Jumat, 24 April 2015

Love In Paris_Part 12

^ Love In Paris_Part 12^
By : Fatimah Zahra

Jalal baru saja keluar dari ruang kerja Meena dan secepat kilat  menangkap tubuh Jodha yang pingsan sebelum jatuh membentur lantai ,lalu membaringkannya di sofa panjang. Jalal melihat ke arah paket di depannya,' paket itu lagi' batinnya. Ia melirik ke arah Sukania yang buru2 memasang tampang sedih. ' kali ini kau harus mendapatkan pelajaran Sukania '.

" Mengapa Sukania ? Mengapa kau senang sekali menyiksa Jodha dengan cara begini ?"

Sukania mengeryitkan dahinya tak mengerti. Surya mendekati Sukania dan menatap Jalal dg dengan tatapan tak terima.

" Apa maksudmu , Jalal ? Kau menuduh Sukania yg melakukan semua ini ? Aku tidak percaya, kau mengada2 Jalal."

" Kenapa Surya ? Kalau kau tidak terima , apakah mungkin kau pelakunya ?"

Hening sesaat. Jalal duduk disamping Jodha yg masih pingsan. Ia memang sudah menyelidiki masalah ini. Dan pelakunya adalah Sukania. Dari paket pertama yg dikirim ke Paris, Jalal sudah menyelidikinya. Tapi untyk membuat Sukania mengaku, tentu hal yg teramat sulit. Jalal kembali membuka percakapan

" Sukania,,,entah dendam seperti apa yg kau pendam hingga kau memupuknya sejak usia kalian masih sangat belia. Kau membenci Jodha karena dia saudara tirimu, itu sudah jelas. Tapi membencinya sampai usia kalian sama2 dewasa adalah sifat kekanak2an yg tak biasa. Jadi Sukania , katakan !mengapa kau melakukan teror ini kepada Jodha ? !"

" Kau tidak tahu apa2 Jalal, kau tidak dapat menuduhku atas perbuatan yg tidak pernah aku lakukan !" Sukania tak kalah emosi ia sudah akan beranjak dibantu oleh Surya. Tapi sebuah kebenaran lain dari Jalal membuatnya berhenti berdiri.

" Lalu untuk apa kau memesan 3 protease dlm waktu 1 bulan ?" Jalal mengeluarkan nota pembelian dr dlm organizer yg selalu dibawanya , nota yg di print atas nama Jodha. Surya mengambilnya.

" Tapi pembelinya Jodha, bukan Sukania. Ordernya dilakukan via telfon. Dan alamat kirimnya adalah rumah ini. Ada apa sebenarnya Jalal ?"

" Tentu saja, semua bukti mengarah pada Jodha sebagai pemesannya. Bahkan pembayaran yg dilakukan via transfer bank juga dilakukan dari nomer rekening Jodha. Tapi itulah letak kecerobohanmu Sukania. Karena buku tabungan dan ATM nya tidak pernah dipegang oleh Jodha. Sejak dia menikah denganku dia sudah memberikannya padamu lewat Meena. Ibumu sudah menolaknya tapi kau mengambilnya dg sukarela bukan ?, mungkin kau hanya tamak waktu itu dg menerimanya. Tapi rencanamu untuk menggunakannya sungguh sangat kebetulan. "

Jodha terbangun dari pingsannya. Jalal segera berpaling pada Jodha dan menanyakan keadaannya. Sementara Surya dan Sukania masih sangat mendengar penjelasan Jalal.

" Kau baik2 saja Laddu?" Jalal mengusap wajah dan rambut Jodha.

" Aku tidak apa2, apa yang terjadi ?" Jodha mulai mengingat2. Dan kembali syok ketika mengingat paket yg td di lihatnya.

" Darl, paket itu lagi,,,aku melihatnya disini, Darl,,,,aku,,,."

" Shhh, tenanglah Jodha, kita baru akan mengetahui pelaku sebenarnya. Tenanglah." Jalal kembali melirik pada Sukania dan Surya. " Jadi, Sukania,,,kau punya alibi lain ?"

"Kau tidak punya bukti bahwa aku memiliki nomer rekening Jodha."

Tepat disaat itu pula Meena keluar dari ruang kerjanya, tak tahu ada apa, ia langsung duduk di ruangan itu.

" Itulah keberuntunganku, Sukania. Barusan saja Ibumu Meena memintaku mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening ini, karena aku begitu hafal dg angka2nya, aku menanyakannya pada Meena. Dan Ibumu menjawab, bahwa nomor rekening itu adalah atas nama Jodha yg saat ini dipegang olehmu. Benar kan Meena ? "

" Benar,,, tapi bukan masalah kan ? Karena Jodha sendiri yg menyerahkannya waktu itu. Aku sudah melarangnya tapi Jodha bersikeras. Ada apa sebenarnya ?"

Jalal menceritakan kembali kronologis kejadiannya, dan Meena benar2 terkejut.

" Maksudmu Sukania yang melakukan semua itu ? Tapi untuk apa ?" Meena memandang Sukania dan Jodha bergantian.

Semuanya terdiam, Surya dan Jodha mulai mengira2 apa yang terjadi. Sukania yg sedari tadi menampakkan wajah sedih, saat ini tertawa dengan kesombongannya.

" Wahh Jalal Ji Wahh, aku rasa kau seorang detektif2. Baiklah .,,, , YA!! Aku akui, aku lah yang mengirim paket2 itu, sekedar mengingatkan pada Jodha Jiji, bahwa karena dialah aku mengalami kecelakaan yg mengakibatkan kakiku cacat. Kau kira aku tidak akan mengetahui nya kan Jodha Jiji ? Dan kau Surya, suamiku,,,kau begitu pandai menutupi semua dosamu, kau berbuat baik padaku hanya intuk menutupi kesalahanmu di masa lalu. Aku begitu sial, harus menemukan sebuah diary di kamarmu, Jodha,,yang akhirnya mengungkap hubungan kalian...dan apa yang terjadi di hari aku mengalami kecelakaan. Kalian berdua adalah penyebab aku memgalami ini semua. Aku benci pada kalian..AKU BENCIIII!!, kalian harus sama menderitanya dengan aku. " Sukania beranjak berdiri dan mengambil protease yang ada dlm paket tadi, lalu memakainya.

Surya mendekatinya. " Kau mau kemana ? " tanya Surya khawatir.

" Jangan coba2 mendekatiku, " Sukania berjalan perlahan ke arah depan. Jodha mengikutinya

" Sukania bolehkan aku bicara padamu." Suara Jodha memohon.

" Apa lagi yang akan kau sangkal Jodha Jiji, pasti kau tertawa melihat ketidak beruntunganku kan ? Aku tidak mau bicara denganmu. " Sukania melangkah keluar. Jodha mengikutinya, tapi Sukania kembali berbalik " Jangan coba2 mengikutiku."

Perkataannya berlaku untuk semua orang. Jalal membawa Jodha ke kamar mereka. Surya sudah tahu kebiasaan Sukania ketika ia sedang kacau. Yang dilakukannya adalah merenung di bawah sebatang pohon ditepi danau yg ada di depan rumah mereka. Dan Surya akan selalu memperhatikannya dari kejauhan, mengawasi kalau2 Sukania berbuat nekat. Dan membawanya kembali ke kamar jika ia sudah selesai. Tapi kali ini, karena perintah Sukania, Surya tak berani mengikutinya. Ia termenung di ruang tengah sementara yang lainnya sudah masuk ke kamar masing2.

***

Jalal sudah tertidur. Jodha masih menimbang2 apakah ia perlu berbicara dari hati ke hati dengan Sukania. Setelah beberapa kali mengubah posisi berbaringnya. Jodha akhirnya keluar kamar. Masih dilihatnya Surya yg setia menunggu di ruang tengah. Jodha dan Surya agak canggung sejenak.

" Apakah Sukania masih belum kembali ?" Tanya Jodha hati2.

" Belum. Sudahlah Jodha, sebaiknya kau beristirahat saja. Dia biasa seperti itu, sebentar lagi dia pasti akan memanggilku."

" Surya, tuluskah kau mencintai Sukania ? Aku melihatmu sangat menderita. Sungguh , sampai hari inipun aku masih merasa bersalah, kalau saja,,,,bila saja,,,." Jodha tak meneruskan kata2nya. Surya mengerti

" Sudahlah Jodha, kita harus terus melangkah, menjalani hidup kita masing2. Aku mencintai Sukania, tapi ia selalu menganggapnya hanya rasa kasihan. Aku akan bersabar Jodha. Aku yakin suatu hari nanti , Sukania akan benar2 berubah. Dan maafkan dia atas paket2 itu. Aku yakin ia tidak punya maksud lebih jauh. Maukah kau memaafkannya, Jodha?"

" Ya, Surya, tentu saja."

Jodha kembali memandang Sukania lewat kaca besar jendela dr ruang tengah.

" Aku perlu bicara dengannya sekarang. Tidak apakan Surya ?"

" Yah, tentu saja Jodha. Mungkin ia sudah lebih tenang sekarang. "

Jodha hanya menganggukan kepalanya dan berjalan keluar menemui Sukania. Sukania masih duduk di bawah sebuah pohon sambil melempar sesuatu ke arah danau. Surya memperhatikan mereka dari pintu depan. Jodha sudah berada di sebelah Sukania saat ini. Ia memegang pundak Sukania perlahan danbikut duduk bersamanya. Sukania hanya menoleh sesaat dan kembali dengan kegiatannya. Mereka diam membisu beberaoa saat. Jodha berinisiatif membuka pembicaraan.

" Kau sangat beruntung Suku, mempunyai Ibu yang selalu ada untukmu, mempunyai suami yg tulus mencintaimu, bahkan kalau kau menyadari, aku menyayangimu seperti adikku sendiri. Andai saja aku bisa mengatakannya setiap hari, aku sangat2 menyayangimu Suku. " Jodha berhenti dan mengusap air matanya lalu melanjutkan " aku tidak tahu kalau kau juga menyukai Surya. Hari itu Surya menelfonku akan memberitahukanmu yg sebenarnya tentang perasaan kami. Aku kira kau akan mengerti. Tapi aku salah , karena aku melarang Surya untuk mengatakannya padamu , sehingga ia jadi gamang dalam mengambil keputusan, yang menyebabkannya tidak berkonsentrasi selama mengemudi. Maafkan aku Sukania, maafkan aku." Jidha kembali terisak.

" Kau pasti sedang menyindirku kan . Sebenarnya yg lebih beruntung itu dirimu. Kau selalu dilimpahi kasih sayang dan cinta dari semua orang. Surya mencintaimu, Ibuku lebih menyayangimu  daripada aku, bahkan Ia selalu membanding2kan aku dg dirimu. Jodha yg penyabar, Jodha yang rajin, Jodha yang pintar. Semuanya Jodha,,,Jodha,,,Jodha. Bahkan sekarang kau punya suami yang tampan dan kaya. Aku sangat membeci semua keberuntunganmu Jodhaaa!!, kau membuat orang2 disekitarku malah menentangku...itu yang kau sebut keberuntungan ? "

" Cukup Sukania, tadinya aku datang ke sini hanya ingin ikut berempati, tapi kau sudah benar2 salah menilaiku!"

" Oh ya ? Oh ya ? Bagus, kau sudah mulai berani mengutarakan pendapatmu yah ? Kalau kau benar2 sakit hati mengapa kau tidak menenggelamkanku saat ini ke danau? Aku akan dengan senang hati menerima nasibku. Daripada melihat pandangan orang yg merasa kasihan padaku."

Jodha dan Sukania sama2 berdiri. Sukania berlari ke arah danau dan menceburkan dirinya disana. Jodha terkejut sesaat. Otaknya berputar antara menyelamatkan Sukania atau tidak. Surya yg melihat dr kejauhan sudah berlari ke arah mereka. Tanpa fikir panjang Jodhapun berlari menuju danau menyusul Sukania,,,,


Rabu, 22 April 2015

LOVE IN PARIS_PART 11

FF LOVE IN PARIS_PART 11 ^
BY : Fatimah Zahra

Jalal beranjak ke luar ruangan, setelah didengarnya bunyi ' Beep ' yang amat khas di ponselnya. Di bacanya pesan singkat di ponselnya. 'Anak2 Rusa segera berkumpul di lapangan.' Jalal menghela nafas panjang. Sebuah pesan rahasia yg hanya dimengerti oleh pasukan elit Pakistan yg bekerja sebagai mata2. Besok , ia harus pergi pagi2 sekali untuk melalukan tugas pengintaian di daerah konflik di Pakisntan. Itu artinya ia harus benar2 meninggalkan Jodha untuk waktu yang cukup lama.

Jalal masuk ke kamar setelah merapikan semua bekas makan malam mereka. Dilihatnya Jodha yang terpekur sambil masih memegang kepalanya yang pusing. Jalal tampak cemas dan mendekati Jodha.

" Masih pusing?"

" Sedikit ,,. Darl, duduklah...aku ingin memberitahumu sesuatu."

" Katakan !" Jalal duduk disebelah Jodha dan menggenggam sebelah tangannya.

Jodha mengambil testpack yang telah dipakainya tadi dan menunjukannya pada Jalal. Jalal mengambilnya dan tampak berkaca2 melihat hasilnya. Ia sudah terlalu sering melihat alat itu. Rukaiyyah dg obsesinya yg ingin cepat hamil hampir setiap minggu memakainya . Jalal selalu membuangnya dan tak mengizinkan Rukaiyyah menggunakannya lagi. Bukan karena  hasilnya yg selalu 'garis satu'. Tapi karena setelah memakai dan mengetahui hasilnya Rukaiyyah selalu marah2 dan nafsu makananya hilang. Ia akan selalu menyendiri untuk waktu yg lama.

Dan Jalal begitu takjub pada ' garis dua' yang ada ditangannya kini.

" Kau hamil , Jodha ? Kau mengandung anakku, Ya Tuhan ,,sudah berapa lama ? " Jalal tak mampu menyembunyikan kegembiraan yg membuncah di hatinya. Setelah sekian lama akhirnya, akan ada malaikat kecil , buah cintanya dengan Jodha. Ia memeluk Jodha , merengkuh kepala Jodha ke dadanya dan menangis diam2.

" Aku sudah telat  dua minggu darl. Sejak kita masih di Hawaii. Aku blm mau memberitahumu tadinya. Aku ingin memastikannya dg memeriksakan diri ke dokter dulu. "

Jalal terharu sekaligus cemas. Mengusap lembaut rambut Jodah dipelukannya lalu turun mengusap perut Jodha. Kebahagiaan yg tak dapat dilukiskan dengan kata2. Jalal masih berfikir keras ,bagaimana mengatakannya pada Jodha tentang keberangkatannya besok.
' aah itu nanti saja, aku tidak boleh merusak suasana bahagia ini. Terima kasih, ya Tuhan.'

Jalal melepaskan pelukannya. Meraih wajah Jodha dengan kedua tangannya. Memandang bibir Jodha yang entah mengapa jadi semakin ranum. Hasrat kelelakiannya kembali muncul. Sudah beberapa hari ia tak menyalurkannya. Dan berita kebahagian yg diberikan Jodha barusan membuat hormon libido nya semakin meningkat. Diciummya bibir Jodha perlahan, lalu lebih menekannya ke dalam. Jodha membalas kecupan Jalal dengan sepenuh jiwa. Tubuhnya bergetar menerima ciuman Jalal yang begitu menguasai, menelusuri setiap bagian bibir dan lidahnya. Bibir yang begitu menggemaskan dan ciuman Jalal yang semakin berhasrat. Jalal mengakhirinya dengan mengecup bibir Jodha dengan keras.

" Owwhh,,,," Jodha menjerit tertahan.

" Ooh, maafkan aku . Apa aku menyakitimu ?" Jalal cemas dengan perlakuannya barusan pada Jodha.

" Tidak , darl. Aku hanya sedikit pusing." Jodha pura2 memegang kepalanya lagi. Jodha tertawa geli dalam hati melihat mata Jalal yang sendu dan keinginanya yg sudah memuncak.

" Oowhh...umm, bolehkah aku ,,," Jalal tidak meneruskan kata2nya, dan memaksa dirinya menjauh dari Jodha. Ia tentu tidak akan tega mengganggu Jodha yg tubuhnya sedang tidak nyaman karena proses kehamilannya.  Jodha menahan lengan Jalal

" Maukah kau memijat kepalaku, darl ?" Jodha memasang wajah memelas. ' owh Jalal aku akan membuatmu tersiksa lebih dahulu.' Tanpa menunggu jawaban Jalal, Jodha langsung menelungkupkan dirinya di kasur.

Jalal mau tak mau harus melakukannya, walaupun dengan susah payah harus menekan hasratnya yg semakin memuncak dan dorongan dibawah sana yg membuat tubuhnya semakin nyeri. Jalal mulai memijat kepala Jodha, menyentuh rambut panjang sehalus sutra yg selalu menemani malam2nyà kemarin.

" Agak kebawah , darl. Tengkukku juga sakiit." Jodha membawa rambutnya ke depan dan nampaklah pundak Jodha yg terbuka putih bagai pualam itu. Jalal menutup matanya dan mencoba lebih keras menahan hasratnya. Ia tidak mau menyakiti Jodha.

" Hemmmh,,,aah, nyaman sekali , darl. Terima kasih. "

Jodha membalikkan tubuhnya dan memandang Jalal yg susah payah menahan hasratnya. Jodha jadi kasihan. Ia sudah keterlaluan mengerjai Jalal. Jodha membentangkan kedua tangannya bersiap memeluk Jalal.

" Kemarilah,,,,"

Jalal melihat ke arah Jodha. Ingat bagaimana ia muntah dan menahan sakit kepalanya tadi.

" Tidak usah. Sebaiknya kita tidur saja. Aku tidak mau menyakitimu, Laddu."

" Cepat kemari, atau kau tidur di luar ?" Nada Jodha setengah mengancam. Lalu tertawa terpingkal2.

" Oooh,,jadii,kau sedang mengerjaiku kan Jodha Bai,,,kauu,,,tidak akan kulepaskan."

Jalal meringsek mendekati Jodha dr posisinya yg duduk berlutut di tempat tidur. Jodha sudah menyambutnya dan terjadilah perang ciuman yang panas dan menggelora. Jalal menindih tubuh Jodha dg hasrat yg tak mampu ditahannya lagi.

" Aww,,,!" Jerit Jodha lagi. Jalal mengangkat wajahnya dari wajah Jodha.

" Ada apa lagi ?!" Jalal setengah jengkel memandang Jodha.

" Pelan-pelan, darl,,,,sekarang kan ada anakmu." Jodha memberengut dengan manja. Jalal tersenyum dan mulai menggerayangi tubuh Jodha pelan. Perlahan membawanya ke puncak lalu sama2 meledak. Mengalirkan kehangatan dari tubuh masing2. Dan mengaktifkan sebuah hormon yg bernama 'kebahagian' yang sempurna.

***

Jalal menunda perjalanannya dan memutuskan untuk menemani Jodha ke dokter hari ini. Hasil pemeriksaan laboratorium dr urine dan darahnya menyatakan bahwa Jodha hamil 6 minggu. Hasil USG juga menyatakan kandungan Jodha berkembang sehat. Jodha dan Jalal tampak sangat bahagia. Mereka berjalan meninggalkan RS sambil bergandengan tangan. Jalal semakin berat meninggalkan Jodha.

Malam ini Jalal mengajak seluruh keluarga Jodha untuk makan malam di luar. Dan sekaligus memberitahukan pada mereka tentang kepergiannya. Sejak ini adalah perjalanan yg sulit dan Jodha sedang hamil maka Jalal menitipkan Jodha pada keluarga itu. Meena masih berharap mereka akn secepatnya pergi. Tapi Jalal berbicar empat mat dengan Meena

" Apakah kau, tidak merasa sedikitpun punya rasa keibuan kepada Jodha ? Apakah kau sedemikian membenci Jodha ? Apa kesalahannya padamu ? Dia sebatang kara dan kau masih membencinya karena apa ?" Kata Jalal menggebu2 malam itu di ruangan Meena    
" Sebenarnya aku tidak benar2 membencinya. Aku justru khawatir, kalau dia lebih lama disini, dia akan lebih tertekan dg kelakuan sukania padanya. Entah apa yg ada dlm fikiran Sukania. Selalu yg dia permasalahkan adalah  'segala keberuntungan Jodha.' Aku benar2 tidak ingin Jodha tambah menderita disini. Semua yg kulakukan adalah demi kebaikan mereka, Jalal. Aku harapbkau mengerti." Meena menyusut air matanya disela2 kalimatnya yang tegas.

Jalal tak tahu harus bagaimana. Ia sedikitnya mengerti perasaan Meena " Aku hanya akan menitipkan Jodha sebentar disini. Kalian adalah keluarga terdekatnya. Dan melihat kondisinya yang tidak mudah saat ini, tempat ini adalah tempat terbaik untuknya. Jadi aku mohon Meena, bisakah kau menjaga Jodha selama kepergianku ?"

Hening sesaat...

" Baiklah,,," kata Meena akhirnya.

Jalal mengeluarkan amplop dari dalam saku jaketnya.

" Ini untuk keperlian Jodha selama disini. Dan terima kasih atas bantuanmu, Meena. Aku sangat menghargainya."

" Oo,,ooh tidak,,,tidak,,,tentu saja aku tidak akan melakukannya karena uang. Jodha sudah bersamaku sejak Ibunya meninggal, sungguh di dalamblubuk hatiku yang paling dalam aku juga menyayanginya. Aku hanya mencemaskannya dari perilaki Sukania yg memusuhinya sejak dulu. Jalal, aku mohon ambil uangmu kembali."

" Anggap saja ini budi bakti kami sebagai anak. Terimalah Meena, aku tidak akan memberitahukannya pada Jodha." Jalal melangkah ringan dari kamar Meena. Sekarang ia hanya perlu mengatakannya dengan hati2 pada Jodha tentang kepergiannya.

Semua sedang berkumpul di ruang tengah. Acara TV rupanua tidak begitu menarik perhatian mereka. Semuanya duduk dengan fikiran masing2. Jodha baru saja memergoki Jalal yg berbincanh2 dg Ibu Meena di ruang kerjanya. Sebegitu membosankannyakah tugas Jalal hingga ia harus dititipkan di rumah ini agar Jodha tidak kesepian. Tiba2 terdengar suara bel pintu berbunyi. Surya yang beranjak berdiri lali kembalo dengan sebuah paket besar ditangannya.

" Pengantar paketnya mengatakan ini untuk Jodha." Surya meletakkan paket itu di meja depan Jodha.

" Untukku ? Apakah kau yakin. Tapi tidal ada seorang temanku yg aku kabari bahwa aku pulang." Jodha heran dan termenung

" Mungkin saja dari pacar gelapmu,,,,heehhh,,." Sukania dengan nada mencibir.

" Sukania, cukkup." Rasanya Surya baru sekali ini menentang Sukania, dan itu membuat Sukania mendelik marah. Surya melanjutkan " Apa boleh aki bantu membukanya , Jodha."

" Ooh ya,,,tentu saja Surya.  Terima kasih."

Perlahan Surya membukanya, paket kotak berwarna kuning keemasan. Setelah kotak penutupmya terbuka , kini tinggal kertas putih yg menutup benda di bawahnya. Jodha membukanya perlahan,,,
matanua berkunang2 dan Jodha langsung jatuh pingsan.

" Jodhaaa,,,,,,!!!"

PRECAP : Sukania nekat menceburkan diri ke sebuah danau dan Jodha menyusulnya.











LOVE IN PARIS_PART 10

Jalal berpikir sejenak " Tentu saja aku menyelidikimu sebelum kita menikah. Siapa tahu kau istri dari seseorang. Atau perempuan2  yg dengan berbagai cara  menjebak pria2 kaya atau ,,,,,." Jalal tidak menyelesaikan kalimatnya, karena dilihatnya Jodha nampak sedih dengan penjelasan Jalal barusan. Jalal merasa apa yg diucapkannya sudah berlebihan dan berjalan mengelilingi meja mendekati Jodha. " Heii,,,, My Laddu, maafkan aku . Aku hanya bercanda.Okey honey ? Sumpah tidak pernah terlintas sedikitpun dalam fikiranku bahwa aku meragukan moralmu. You're my pearl , you're beyond imagianation. Stop crying ,Okey ?" Sebenarnya Jodha hanya pura2 dan melihat wajah serius Jalal, Jodha tak tahan untuk terus bersandiwara.Ia tertawa terbahak2 melihat wajah pucat Jalal.  Jalal menyadari bahwa Jodha sedang mempermainkannya barusan." Jodhaaaaa,,,,,,!!! Aku kesal dan menyesali perkataanku dan kau malah tertawa ? Keterlaluan. !" Gantian Jalal yang memasang muka marah. Dan berpaling dari Jodha. Jodha menyesal dan meraih wajah tampan Jalal. Tapi Jalal tak bergeming

" Heiii, sudahlah, kenapa kita jadi ribut . Aku minta maaf, darl. J'et sui..."

" Tidak akan pernah,,,aku tidak mau bicara padamu !,"

" Baiklah, kau memang keras kepala."

" Kalau begitu kau apa ?"

" Aaaahhhhh,,,," Jodha menjerit kesal.

Jalal tertawa karena godaannya berhasil membuat wajah Jodha merah padam.

" Tuan ,,,,Jalaluddin Muhammad Akbar,,,,?"

" Hahaha, aku senang melihat wajahmu yang ganas tapi  sangat menggemaskan. Kau tahu wajah inilah yang membuatku bergairah ketika pertama kalinya kita bertengkar karena Rukaiyyah. Dan aku berhasik menaklukanmu kan Laddu...hahah.."

Wajah Jodha yg tadi memerah menahan amarah kini berubah melembut dan tertunduk menyembunyikan wajahnya yang tertunduk malu. Jalal mendekati wajahnya, menunduk dan mengambil wajah Jodha dg menggerakkan bibirnya ke bibir Jodha  dan dengan sungguh2, menciumnya lalu melepaskannya sesaat sambil wajahnya tetap di dekat wajah Jodha,,,,." I ,,,Love You,,,." Mata mereka bertemu,,,

Sepanjang perjalanan , Jalal hanya khawatir tentang satu hal, dapatkah Jodha tegar ketika bertemu dengan Surya dan Sukania nanti. Mood yg dibangunnya seharian ini diharapkan mampu membuat Jodha tegar menghadapi pertemuan itu. Jalal tahu tentang hubungan Jodha dan Surya dimasa lalu dan mengira2 bahwa hal itu lah yang membuat Jodha ingin menghindari mereka. Jalal mengerti, dan ia tak khawatir ttg perasaan Jodha kepada Surya saat ini. Yang ia tahu, seiring dengan berjalannya waktu Jodha punya cinta yang sangat besar kepadanya. Jalal yakin itu. Sambil menyetir pulang, Jalal tak henti2nya melirik dan menggenggam jemari Jodha mengalirkan kekuatan dan dukungannya pada Jodha. Dan Jodha hanya bisa balas tersenyum menyadari perhatian dan perlindungan yang diberikan Jalal pada dirinya.

***

Jalal memasukkan mobilnya ke garasi, dan Jodha masuk lebih dahulu ke dalam rumah. Meena, Sukania dan Surya sedamh duduk di ruang tengah. Sukania berdiri sambil meraih kruk disebelahnya. Kadang2 ia memakai proteasenya, walaupun ia lebih sering melemparkannya daripada memakainya. Sukania menyapa lebih dahulu

" Wow , Jodha Jiji, apa yg membawamu kembali ke Mumbai ? Sudah terlalu bosankah kau tinggal di Paris ? atau ada yg kau rindukan di Mumbai ini. " Sukania berdiri  memandang Jodha dan Surya bergantian.

Tepat saat itulah Jalal masuk, dan mendengarkan perkataan Sukania.
" Tentu saja Jodha sangat merindukan keluarganya. Hal yg wajar bukan bila seseorang yg tinggal jauh merindukan keluarganya." Jalal berpaling ke arah Jodha " Ayo sayang aku bantu kau menyiapkan makan malam. Nanti makanannya jadi dingin." Jodha menganggukboada Meena untuk mennyajikan makan malam. Sebenarnya keluarga ini tidak pernah melakukan makan malam bersama. Tapi karena Jidha sudah membeli berbagai macam menu lauk pauk, akhirnya Meena memerintahkan sukania dan surya untuk duduk juga di meja makan.

Jalal duduk bersebelahan dengan Jodha, sedangkan Sukania dan Surya duduk dihadapan mereka. Meena berada diujung meja dan mempersilahkan semuanya memulai makan malam mereka. Jodha mulai menyendokan nasi briyani dan lauk pauk yang dibelinya barusan lalu menyerahkan piringnya pada Jalal.

" Terima kasih, Laddu." Jalal mengambil piringnya. Tapi ia berhenti sesaat ketika semua mata yg ada di meja itu melihat ke arahnya. Dan Jodha yang memberi tatapan mautnya agar'jangan memanggilnya seperti itu di depan mereka'. Jalal tak kurang akal dan menjawab " maafkan aku , aku terbiasa memanggilnya begitu. Tidak salah bukan ? Lagi pula siapa yg bisa membantah, bukankah Jodha memang manis seperti Laddu (manisan) ?" Jalal mengedipkan sebelah matanua pada Jodha, sementara wajah Jidha masih memerah menahan malu atas godaan Jalal barusan. Sukania menjawab

" Owh , tentu saja tidak salah. Setiap pasangan pasti punya panggilan kesayangan untuk istri atau suaminya. Iya kan my honey bunny sweety darling ?" Sukania menoleh dan memamdang tajam ke arah surya, memaksa ia mengatakan sesuatu yang mendukungnya.

" Oo,,ooh..um tentu saja kudaa,,,kuda liarku." Surya mengatakannya dengan ceria tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Semua orang yg di meja menatap heran pada Surya dan menyembunyikan dengan geli tawa mereka masing, kecuali Sukania yg kini memandang Surya dengan bengis. Sukani baru akan mencela Surya ketika
Meena menengahi

" Ehh, sudah2 tidak baik ribut2 di meja makan, ayo kita makan. Nanti makanannya dingin." Meena beralih memandang Jodha dan Jalal , lalu melanjutkan " nah, sekaranh ceritakan tentang keluarga Jalal di Paris Jodha, apakah mereka menerimamu dengan baik ?"

Jodha memandang Jalal sesaat. Jodha tahu Jalal cemas. Ekspresi wajahnya menyiratkan ketegangan. Pasti Jodha bingung menjawabnya. Tapi Jodha menenangkan Jalal dan menggenggam tangannya.' Tidak perlu khawatir , darl.'

Jodha berpaling pada Meena dan menjawab" mereka semua baik , Bu. Jalal punya Ibu angkat dan anak asuh yg selalu baik padaku. Ayah dan Ibu Jalal sudah meninggal, sama sepertiku. Mungkin memang Takdir yang menginginkan kami untuk bersama dan saling melengkapi."

Jalal terharu dengan jawaban Jodha. Ia semakin mengeratkan genggaman tangan Jodha.'Thanks, Laddu.'

Acara makan malam selesai. Meena sudah masuk ke kamarnya. Sedangkan Sukania dibantu oleh Surya juga masuk ke kamar mereka. Jodha baru akan beranjak membersihkan dan merapukan alat2 makan, ketika dirasakan mual yang amat sangat dari perutnya,,,,

" HUEKKKK,,," Jodha me***tahkan semua yang baru saja masuk ke dalam perutnya tadi. Rasa pusing melandanya sesaat dan tubuh Jodha menjadi oleng.

Jalal menoleh dan segera memegangi tubuh Jodha " Ada apa ? Pasti kau masuk angin karena kita berada diluar seharian." Jalal tampak sangat khawatir. Ia membantu membersihkan mulut Jodha lalu mendudukannya. Ia juga membersihkan bekas ***tahan Jodha walaupun Jodha sudah melarangnya.

" Biarkan saja , darl. Aku yg akan membersihkannya nanti. Aku hanya pusing dan mual sedikit. Mungkin juha karena masuk angin. Sudahlah tinggalkan saja." Kata Jodha dgn mendorong tubuh Jalal.

" Biarkan aku yg membersihkannya Jodha, kau istirahat saja." Jalal mengantar Jodha ke kamar, dan kembali ke ruang makan untuk membersihkan dan merapikan bekas makan malam mereka.

***

Di kamar, Jodha sedang memegang sebuah testpack yg dibelinya tanpa sepengetahuan Jalal tadi,,,

PRECAP : Lagi,,,paket misterius untuk Jodha.



Jumat, 17 April 2015

LOVE IN PARIS 9

#Maaf,,,harusnya postimg tadi pagi,,,tapi takut kalah saing sama kegemblungan Akdha di Scene Zee Tv tadi malem.....

Pengennya jg posting malem....tapi yah sudahlah....hehhehe

Ditunggu Like n komentnya yg cetar membahana badai katrina yaw....syukria

^Love In Paris_Part 9^
By : Fatimah Zahra

#Song
Near ,,,Far,,whereever you are
I believe that the heart does go on
Once more you open the door
And you're here in my heart
And, my heart will go on and on,,,,

***
Jam 3 dini hari dan Jalal tidak ada di tempatnya. ' Kemana dia '. Jodha panik sesaat mengingat percakapan mereka tadi. Dihempaskannya selimut yang masih menutupi tubuhnya, dan berlari keluar setelah terlebih dahulu mengecek kamar mandi dan Jalal tidak disana.

Masih dengan baju tidur yg menampakkan jelas siluet  tubuhnya, Jodha  dengan bertelanjang kaki membuka pintu depan. Dan disanalah ia, lelaki yg begitu dicintainya itu sedang memandang deburan ombak di laut lepas. Ditemani sebotol wine disampingnya. Jodha berlari ke arah Jalal yg sedang duduk memeluk kedua lututnya. Jodha menyentuh bahu Jalal dan ikut duduk bersamanya. Deburan ombak menenggelamkan suara Jodha yang memanggilnya dari tadi. Tapi Jalal berpaling juga dan terkejut melihat Jodha yg kini ada disampingnya.

" Darl, aku terbangun dan kau tidak ada disampingku. Apa yang kau lakuukan disini ?, dan apa ini ? aku tidak pernah melihatmu minum wine sebelumnya ? Pasti fikiranmu sedang kacau. Katakan ada apa ? Pasti ada sesuatu dibalik ucapan2mu tadi..." Jodha merengkuh wajah Jalal dengan kedua tangannya.

" Nei,,nei, Jodha tidak ada yg serius. Aku hanya sedikit kepanasan didalam , dan memutuskan untuk duduk di sini. Wine ini membantuku agar tidak terlalu kedinginan. " Jodha memandang Jalal dan botol wine itu bergantian

" Boleh aku meminumnya sedikit ? " pinta Jodha. Jalal memandangnya sebentar.

" Baiklah sedikit saja. " Jalal memberikannya , Jodha menenggaknya sedikit. Ada rasa hangat yg menjalar ke tubuhnya , diminumya lagi sedikit. Jalal mengambilnya ari tangan Jodha dan meletakkan botolnya di samping Jalal.

" Sudah, tidak baik kl kau minum terlalu banyak."

" Kau sendiri sudah berapa banyak?" Tanya Jodha sambil cemberut ke arah Jalal. Jalal tak tahan untuk tidak mencium bibir Jodha yg mengerucut marah seperti itu. Diciumnya sekali. Lalu diciumnya lagi. Jodha membalasnya. Kali ini Jalal yang menguasai . Direbahkannya tubuh Jodha di pasir pantai yg lembut dan dingin. Jalal kembali mencium seluruh wajah dan leher Jodha. Jodha melenguh pelan. Ciuman mereka semakin panas. " Darl, bawa aku ke dalam saja, disini dingin." Jalal mengangkat wajahnya dari tubuh Jodha,

" Aku akan menghangatkanmu , My Laddu." Jalal terus menyusuri tubuh Jodha dengan bibirnya. Jodha menahan geli sekaligus  birahi . Jodha bergerak mendorong Jalal yang telah membangkitkan gairahnya sampai ke ubun2. Tapi ia ingin lebih lama mendapat sentuhan dari Jalal. Jalal terlempar ke samping Jodha. Jodha berdiri dan melangkah ke arah pantai. Jalal meraih tangannya

" Kau mau kemana ?" Jalal setengah putus asa.

" Sekarang aku yang kepanasan !Kau mau ikut ?" Jodha mengerling menggoda ke arah  Jalal . Jalal berdiri dan berjalan mengikuti Jodha yang menarik lengannya menuju bibir pantai. Lalu perlahan mreka masuk ke dalam air laut yang dingin. Tubuh keduanya menggigil sesaat. Jalal mengulangi gerakannya pada tubuh Jodha. Merapatkan pinggangnya ke tubuh Jalal dan menyusuri tubuh Jodha dengan tangannya. Bibir keduanya menggigil , Jalal melumatnya sekali lagi. Rasa hangat kini menyelimuti keduanya. Jalal membopong Jodha ke sebuah ceruk yg terbentuk dr dua bebatuan besar, lalu merebahkannya di sana. Rasa yang tak mampu ditahan. Gelora jiwa yang tak dapat lagi dibendung . Melebur bersama dua jiwa yg kemudian menyatu. Membawa seluruh cinta. Menenangkan hati yang gamang.

Jalal mengecup sayang dahi Jodha, dan membantunya berpakaian. Jodha kemudian bersin, dan Jalal tersenyum melihatnya.

" Kita harus segera masuk, dan membersihkan diri. Angin malam rupanya tidak cocok untukmu yah ?" Jalal kembali mencium kening Jodha dan segera membawanya masuk ke rumah mereka.

***

Jodha dan Jalal tertidur sampai siang hari. Dan baru terbangun ketika mereka merasakan lapar. Mereka saling memandang dg penuh cinta. Jalal mencium kening Jodha dan Jodha tertawa. Dan sebelum Jalal melanjutkam serangannya, Jodha melempar bantalnya ke arah Jalal, dan berdiri lebih dahulu.

" Kau mandilah lebih dulu, aku akan menyiapkan makanan untuk kita."

" Oooh  Laddu, tapi aku masih mauuu,,,." Jalal mengendipkan matanya.

" Sshhh,,,, para pekerja sudah akan datang." Jodha meletakkan telunjuknya di bibir.

" Aku sudah meminta mereka libur hari ini. Malahan aku jg meminta beberapa dr mereka untuk berhenti."

" arre,,,kenapa ?"

" Akan aku ceritakan nanti, masak yg enak yah. Aku mandi dulu."

Jalal meninggalkan Jodha sambil tetap berfikir bagaimana mengatakannya pada Jodha bahwa Jalal merencanakan untuk mereka pergi ke Mumbai, India dan bukan pulang ke Paris. Jalal merasa disanalah tempat yg paling aman saat ini. Walaupun Jalal tahu seperti apa hubungan Jodha dg keluarga itu , tp Jalal merasa tempat itu akan melindungi Jodha sementara. Ia juga bisa bolak balik ke Pakistan untuk memantau situasi disana. Insting spionase-nya mengatakan bahwa tempat yg paling aman menghadapi musuh, adalah dekat dg musuh itu sendiri.

Jodha merapikan seluruh peralatan masaknya dan bergegas untuk mandi. Selesai mandi dilihatnua Jalal yg masih sibuk dg laptoonya.

" Darl, aku menunggumu diluar."

Jalal hanya menjawab singkat.
"Hemmh,,,,,."

Jodha mengatur makanannya di pantai. Di sebuah meja bulat terbuat dari kayu lengkap dengan payung besarnya. Angin pantai mengingatkan Jodha dg apa yg mereka lakukan semalam. Benar2 pengalaman yang liar. Jodha hanya tertawa mengingatnya , Ketika tiba2 dirasakannya lengan Jalal yang memeluknya dari belakang.

" Apakah ada sesuatu yg membuatmu tertawa seperti itu, Laddu ? Apa aku harus mengulangi lagi kejadian semalam ? " Jodha menepuk lengan Jalal yg melingkar diperutnya kini.

" Kau ini, duduklah, aku masak sajian seafood hari ini, dg saus asparagus. "
Jodha mengambilkan piring dan mengisinya dg satu kepiting besar yg telah dibakar."

Mereka menyantapnya sambil mengobrol. Sesekali Jalal menyuapkan bagiannya ke mulut Jodha. Begitupun sebaliknya.

" Jodha,,,aku ada urusan beberapa hari di Pakistan, dan karena aku tidak dpt membawamu ke sana, maukah untuk sementara kau tinggal dg keluargamu di Mumbai ? Aku akan lebih tenang kalau kau bersama mereka. Hemmh ?"

Jodha dg sedih menjawab." Kau tidak ingin aku menemanimu ?"

" Bukan begitu, kau akan merasa bosan disana . Aku tidak dapat menemanimu sepanjang hari nanti. "

Jodha diam sesaat. Tentu ia tak dapat menolak. Lagipula tidak ada salahnya ia menengok Meena dan Sukania . Akhirnya Jodha mengangguk mengiyakan.

***

Dua hari kemudian,,,

Setelah pamit dan mengucapkan terima kasih pada beberapa pekerja di sana, Jodha dan Jalal memulai perjalanan mereka dari Hawaii menuju Mumbai. Jalal sengaja memesan tiket ke Paris , untuk mengecoh beberapa orang yang dicurigai Jalal mengikutinya sejak semalam. Mereka transit di Bandara Internasional di New York. Dan melanjutkan perjalanan ke Mumbai dari sana.

Jodha memandangi Jalal yg duduk di kursi pesawat di sebelahnya. Wajahnya begitu damai, dan nafasnya naik turun dengan teratur. Ia pasti sudah terlelap. Jodha membetulkan letak selimut Jalal. Jalal mengeluarkan tangannya dari dalam selimut dan meraih tubuh Jodha masuk keselimutnya lalu memeluknya, sambil tetap memejamkan matanya.
Jodha terkejut dan menautkan kedua alisnya.

" Mengapa kau bisa cepat sekali terjaga padahal aku lihat tidurmu sangat lelap tadi." Jalal tidak menjawab dan hanya tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Dan hanya menjawab pertanyaan Jodha dalam hati ' Seorang mata2 tidak pernah tertidur lelap , Sayang.'

***

Karena datang tanpa pemberitahuan , Meena terlihat terkejut menerima kedatangan Jodha dan Jalal malam itu. Tapi ia tetap saja mempersilahkan mereka masuk dan menempatkan Jodha dan Jalal di kamar Jodha yang lama. Sebenarnya Meena bisa saja menempatkan Jodha dan Jalal di kamar tamu, tapi diurungkannya niatnya mengingat Sukania tidak terlalu suka pada Jodha. Letak kamar Jodha agak menyudut kebelakang. Bahkan terlihat terpisah dari bangunan utama didepannya. Tempatnya lebih mirip gudang daripada kamar. Hanya tempat tidur besar ditutupi plastik dan lemari serta barang2 lain yg tertumpuk di sudut ruangan, yg menandakan bahwa itu adalah sebuah kamar.

Jodha berinisiatif membersihkan sendiri ruangannya dan meminta Jalal menunggu saja di luar. Tapi Jalal segera menggulung lengan baju dan celananya guna membantu Jodha. Tuan Besar yg segala kebutuhannnya biasa dilayani, sekarang harus turun tangan sendiri.
Jodha terharu. Jalal menatap Jodha yang terpekur menatapnya.

" Kenapa ? Kau tidak percaya aku dapat melakukannya ? Kau lihat saja, kau akan terkejut melihatku..." Belum selesai kalimat Jalal, ia terpeleset karena cipratan air pel di bawah kakinya, lalu jatuh dan terduduk. Wajah tampannya terlihat sangat lucu dan membuat Jodha tertawa terpingkal2. Wajah Jalal mengeras dan berniat segera bangun dari sana, ketika kakinya kembali terpeleset. Jodha berhenti tertawa dan menghampiri Jalal. Lalu membantunya bangun dan mendudukannya di tempat tidur. " Maafkan aku ,darl. Tempatnya mungkin tidak sebesar dan senyaman kamar kita di Paris." Jodha menatap Jalal dengan sedih.

" Kenapa memangnya. Aku senang disini. Lihat,,,!Bahkan kasurnya sangat empuk." Jalal melompat2 diatas kasur. Ketika akhirnya terdengar bunyi ' BRUUKK' dari ranjang Jodha yg terbelah menjadi dua. Mereka tertawa dan terpaksa tidur di lantai beralaskan selimut tebal.

Keesokan harinya, Jalal memerintahkan orang untuk merenovasi kamar Jodha dan mengganti seluruh furniture-nya dengan yang baru. Jodha merasa tidak enak pada Meena.

Jalal mengajak Jodha makan diluar selama kamarnya di renovasi. Meena masih di kantornya. Dan menurut Meena,  Sukania dan Surya sedang  berada di rumah orang tua Surya. Masih menurut Meena, mereka  baru akan kembali sore harinya. Jalal menyeruput cola dingin dihadapannya. Cuaca Mumbai yg panas, membuat wajahnya sedikit mengkilat. Jodha sedang memandangnya kini. Merasa khawatir karena Jalal telah mengubah kamarnya menjadi sebuah 'istana kecil'. Jodha kembali membayangkan raut wajah Meena tadi.

" Kenapa ? Ku masih khawatir pada Ibumu ? Jangan terlalu khawatir Jodha, aku sudah meminta ijin kan padanya ? Dan jangan  selalu ketakutan seperti itu. Kau berhak juga atas rumah itu. Kau adalah anak kandung Tuan Bharmal. Bagaimana mungkin kau merasa asing di rumahmu sendiri. Jangan selalu merendahkan dirimu sehingga membuat orang lain merendahkanmu, Jodha. " Jalal berbicara panjang lebar, dan Jodha hanya mendengarkan." Kalau bisa kau juga harus berperan aktif di perusahaan ayahmu. Jangan biarkan mereka menginjak2 dan mengendalikanmu Jodha, aku akan mendampingimu merebut hakmu." Jalal memegang erat kedua tangan Jodha dan memberinya semangat. Jodha tersenyum kaku, lalu mengernyitkan kedua alisnya mengingat sesuatu.

" Arre,,,bagaimana kau tahu tentang keluargaku. Seingatku aku belum pernah menceritakannya padamu."

Jalal sedikit terkejut menyesali kecerobohannya. Lalu menjawab pertanyaan Jodha sambil menggaruk2 hidungnya " owhh,,,umm,,,itu....

PRECAP : Saat2 yang menegangkan bagi Jodha dan Jalal dimulai dari Mumbai.

Selasa, 14 April 2015

Love In Paris_Part 8

^Love In Paris_Part 8^
By : Fatimah Zahra

Jalal mengecup ubun2 Jodha yang ada di bahunya berkali2, dan lebih mengeratkan pelukannya di bahu Jodha dlm posisi berbaring itu. Sementara Jodha meringkuk ke tubuh Jalal dan melipat kedua tangan diperutnya sendiri.
Malam masih bergulir dan mereka masih bergulat dg fikirannya masing2. Jalal memecah keheningan itu dengan menanyakan sesuatu pada Jodha

" Kalau suatu hari aku harus terpisah darimu, maukah kau berjanji satu hal padaku , Jodha ? " Jodha terkejut dan bangun dari posisi tidurnya lalu menghadap Jalal.

" Apa sebenarnya yg ingin kau katakan,darl ? Kau mau kemana ? "

" Jawab saja pertanyaanku." Suara Jalal melemah, masih dg posisi berbaringnya.

" Tidak, tidak, aku tidak mau berjanji apapun. Kau tidak akan kemana2. Kau akan selalu disisiku. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu. Setelah aku merasa sangat bergantung padamu. Jangan pernah mengatakannya lagi, darl. Aku tidak suka kau berkata seperti itu. " Jodha turun dari tempat tidur untuk menyembunyikan air mata yg mulai menggenang di sudut matanya. Ia berjalan menuju jendela kamar yg terbuka dan memandang ke arah luar. Jalal menyusul Jodha dan memeluknya dari belakang.

" Jika sesuatu terjadi padaku, kau harus kuat Jodha. Kau harus tetap hidup, kau harus selalu kuat. kau akan selalu hidup bahagia dan dicintai oleh banyak orang. Kau akan hidup lama sampai rambutmu memutih semua. Dan kau akan meninggal di tempat tidur dengan nyaman dan penuh cinta. Berjanjilah padaku , my Laddu ? " Suara Jalal semakin parau. Ia juga tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Kekhawatirannya tentang keselamatan Jodha adalah prioritasnya saat ini. Untuk itu dia akan sanggup melakukan apapun asal Jodha selamat dari ancamam bahaya yg mungkin mengintainya saat ini. Jalan mengeratkan pelukannya dipinggang Jodha dan menenangkannya dengan mencium bahu Jodha yg kini naik turun karena menangis diam2.

Jodha tiba2 berbalik menghadap Jalal , masih dengan uraian air mata, Jodha berkata dengan emosi

" Apa sebenarnya maksudmu? mengapa kita harus berpisah? Apakah ini bentuk permainanmu yang lain lagi Jalal ? Jawab aku !!" Jodha mengguncang2 bahu Jalal.

Jalal menenangkan Jodha "Sshhh,,tidak akan terjadi apa2 padaku. Hanya saja kita tidak tahu umur kita , Jodha. Melihatmu yg menangis waktu itu, aku tahu kau sangat rapuh. Kau harus tegar, Jodha. Kau harus kuat, kalau ternyata aku meninggalkanmu lebih dahulu. "

" Kalau begitu katakan pada Tuhanmu untuk membawaku juga, karena aku benar2 tidak dapat hidup sendiri tanpamu, darl. Aku mohon, Jangan tinggalkan aku. Aku mohooon,,,aku hanya punya dirimu di dunia ini , darl,,,,aku tidak punya siapa2 lagi selain dirimuu..." Jodha menangkupkan kedua tangannya dan memohon pada Jalal sambil menangis. Ia menjadi sangat emosi ketika tahu karena Jalal seolah2 berbicara tentang kematiannya. Lebih emosi lagi ketika  Jalal akan meninggalkannya sementara waktu di Hawaii ini, dan entah kapan akan kembali. Jalal memegang tangan Jodha yg tertangkup didepan bibirnya. Jodha melanjutkan " Kemanapun kau pergi ,,bawa aku bersamamu , darl,,,aku sanggup menghadapi apapun, asal bersamamu...hein na ?"

Jalal terharu dan tanpa sadar dua bulir air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh juga demi mendengar apa yang dikatakan Jodha. Jalal menggigit bibiŕnya sendiri tidak tahu harus berkata apa. Ia lalu meraih Jodha dan memeluknya. ' Aku akan selalu menjadi sumber kekuatanmu , Jodha,,,tapi aku tak kan sanggup melihatmu menderita.'

***

PENTAGON , Markas besar Angkatan Bersenjata USA

Seorang petinggi pejabat di Pentagon sedang menelfon seseorang.

" Good morning, Sir. Situasi mengancam telah dilaporkan akan terjadi di wilayah konflik di Pakistan , Sir. Sebuah kudeta akan segera dilancarkan menjelang Pemilihan Perdana Menteri di sana. Apakah kita harus bergerak, Sir ?"

" Awasi saja situasi di sana, kalau memang situasinya cukup menguntungkan, baru kita akan melakukan gerakan."

" Ay ay (Siap.bahasa militer.red), Sir. Menunggu perintah anda selanjutnya."

***

Jodha sedang tertidur pulas dan Jalal menghidupkan alat spionase anti radar nya lewat sebuah Laptop. Memasukkan sebuah Password dan mulai memeriksa pesan yang dikirimkan kepadanya. Seseorang di Konsulat kedutaan Pakistan di Paris , memberikan konfirmasi tentang gerakan yg disinyalir sebagai gerakan kudeta. Tapi mereka belum bisa bergerak dan menunggu perintah selanjutnya. Orang yang bekerja di konsulat jendral itu adalah orang kepercayaan Jalal yang sama2 bekerja sebagai agen pemerintah Pakistan yang yang misinya adalah melindungi pemerintah dari gerakan2 separatis. Mereka tersebar di seluruh dunia sebagai agen spionase pemerintah . Salah satunya berada di Paris  dan bermarkas di Perusahaan Garment yang dikelola Jalal. Ada ruangan khusus yang hanya boleh dimasuki oleh Jalal dan beberapa orang kepercayaannya. Karenanya Jalal cemas membawa Jodha ke kantor waktu itu.

Saat ini Jalal sedang menghubungi agen mata2 yang lain, yang bertugas di Pakistan. Semua agen harus bersiap berada di Pakistan sebulan sebelum perhelatan akbar untuk pemilihan Perdana Mentri di sana berlangsung. Jalal memandang Jodha lagi. Lalu melangkah dan duduk disamping Jodha. Membelai rambutnya dan memandang dalam2 orang terkasihnya. Tugas sebagai seorang spionase ini sudah dijalaninya bahkan sebelum menikah dg Rukaiyyah, dan Rukaiyyah pun tidak tahu tentang identitas dirinya yang sebenarnya. ' Haruskah aku mengatakannya pada  Jodha...Ya Tuhan, aku memang telah dibutakan oleh cinta. Entah apa yg membuatku akhirnya mengajukan diri membantunya dengan menikahinya dan tidak memikirkan resiko kedepannya. Aku rasa kau memang sudah gila, Jalal. Gila karena cinta pada pandangan pertama.'

*Flashback

Jalal tergesa2 mencari alamat rumah Jodha ke rumahnya dengan bantuan alamat dr seorang wartawan yg mewawancarainya. Berita menghebohkan yg menjadi deadline di media cetak India pagi itu membuat Jalal gusar . " Wanita Simpanan Sang Pewaris Kerajaan Bollywood."

'Dia pasti sangat syok, aku harus menemuinya.' Batin Jalal.

Ia tergesa2 menaiki jalan yang berupa tangga ke arah rumah Jodha. Dilihatnya Wartawan yang sudah berkumpul dan berkerumun disana. Jodha yang masih terisak dan ketakutan karena ia tidak bisa masuk kerumah, tampak terkejut ketika seseorang menarik tangannya dan menyuruhnya untuk berlari bersamanya. ' Jalal,laki2 ini lagi' Jodha memandang sisnis pada Jalal. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Mereka segera berlari dari kerumunan wartawan yg ingin mewawancarai Jodha.

Setelah agak jauh. Dengan masih terengah2, keduanya lalu duduk di bangku taman. Jalal membelikan Jodha air mineral yg dijual di dekat taman itu. Jodha langsung menenggak habis isinya. Mengusap sisa air dibibir dg tangannya dan dengan berapi2 mulai menyemprot Jalal.

" Sudah aku duga , bertemu denganmu adalah suatu kesialan dalam hidupku. Kau membuat hidupku bagaikan di neraka Tuan Jalaluddin Akbar, AKU MEMBENCIMU!!!"

Jalal memegang kedua tangan Jodha yg bersiap memukulnya.

" Please Nona, dengarkan aku dulu,,,sungguh aku tidak memikirkan dampaknya akan sebesar ini. Okeh apapun akan kulakukan untuk membersihkan namamu. Kau mau apa ?konfrensi pers besar2an?, aku siap Nona. Bahkan jika kau memintanya hari ini juga. "

" Yaah,,,lakukanlah Tuan Jalal, sedikitnya itu akan menghapus dosa2mu, tapi tidak dengan image ku yg sudah di cap sebagai anak sundal oleh Ibuku, apa yg akan kau lakukan dg itu , haaah ?"

Jalal terkejut dg kata2 Jodha yg mengalir tajam dan deras. Sungguh Jalal benar2 tidak menduga masalahnya akan jadi begini.

" Lalu apa yg dapat kulakukan , Jodha?"

Jodha masih mengusap keringat diwaahnya ketika sebuah ide gila yg tadinya hanya main2 saja terlintas di benaknya.

" Menikah denganku dan bawa aku pergi jauh dari sini. Hanya itu yg dapat menyelamatkanku saat ini. Aku tidak sanggup lagi hidup di sini dengan semua penghinaan ini..."

*Flashback End

'And here you are my Laddu. kau telah membuatku benar2 mencintaimu. Dan akan sulit bagiku untuk berpisah darimu.'

#
Love me tender, love me long,
Cintai aku dengan lembut, cintai aku sampai lama
Take me to your heart
Bawa aku ke hatimu
For it's there that I belong
Karena di situlah tempatku
And we'll never part
Dan kita takkan pernah berpisah

***
'JALAAAL,,,,'

Jodha terbangun dgn terkejut lalu melihat Jalal disampingnya yang terbujur kaku tak bernyawa..." Jalaaal, jangan tinggalkan aku, jalal.'

' AAAAHH,,,,'

Jodha berteriak dan ternyata ia hanya bermimpi. Dilihatnya tempat disebelahnya yang sudah kosong. ' Kemana Jalal,,,,

PRECAP : Going to Mumbai, another hard time for Jodha and Jalal.

Love In Paris_Part 7

No Sweet Scene today yah...
Maaf kalau konfliknya jadi agak berat,,,
Dan maaf juga, karena terlalu sedikit dan banyak kata2 yang agak sliweer...(udah diusahain edit,,,hiks)

Thank you for your kindly understanding...

Love,,,love,,

^Love In Paris_Part 7^
By : Fatimah Zahra

Jodha memalingkan wajahnya dan memegang perutnya yg mual luar biasa. Jalal meraih wajah Jodha dg sebelah tangannya dan membawanya ke bahu Jalal. Lalu tangan kanannya dg nada memerintah meminta Khaibar membawa paket itu pergi dari hadapannya.

" Bawa jauh dari kastil ini dan musnahkan segera !! Aku bahkan tak ingin melihat serpihan abunya disekitar sini, khaibar!!"

" Baik, Monseuir,,." Khaibar dg sigap membawa paket tadi keluar dari kastil. Jiji Anga membawakan Jodha air putih yg diserahkannya pada Jalal. Jalal mengangguk mengucapkan terima kasih. Dan dengan lembut membujuk Jodha

" Minumlah dulu Jodha,,,kau akan tenang setelah ini. Aku pastikan , aku akan menemukan pelakunya. Kau jangan khawatir lagi. Ayo minum,,,."

" Aku tidak mau, darl...aku pusing. Bawa aku ke kamar sajaaa,,,aah,," Suara Jodha melemah dan jatuh pingsan di pangkuan Jalal. Jiji Anga segera mengambil gelas yang dipegang Jalal. Lalu Jalal mengangkat tubuh Jodha dengan tergesa2 ke dalam kamarnya.

Wajah Jodha pucat. Tangan dan kakinya dingin. Jalal membangunkan Jodha dg minyak cologne, Jodha bangun dan mengibas2kan tangan di depan hidungnya, tanda ia tak nyaman dg bau yang menyengat itu.

" Maafkan aku , aku begitu khawatir melihatmu pingsan tadi. "

" Darl, apa yg terjadi ? " Jodha mencoba mengingat2 lalu memegang kepalany kilasan tentang protease itu membawa ingatannya kembali ke Mumbai , India

*Flashback

" Jodha , tunggu aku mau bicara. "

Surya mengejar Jodha di halaman kampus mereka.

" Tidak ada yg perlu dibicarakan Surya." Jodha menepis lengan kekar Surya yg memegang pundaknya.

" Aku mohon dengarkan aku sekali saja. "

Jodha menghadap Surya sekarang dan menunggunya mengatakan sesuatu. Surya menarik nafas dalam2 dan mengeluarkannya.

" Aku mohon maaf. Aku tidak tahu bahwa Sukania adalah adikmu. Aku mencintaimu Jodha, dan aku akan mengatakan  yg sebenarnya pada Sukania. Aku hanya perlu waktu yg tepat untuk berterus terang padanya. Please Jodha.... Percayalah padaku, aku akan mencari jalan agar kita tetap bersama."

Dan Jodha luluh. Dua tahun hubungannya dengan Surya, Jodha yakin bahwa ia bukan orang yg senang berselingkuh. Tapi Jodha tidak tahu kalau selama ini Sukania juga menyukai Surya, dan selalu mengejar2nya. Dan Jodha memaafkan Surya, karena ia percaya padanya. Tapi hal ini tak berlangsung lama ketika suatu ketika Jodha memergoki Surya di sebuah cafe di kota Mumbai.  Surya kembali menegaskan bahwa hal itu tidak disengaja dan meyakinkan Jodha bahwa ia akan berterus terang kepada Sukania bahwa saat ini Surya sedang berpacaran dengan Jodha. Sore sepulang latihan dance bersama kru dance yg lain, Sukania meminta Surya untuk mengantarnya pulang. Kesempatan ini tidak disia-siakan Surya untuk berterus terang pada Sukania. Dan Surya sudah memberitahukan rencananya pd Jodha via telfon tadi. Surya mencoba berkonsentrasi tapi kegugupan tiba2 menyerangnya. Dan naas,mobil yang dikendarai Surya menabrak pohon lalu terperosok ke sebuah parit . Mereka berdua selamat, hanya saja, kaki kanan Sukania harus diamputasi sampai lutut karena terjepit pintu mobil yang membuatnya infeksi dan membusuk.

Jodha menyalahkan dirinya karena memaksa Surya mengatakan yang sebenarnya pada Sukania. Sedangkan Surya menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu memberitahukan kebenarannya lebih awal. Jodha membuat Surya berjanji bahwa ia bukan siapa2 Surya saat ini. Dan tidak akan ada yg boleh tahu tentang hubungan mereka. Jodha memaksa Surya menikahi Sukania, sebagai penebus rasa bersalah mereka. Walaupun berat, demi Jodha, Surya mengalah dan membiarkan Jodha menikahi pria yg tidak dicintainya.

*Flashback End

Jodha terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah2. Jalal yg berada disampingnya langsung bangun dan memeluk Jodha yang ketakutan. Sudah 3 malam ia mengalami mimpi buruk , mimpi tentang protease yg menari2 di pelupuk matanya. Jodha menangis di bahu Jalal, dan Jalal kembali menenangkannya.

Jodha belum mau berterus terang pada Jalal. Ia takut, Jalal akan menyalahkan dan meninggalkannya, kalau tahu alasan Jodha menikahinya karena ingin pergi dari kehidupan Surya dan Sukania. Jalal hanya tahu, bahwa saat itu Jodha membutuhkan bantuan Jalal untuk segera menikah dan pergi dari Mumbai.

Jodha masih terisak, Jalal membawa Jodha keluar menuju taman yg berada tepat di samping kamar Jodha. Jalal duduk di bebatuan yang lebih tinggi , mendekap tubuh  Jodha yg duduk di bebatuan di bawahnya. Jalal menggoyangkan tubuh Jodha pelan dan bersenandung pelan untuknya.

#SONG

When i was a little boy, i ask my mother, what would i be,,,

Would i'll be handsome, whould i'll be rich, here's what she say to me,,

Que sera, sera,,,what will be, will be.
The future's not ours to see
Que sera,sera,,,

Jodha tersenyum dan menggenggam erat jemari Jalal yang melingkar di bahunya dari belakang.

" Thanks , Darl,,,"

Jalal makin mengeratkan dekapannya dari belakang, diciumnya rambut Jodha dengan sayang. "Tidurlah kalau kau ingin tidur. Nanti aku gendong kau ke kamar....hemmh?" Jodha tersenyum dan menyandarkan seluruh tubuhnya ke bahu Jalal.

Jalal masih bersenandung lagu que sera2. Lagu yg paling diingatnya karena Hameeda sering menyanyikannya sebelum ia tidur. Pikiran Jalal mulai mengembara pada kenangan masa kecilnya di Pakistan. Ada kesedihan yang mendera dalam jiwanya tiba2, lalu wajahnua mengeras dan tangannya mengepal. ' Kalau ini salah satu upaya licikmu untuk menteror keluargaku, aku benar2 akan membunuhmu, Syahbuddin,,,'

***
Di Pangkalan udara Angkatan Bersenjata Pakistan , seorang kurir membawa pesan dari pemberontak di Sri Lanka yang menamakan organisasinya The eager tamil tiger. Isi pesannya adalah

" Kami sudah menemukan buruan kita. Segera kirimkan pasukan pengintai yang paling handal."

Lelaki itu tertawa menyeringai dan meremas kertas dalam genggamannya.

Bertahun2 yang lalu, pasukan elit Pakistan berhasil menumpas pergerakan pemberontak Macan Tamil di Pakistan. Salah satu informannya dalah Jalal yg saat itu menyimpan dendam kesumat pada pasukan pemberontak yg telah merenggut nyawa Hameeda Ibunya dalam insiden berdarah tahun 1979. Sejak itu Jalal harus hidup berpindah2 bersama Ayahnya, sampai akhirnya mereka menetap di India. Tapi dendamnya terbalaskan karena Syahbuddin yg adalah sepupu Jalal, secara tidak sengaja membocorkan sebuah rahasia yang ia teruskan kepada pemerintah Pakistan yang berkuasa saat itu.

***

Jalal menghubungi seorang konsulat di kedutaan Pakistan di Paris yang ia kenal dan mencoba mengorek informasi tentang kemungkinan bangkitnya kembali organisasi militan yg pernah mengancam negara itu. Darinya Jalal memperoleh informasi, bahwa kemugkinan itu masih ada karena anggota organisasinya yang tidak tertangkap di Sri Langka, banyak yg memutuskan kabur ke India dan Pakistan.
Jalal semakin khawatir, apalagi sejak insiden penangkapan itu Shahbuddin juga belum ditemukan. Mungkinkah teror paket aneh kemarin adalah peringatan darinya ,,? 'Itu artinya Jodha tidak aman tinggal bersamaku.'

Hari2 setelah itu adalah hari2 yang sangat menegangkan bagi Jodha dan Jalal. Jalal memutuskan untuk membawa keluar sejenak Jodha dari Paris. Dan tujuannya adalah Hawaii, pulau eksotis dengan pesona pantainya itu diharapkan mampu menghapus ketegangan mereka sesaat. Walaupun setelah itu Jalal harus memikirkan langkah selanjutnya.

Jodha tidak bertanya lebih jauh ketika Jalal berencana mengajaknya liburan ke Hawaii. Tapi setelah seminggu mereka di Hawaii, Jodha mulai bertanya memgapa mereka tidak pulang2. Jodha lebih nyaman tinggal di Paris.

" Apakah kau mau mencoba mengatakan bahwa kau tidak suka kalau harus bersamaku sepanjang hari ?"

" Bukan itu maksudku,,,ohh sudahlah, darl. Aku tak perduli dimanapun aku tinggal, asal bersamamu , aku tak perlu khawatir bukan ?"

" Itu baru istriku,,,,"

Jalal mulai menggelitik Jodha . Jodha tidak tahan dan terpaksa bangun dari duduknya lalu menuju dapur dengan alasan akan membuat makan malam.

Jodha dan Jalal tinggal di sebuah Rumah penduduk yg disewakan disana. Jalal ingin Jodha merasa ada dirumah dg segala kegiatannya. Karenanya ia tidak menyewa sebuah kamar di hotel dan memilih berbaur dg penduduk setempat. Beberapa pekerja yg qajuga berasal dari sana.
Jodha benar2 menikmati perannya sebagai seorang istri. Memasak untuk Jalal , menyiapkan segala kebutuhanya dari mulai bangun tidur sampai menjelang tidur malam harinya. Mereka banyak mengabiskan waktu berdua. Menghabiskan sore dg berjalan di pantai dg kaki telanjang. Berenang berdua di pantai dan melanjutkan makan malam yg romantis di balkon rumah mereka. Tapi Jalal masih tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Dan Jodha melihat itu.

" Darl, mengapa aku merasa kau sedang mengkhawatirkan sesuatu ? "

Jalal merengkuh kepala Jodha ke dalam pelukannya sambil berbaring di tempat tidur. Ia tak tahu bagaimana mengatakannya pada Jodha. Mengatakan padanya , bahwa mereka harus berpisah sementara,,,,,

PRECAP : Hard time for Jodha and Jalal.

*CINTA TAPI GENGSI_EPILOG(REVISI)

***CINTA TAPI GENGSI_EPILOG (REVISI)***

Jodha sedang membereskan barang2nya dirumah susunnya. Pertengkarannya dengan Jalal benar2 membuat dadanya sesak. Selalu saja,,,bagaimana mungkin dia tidak mengerti bahwa hormon wanita hamil memang kadang2 melonjak lalu kadang turun drastis. Dan semua itu hanya karena pertengkaran sepele yg akhirnya membuat Jodha meminta Jalal menceraikannya saja. ' Lihat saja sampai kapan ia akan tetap bertahan untuk tidak menjemputku disini, aku tidak mau pulang! Dasar egois ! ' Jodha menyusut air matanya lagi. Bahkan bujukan Hameeda mertuanya kali ini pun tidak mampu meluluhkan Jodha. Sedangkan Mirza teramat bingung dg kelakuan kakak dan iparnya tersebut. Ia lebih baik menyingkir dan menghabiskan sebagian waktunya dengan Bella yang baru saja dipacarinya beberapa bulan ini. Jodha mengangkat telfonnya, dan melihat layarnya ' Ma Hameeda', dengan terpaksa Jodha memencet tombol  'terima' di ponselnya.

" Ya, Ma,,,."

" Jodha anakku, kalau kau sudah selesai dg amarahmu, aku sendiri yg akan menjemputmu pulang, hein na ? Kasihan cucu2ku, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mereka, hemmmh ?Pulanglah , nak ?"

" Tidak , Ma' aku tidak mau pulang kalau Bhaiyaa tidak menjemputku!"

"Ck,,kenapa kalian berdua keras kepala sekali, mengalahlah just for once, Jodha."

" Aku tidak mau Ma, kali ini anak Ma itu sudah keterlaluan!"

" Jodha, tidak ada masalah yg tidak bisa diselesaikan anakku,,,aku jemput sekarang yah ?"

Jodha masih terdiam. Hameeda menarik nafas dan menutup telfonnya. Kenapa Ia punya anak yg begitu keras kepala seperti Jalal, parahnya ia mendapatkan istri yg sama2 keras. ' Hayy Rabba',,,,

***

Sementara di kantor, Jalal tidak konsentrasi dg seluruh pekerjaannya. Sore ini ia akan berangkat ke Beijing untuk urusan yg sudah ditundanua selama seminggu, dan ia belum jg menyelesaikan masalahnya dengan Jodha. Ingin rasanya Jalal berlari pada Jodha-nya saat ini, tapi Jalal berfikir, kali ini Jodha harus benar2 dapat pelajaran.

Jalal menelfon Mirza untuk mempersiapkan keberangkatannya. Mirza bertanya 'bagaimana dengan Jodha.'

" Kau pesankan saja tiketnya, terserah dia mau pergi atau tidak."

" Kakak,,mengalahlah sedikit,,kakak ipar sedang hamil. Apa kau tidak kasian dengan anak2mu yang sedang dikandung olehnya."

" Aaah, kau cerewet sekali , Mirza. Kali ini aku tidak akan memaafkannya. Dia sudah keterlaluan."

" Sebenarnya apa seh masalahnya , hingga kalian ribut besar seperti itu ?"

" Aah, bukan masalah serius. Kau tidak akan mengerti."

Mirza menyerah dan menutup telfonnya.

***
Jalal sudah siap di bandara, satu jam sebelum jadwal keberangkatan. Ia menunggu Jodha, kalau2 ia datang dan jadi pergi dengannya. Tapo dengan sifat kerasnya rasanya mustahil hal itu bisa terjadi

***

Jodha melirik jam ditangannya hatinya gelisah antara pergi menyusul Jalal ke bamdara atau tidak. Setengah jam yang lalu Mirza sudah menelfonnya dan akan mengantarkan Jodha ke bandara. Tapi perang batin masih berkecamuk dalam diri Jodha. ' Tapo aku juga tak mungkin membiarkannya oergi seperti ini.'  Jam dipergelangan Jodha masih berputar. ' Apa boleh buat, aku harus menyusulnya.' Jodha berdiri dengan payah, seketika itu juga Mirza muncul dari balik pintu.

***

Jalal segera menggeret koper nya dan bersiap ke area boarding pass. 'Jodha pasti tidak mau pergi, haissh selalu saja berdebat hal yg tidak penting dgnya. Nanti saja di Beijing aku menelfonnya. Akhirnya aku harus mengalaj dg sifat keras kepalanya.' Jalal baru saja akan mendorong tapping gate, ketika Jodha memanggilnya dari belakang

" Bhaiyaa,,,,."

Jalal menoleh dan memperhatikan Jidha dengan perut buncitnya. Ia sudah akan tertawa melihat wajah memelas Jodha, tapi ditahannya dan kembali memasang wajah garang.

" Kalau tidak mau ikut ya sudah, buat apa membawa perempuan yang sedang hamil, merepotkan saja."

" Kakak, mengalahlah sedikit,,,haissh aku menyerah dg kelakuan kalian. Ini koper bhabijaan dan timetnya. Aku tinggalkan kalian. Dan aku mohon,,,pleeeease,,,berbaikanlah. Kasian keponakan2ku yg belum lahir karena sifat egois kedua orang tuanya." Mirza menepuk dahinya sendiri dan segera berlalu dari sana.

Jalal mengambil alih koper Jodha dan tanpa berkata apapun dia masuk lebih dahulu untuk melakukan proses registraso dan hal2 lain yg diperlukan untukbpenerbangannya. Jodha hanya mengekor dari belakang.

***

Jodha dan Jalal sudah duduk di kabin pesawat saat ini. Setengah jam lagi pesawat akan  'take off '.

Jodha bersandar di kursinya membelakangi Jalal, dan Jalal masih menikmati tontonan dr layar didepannya. Dilihatnya Jodha yang akhirnya tidur mendengkur. Di balikkannya tubuh Jodha agar bersandar di bahunya. Jodha merasakan sentuhan Jalal, ia tetap menutup matanya.

*Flashback

" Aku tidak mau menetap di Beijing." Bantah Jodha sengit.

" Jodha , kau harus mengerti, proyel ini membutuhkan kehadiranku disana, aku tidak bisa hanya mengandalkan Mr.Chang."

" Kalau begitu batalkan kesepakatannya!" Jodha menghembaskan tubuhnya di tempat tidur.

Jalal geram dg perilaku Jodha yg bersikeras tidak mau ikut Jalal menetap di Beijing. Dan mendengar pernyataan Jodha barusan darahnya kembali mendidih.

" Kalau begitu kau tinggal saja di London."

" Aku tidak mau jauh darimu. Aku sedang mengandung anak2mu . Masa kau tega."

" Cukup Jodha, kali ini aku mohon pengertiannmu. Aku tidak akan membatalkan kesepakatan , karena taruhannya adalah semua aset dihotelku."

" Kalau begitu ceraikan saja aku, sejak awal,,,kau memang hanya perduli dg kesepakatanmu. Aku dan anak2mu yg akan kulahirkan ini tidak berarti apapun."

" JODHAAA,,,,"

*Flashback end....

Jalal mengecup sayang kening Jodha. Jodha membuka matanya. Dilihatnya Jalal yang menangis sambil memeluknya.

" Bhaiyaaa,,,,"

" Ssshh,,,,tidurlah,,,,aku hanya ingin memelukmu setiap hari seperti ini sepanjang hidupku."

***

" Congratulation Mr.and Mrs.Jalal , your twins are health, both of them will be born next mont , eat well and diet please..they are getting bigger and bigger now.." mereka bertiga lalu tertawa. dr. Piam , obstetrik yang menangani pemeriksaan Jodha pagi itu memastikan , bahwa kandungan Jodha baik2 saja. Mungkin karena cocok dengan udara di Beijing, kehamilan Jodha hampir tanpa kendala sedikitpun. Jodha dan Jalal begitu menikmati kehamilan Jodha ini. Mr dan Mrs. Chang tak henti2mya memberikan nasehat2 kepada Jodha dan Jalal. Dan Jalal sangat berterima kasih kepada mereka.

Perkebunan Anggur yang dikelola Jalal dan Mr.Chang di luar kota Beijing membutuhkan perhatian ekstra . Karenanya daripada meninggalkan Jodha di London , Jalal membawanya serta ke Beijing . Walaupun dg sedikit perdebatan diantara mereka. Jalal menitipkan Jodha pada keluarga Chang yang dengan senang hati menjaga Jodha sementara Jalal harus bolak-balik melihat pembangunan hotel dan perkebunannya itu.

Moti juga sudah melangsungkan pernikahannya dan hidup bahagia dengan Surya di London. Beberapa bulan ke depan, Mirza dan Bella juga akan melangsungkan pernikahannya, lalu mengunjungi Jodha dan Jalal di Beijing ini sekaligus berbulan madu. Hameeda , sejak mendengar kehamilan Jodha, memohon padanya dengan sangat agar mengundurkan diri dari pekerjaannya di Deplu dan berkonsentrasi dg kehamilannya. Tadinya Jalal menolak, tapi dengan besar hati Jodha menerimanya. Hal ini membuat Hameeda terharu akan pengorbanan Jodha. Sedikit2 ia mulai menerima Jodha sebagai menantunya. Setiap hari Hameeda menelfon Jodha untuk mengingatkan Jodha agar menjaga kehamilannya. Bahkan untuk hal2 kecil sekalipun , Hameeda selalu mengingatkan Jodha. Ketika awal2 Jodha tinggal di Beijing , Hameeda ikut juga menetap di Beijing untuk beberapa saat, masih dengan semua kebawelannya . Hal itu malah jadi hiburan tersendiri untuk Jodha. Jalal bahagia melihat ibu dan istrinya yang mulai akur sejak mengetahui Jodha hamil. Ia tak henti2nya mengucapkan rasa syukur.

***

Jalal sedang menunggui Jodha diruang persalinan. Jodha tak henti2nya berteriak mengaduh menahan kontraksi

" Ini semua gara2 dirimu , Bhaiyaa,,,aku tidak mau hamil lagi....aaahh...awwww." Jodha mengerang lagi dan Jalal hanya bisa mengusap2 punggung Jodha mengalirkan semangat dan turut meresakan kesakitan Jodha. Setelah sakitnya reda. Jodha meminta Jalal membelikannya minuman dingin. Jalal meminta Mirza mengambilkannya. Rasa sakit Jodha datang lagi , kali ini lebih sering dan lebih sakit...

" Bhaiyaaa,,,cepat panggilkan dokternya,aku sudah tidak tahan lagi , bhaiyaa,,,cepat." Dokter memeriksanya lagi, dan ternyata ketuban Jodha sudah pecah duluan, dokter memutuskan operasi dan Jalal hanya bisa pasrah.

***

Sudah 3 minggu usia Hasan dan Husain. Dan selama itu Jodha diperlakukan bak Ratu dalam istana. Tak ada yg boleh dikerjakan Jodha. Kerjanya hanya makan dan menyusui anak2nya. Jalal juga memenuhi segala keinginan Jodha. Sampai hal terkecil sekalipun, Jalal tak membiarkan Jodha melakukannya sendiri. Ia terlalu bahagia mendapatkan Hasan dan Husain. Seperti malam ini sebelum tidur Jalal bergantian dg Jodha memggendong si kembar. Husain sedang menyusu pada Jodha. Dan Jalal menina bobokan Hasan sambil sebentar2 menguap menahan kantuk. Menyanyikan sebuah lagu yg kedengarannya sangat fals di telinga Jodha...

" Hahha....Bass,,Bass, Bass, Bhaiyaa, biarkan aku menyusuinya. Kau tidurlah ,,,."

" Tidak , Jodha aku masih merasa ' amaze' dengan kehadiran mereka. Kau akan tidur bersamaku makhluk kecil, ya kan ? " Jalal merebahkan Hasan di sampingnya dan mulai menepuk2 baby Husain.

Kedua bayi kembar mereka sudah tidur di box nya masing2. Jodha dan Jalal sedang berdiri memandangi mereka sekarang.

" Terima kasih, honey. Mmmuuuahh, kalau seperti ini, aku tidak keberatan kalau kau hamil lagi tiap tahun." Jodha melebarkan bola matanya dan melotot ke arah Jalal.
Yang dipelototi malah tertawa terkekeh.

" Bhaiyaa,,,,!, kau saja yang hamil lalu melahirkan, kau kira gam,,,aaah aww."

Jalal membawa Jodha ke ranjang, menindih tubuhnya, dan tak membiarkan Jodha berkata apapun lagi,,,,,

*Author
Cinta mereka hadir tanpa disadari, dan ketika cinta itu hadir, mereka pun sama2 gengsi untuk mengakuinya. Kadang2 cinta memang tidak butuh pengakuan,,,,,

#
Mohabbat barsa dena tu, sawan aaya hai,,,,,

*****
THE END...TAMAT...HABISS......udah yeh...hosh...hosh...ga abis2 dung kalo begini.

Minggu, 12 April 2015

Love In Paris_Part 6

Sore yang cerah. Awan masih berarak riang, dan matahari bersiap bergulir ke arah barat. Semburat kuning keemasan di batas cakrawala menemani Jodha dan Jalal yg saat ini sedang berjalan bergandengan tangan ditepian pantai. Sesekali Jodha bergayut mesra di bahu jalal, dan Jalal mencium rambut Jodha yg berkibar di tiup angin.

Sejak penyatuan cinta mereka malam itu, Jodha bahkan tak segan balas mencium Jalal di tempat umum seperti sekarang ini. Jalal hanya tersenyum menerima perlakuan Jodha.

" Jadi kau akan membawaku kemana ?" Jodha mengeratkan genggamannya di tangan Jalal.

" Aku akan mengajakmu menemui Rukaiyyah." Jalal masih memandang ke depan, ketika Jodha menghentikan langkah kakinya.

" Darl, kalau kau ingin menemuinya sendirian, aku tidak apa2, aku akan menunggumu saja disini ." Penjelasan Jalal waktu itu sudah lebih dari cukup menjelaskan apa posisi Rukaiyyah saat ini di hati Jalal . Dan Jodha cukup mengerti ttg hal itu. Walaupun ada sedikit aroma cemburu disana, Jodha lebih memilih tidak bertemu dg Rukaiyyah saat ini.

" Tentu saja tidak, aku memang ingin mengajakmu menemuinya. Kau juga akan menyukai Mehrunissa nanti." Jalal melihat keraguan di mata Jodha . Ia melanjutkan " tidak apa2, aku sudah menceritakan tentangmu padanya, sudah tidak ada apa2 diantara kami, hemmh ?" Jalal menggenggam jemari Jodha lebih erat menyalurkan ketenangan dan kepercayaan diri pada Jodha. 'Yah,,cepat atau lambat aku pasti harus berhadapan dengannya. Ia pernah menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidup Jalal.' Jodha mengembangkan senyumnya ke arah Jalal dan mengangguk mengiyakan. Jalal tersenyum senang.

Di ujung pantai agak ke tengah mereka melihat seorang wanita dengan seorang anak perempuan berumur 5 tahun tampak sedang bercanda disebuah kursi pantai dengan payung lebarnya. Mehrunissa, nama gadis kecil itu , lebih dahulu menyadari kehadiran Jodha dan Jalal. Lalu berlari mengembangkan tangannya menyambut Jalal.

" Papaaa,,," Suara manjanya segera membuat Jalal berlari menghampirinya, sebelum terlebih dahulu mencium pipi kanan dan kiri Rukaiyyah. Jodha terdiam ditempatnya. Merasa canggung dengan kehadirannya sendiri, Jodha malah dibuat terkejut dengan sambutan Rukaiyyah yang begitu ramah kepadanya.

" Ayyee, Jodha Ji,,senang bertemu denganmu. " Rukaiyah menyalami Jodha dan memegang bahu Jodha seraya mengajaknya duduk ditempatnya tadi. Wajah aristokrat yg tampak meruncing di daerah dagunya dengan iris mata berwarna kebiruan dan sinar mata yg tajam tapi meneduhkan , membuat siapapun yang memandangnya tertegun akan kecantikan yg terpancar dari wajahnya. Rambutnya yg agak pirang menegaskan lagi bahwa Rukaiyyah adalah blasteran India-Inggris seperti yg pernah diceritakan Jalal.

" Papa,,,ayo main pasir disana, Mama takut mengajakku tadi." Suara Mehrunissa memecah kebisuan mereka.

Jalal yg mengerti bahwa Rukaiyyah dan Jodha membutuhkan waktu untuk berbicara berdua akhirnya pamit dari hadapan mereka dan menggendong Mehrunissa dipunggungnya lalu menjauh menuju ke tepi pantai.

Rukaiyyah mempersilahkan Jodha untuk memesan terlebih dahulu.

" Kau mau minum apa ? " tanyanya ramah,suaranya yang lembut  tampaknya benar2 bisa membuat lawan bicaranya betah mengobrol berlama2 dengannya.

" Sama saja dengan yg kau pesan, tidak apa2." Jodha mulai merasa nyaman dg keramahan Rukaiyyah. Rukaiyyah memesan dua Blue Pepsi with ice sedangkan untuk Jalal dan Mehrunissa ia memesankan air mineral.

Rukaiyyah memandang Jalal dan Mehrunissa yg sedang tertawa bahagia menyusun istana pasir mereka. Jodha memandang Rukaiyyah dan mengikuti pandangannya. Jodha membuang muka jengah.

" Lihatlah mereka Jodha, tertawa tanpa beban. Aku selalu ingin melihat Jalal tertawa seperti itu. Bermain riang bersama anak2nya kelak. Walaupun kami mengadopsi Mehrunissa dari ia masih bayi, tetap saja rasanya berbeda, Jodha." Rukaiyyah mengalihkan pandangannya ke Jodha. Menatapnya sambil tersenyum sekarang. Lalu melanjutkan " Jalal mengabariku ketika ia akan menikahimu sebulan yg lalu. Dan aku bahagia. Tidak seperti layaknya mantan pasangan kebanyakan, hubungan kami baik2 saja sekarang Jodha. Kami bertemu kalau Mehrunissa memintanya atau Jalal sekali waktu ingin mengajak Nisaa ke tempat permainan anak2. Aku minta maaf karena pernah memintanya datang mungkin saat itu ia sedang bersamamu. Mehrunissa tidak mau makan sebelum ia bisa bertemu dg Jalal."

Jodha jadi tidak enak, mengingat tindakannya waktu itu. Ia menenangkan Rukaiyyah dan mengatakan " Tidak apa2,aku mengerti sekarang. " diam sebentar, lalu Jodha melanjutkan "maaf kalau aku boleh bertanya, jika cinta kalian begitu besar, mengapa kau memutuskan untuk berpisah ? " selidik Jodha penasaran.

Rukaiyyah tersenyum dan melipat kedua lengannya di atas dada lalu bersandar dikursinya. " Jodha , kadang cinta yg teramat besar bisa menjadikan kita terlalu posesif atau bahkan sebaliknya, melepaskan cinta demi kebahagiaannya bersama yang lain."

" Aku masih tidak bisa mengerti, Rukaiyyah. Seharusnya kalian masih bisa bertahan walaupun tanpa kehadiran seorang anak, dan kalian jg sudah mengadopsi Mehrunissa. Jadi apa yang salah?"

Rukaiyyah kembali tersenyum " Tidak ada yang salah. Cinta tak pernah salah. Hanya situasinya yg tidak mendukung.  Mungkin bisa bertahan, setahun atau dua tahun. Tapi kau akan semakin rapuh melihatnya mengasihanimu, over protetif, bahkan curiga dg siapa kau bergaul dan berteman hanya karena ia tidak mau melihat pandangan orang yg mengasihani nasibmu. Itulah yg terjadi padaku. Aku marah, aku berontak. Aku tidak butuh rasa kasihan dan tatapan sinis orang yang memandang rendah ketidaksempurnaanku. Tidakkah seseorang di dunia ini bisa mengerti ? Bahwa aku jg ingin hidup normal. " Mata Rukaiyyah berkaca2, tapi ia tidak membiarkan airmatanya jatuh.  Rukaiyyah menyeruput minumannya dan kembali memandang Jalal dan Mehrunissa. Jodha sedikit demi sedikit mengerti apa yang dirasakan Rukaiyyah. Selain karena ingin melihat Jalal punya kesempatan memiliki anak sendiri, Rukaiyyah juga menyelamatkan harga diri dan keegoannya. Hal yang sangat manusiawi. Dan kelihatannya ia sangat tegar.

" Aku mencoba mengerti , Rukaiyyah. Sungguh aku bukan merasa kasihan padamu. Tapi kini aku mengerti dan memahami keputusanmu. Maafkan aku telah salah menilaimu. Kau,,wanita yang sangat tegar yg pernah kutemui. Aku berharap aku jg bisa setegar dirimu dalam memandang hidup."

Rukaiyyah mengulurkan sebelah tangannya dan menggenggam tangan Jodha yang berada di meja. " Apapun masalahmu Jodha, kau akan selalu mempunyai Jalal untuk bersandar. Dia lelaki yang baik. Kau hanya perlu menurut padanya. Tidak seperti aku yg pemberontak,,,hemmh ?" Mereka berdua tertawa, menertawai Jalal yang terkadang memang sangat posesif. Rukaiyyah melanjutkan " aku hanya singgah beberapa hari di Paris, keluarga besarku masih tinggal di sini. Aku tinggal di Turki dan mengikuti suamiku disana."

Jodha terkejut " Jadi kau sudah menikah lagi sekarang ?."

" Sebulan sebelum kalian menikah. Dia pria yang lebih tua 10 tahun dariku. Dia haus akan kasih sayang,,,hahaha,,,tapi  aku mencintainya, lagipula siapa yang akan tahan dengan pesona pria penuh pengertian dan pantang menyerah sepertinya. Dia bahkan sudah mengejarku ketika aku baru saja berpisah dari Jalal. "  Rukaiyyah menatap dalam mata Jodha lalu melanjutkan " Karenanya kau tidak perlu cemburu padaku Jodha. Kisah aku dan Jalal sudah berakhir. Berbahagialah dengan Jalal, hein na ?" Rukaiyyah tertawa lebar. Jodha tidak tahu harus berkata apa. Ia merasakan perasaan hangat yg luar biasa mengaliri seluruh peredaran darahnya dan menarik nafas panjang menyadari bahwa cinta nya kepada Jalal benar2 sudah tumbuh. Hanya perlu menyirami dan memupuknya.

Jalal dan Mehrunissa sudah kembali dan sedang berjalan menghampiri Jodha dan Rukaiyyah yg saling melemparkan senyum. Melihat kedatangan mereka, Rukaiyyah langsung berdiri untuk segera berpamitan