligus cemas. Mengusap lembaut rambut Jodah dipelukannya lalu turun mengusap perut Jodha. Kebahagiaan yg tak dapat dilukiskan dengan kata2. Jalal masih berfikir keras ,bagaimana mengatakannya pada Jodha tentang keberangkatannya besok.
' aah itu nanti saja, aku tidak boleh merusak suasana bahagia ini. Terima kasih, ya Tuhan.'

Jalal melepaskan pelukannya. Meraih wajah Jodha dengan kedua tangannya. Memandang bibir Jodha yang entah mengapa jadi semakin ranum. Hasrat kelelakiannya kembali muncul. Sudah beberapa hari ia tak menyalurkannya. Dan berita kebahagian yg diberikan Jodha barusan membuat hormon libido nya semakin meningkat. Diciummya bibir Jodha perlahan, lalu lebih menekannya ke dalam. Jodha membalas kecupan Jalal dengan sepenuh jiwa. Tubuhnya bergetar menerima ciuman Jalal yang begitu menguasai, menelusuri setiap bagian bibir dan lidahnya. Bibir yang begitu menggemaskan dan ciuman Jalal yang semakin berhasrat. Jalal mengakhirinya dengan mengecup bibir Jodha dengan keras.

" Owwhh,,,," Jodha menjerit tertahan.

" Ooh, maafkan aku . Apa aku menyakitimu ?" Jalal cemas dengan perlakuannya barusan pada Jodha.

" Tidak , darl. Aku hanya sedikit pusing." Jodha pura2 memegang kepalanya lagi. Jodha tertawa geli dalam hati melihat mata Jalal yang sendu dan keinginanya yg sudah memuncak.

" Oowhh...umm, bolehkah aku ,,," Jalal tidak meneruskan kata2nya, dan memaksa dirinya menjauh dari Jodha. Ia tentu tidak akan tega mengganggu Jodha yg tubuhnya sedang tidak nyaman karena proses kehamilannya.  Jodha menahan lengan Jalal

" Maukah kau memijat kepalaku, darl ?" Jodha memasang wajah memelas. ' owh Jalal aku akan membuatmu tersiksa lebih dahulu.' Tanpa menunggu jawaban Jalal, Jodha langsung menelungkupkan dirinya di kasur.

Jalal mau tak mau harus melakukannya, walaupun dengan susah payah harus menekan hasratnya yg semakin memuncak dan dorongan dibawah sana yg membuat tubuhnya semakin nyeri. Jalal mulai memijat kepala Jodha, menyentuh rambut panjang sehalus sutra yg selalu menemani malam2nyà kemarin.

" Agak kebawah , darl. Tengkukku juga sakiit." Jodha membawa rambutnya ke depan dan nampaklah pundak Jodha yg terbuka putih bagai pualam itu. Jalal menutup matanya dan mencoba lebih keras menahan hasratnya. Ia tidak mau menyakiti Jodha.

" Hemmmh,,,aah, nyaman sekali , darl. Terima kasih. "

Jodha membalikkan tubuhnya dan memandang Jalal yg susah payah menahan hasratnya. Jodha jadi kasihan. Ia sudah keterlaluan mengerjai Jalal. Jodha membentangkan kedua tangannya bersiap memeluk Jalal.

" Kemarilah,,,,"

Jalal melihat ke arah Jodha. Ingat bagaimana ia muntah dan menahan sakit kepalanya tadi.

" Tidak usah. Sebaiknya kita tidur saja. Aku tidak mau menyakitimu, Laddu."

" Cepat kemari, atau kau tidur di luar ?" Nada Jodha setengah mengancam. Lalu tertawa terpingkal2.

" Oooh,,jadii,kau sedang mengerjaiku kan Jodha Bai,,,kauu,,,tidak akan kulepaskan."

Jalal meringsek mendekati Jodha dr posisinya yg duduk berlutut di tempat tidur. Jodha sudah menyambutnya dan terjadilah perang ciuman yang panas dan menggelora. Jalal menindih tubuh Jodha dg hasrat yg tak mampu ditahannya lagi.

" Aww,,,!" Jerit Jodha lagi. Jalal mengangkat wajahnya dari wajah Jodha.

" Ada apa lagi ?!" Jalal setengah jengkel memandang Jodha.

" Pelan-pelan, darl,,,,sekarang kan ada anakmu." Jodha memberengut dengan manja. Jalal tersenyum dan mulai menggerayangi tubuh Jodha pelan. Perlahan membawanya ke puncak lalu sama2 meledak. Mengalirkan kehangatan dari tubuh masing2. Dan mengaktifkan sebuah hormon yg bernama 'kebahagian' yang sempurna.

***

Jalal menunda perjalanannya dan memutuskan untuk menemani Jodha ke dokter hari ini. Hasil pemeriksaan laboratorium dr urine dan darahnya menyatakan bahwa Jodha hamil 6 minggu. Hasil USG juga menyatakan kandungan Jodha berkembang sehat. Jodha dan Jalal tampak sangat bahagia. Mereka berjalan meninggalkan RS sambil bergandengan tangan. Jalal semakin berat meninggalkan Jodha.

Malam ini Jalal mengajak seluruh keluarga Jodha untuk makan malam di luar. Dan sekaligus memberitahukan pada mereka tentang kepergiannya. Sejak ini adalah perjalanan yg sulit dan Jodha sedang hamil maka Jalal menitipkan Jodha pada keluarga itu. Meena masih berharap mereka akn secepatnya pergi. Tapi Jalal berbicar empat mat dengan Meena

" Apakah kau, tidak merasa sedikitpun punya rasa keibuan kepada Jodha ? Apakah kau sedemikian membenci Jodha ? Apa kesalahannya padamu ? Dia sebatang kara dan kau masih membencinya karena apa ?" Kata Jalal menggebu2 malam itu di ruangan Meena    
" Sebenarnya aku tidak benar2 membencinya. Aku justru khawatir, kalau dia lebih lama disini, dia akan lebih tertekan dg kelakuan sukania padanya. Entah apa yg ada dlm fikiran Sukania. Selalu yg dia permasalahkan adalah  'segala keberuntungan Jodha.' Aku benar2 tidak ingin Jodha tambah menderita disini. Semua yg kulakukan adalah demi kebaikan mereka, Jalal. Aku harapbkau mengerti." Meena menyusut air matanya disela2 kalimatnya yang tegas.

Jalal tak tahu harus bagaimana. Ia sedikitnya mengerti perasaan Meena " Aku hanya akan menitipkan Jodha sebentar disini. Kalian adalah keluarga terdekatnya. Dan melihat kondisinya yang tidak mudah saat ini, tempat ini adalah tempat terbaik untuknya. Jadi aku mohon Meena, bisakah kau menjaga Jodha selama kepergianku ?"

Hening sesaat...

" Baiklah,,," kata Meena akhirnya.

Jalal mengeluarkan amplop dari dalam saku jaketnya.

" Ini untuk keperlian Jodha selama disini. Dan terima kasih atas bantuanmu, Meena. Aku sangat menghargainya."

" Oo,,ooh tidak,,,tidak,,,tentu saja aku tidak akan melakukannya karena uang. Jodha sudah bersamaku sejak Ibunya meninggal, sungguh di dalamblubuk hatiku yang paling dalam aku juga menyayanginya. Aku hanya mencemaskannya dari perilaki Sukania yg memusuhinya sejak dulu. Jalal, aku mohon ambil uangmu kembali."

" Anggap saja ini budi bakti kami sebagai anak. Terimalah Meena, aku tidak akan memberitahukannya pada Jodha." Jalal melangkah ringan dari kamar Meena. Sekarang ia hanya perlu mengatakannya dengan hati2 pada Jodha tentang kepergiannya.

Semua sedang berkumpul di ruang tengah. Acara TV rupanua tidak begitu menarik perhatian mereka. Semuanya duduk dengan fikiran masing2. Jodha baru saja memergoki Jalal yg berbincanh2 dg Ibu Meena di ruang kerjanya. Sebegitu membosankannyakah tugas Jalal hingga ia harus dititipkan di rumah ini agar Jodha tidak kesepian. Tiba2 terdengar suara bel pintu berbunyi. Surya yang beranjak berdiri lali kembalo dengan sebuah paket besar ditangannya.

" Pengantar paketnya mengatakan ini untuk Jodha." Surya meletakkan paket itu di meja depan Jodha.

" Untukku ? Apakah kau yakin. Tapi tidal ada seorang temanku yg aku kabari bahwa aku pulang." Jodha heran dan termenung

" Mungkin saja dari pacar gelapmu,,,,heehhh,,." Sukania dengan nada mencibir.

" Sukania, cukkup." Rasanya Surya baru sekali ini menentang Sukania, dan itu membuat Sukania mendelik marah. Surya melanjutkan " Apa boleh aki bantu membukanya , Jodha."

" Ooh ya,,,tentu saja Surya.  Terima kasih."

Perlahan Surya membukanya, paket kotak berwarna kuning keemasan. Setelah kotak penutupmya terbuka , kini tinggal kertas putih yg menutup benda di bawahnya. Jodha membukanya perlahan,,,
matanua berkunang2 dan Jodha langsung jatuh pingsan.

" Jodhaaa,,,,,,!!!"

PRECAP : Sukania nekat menceburkan diri ke sebuah danau dan Jodha menyusulnya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar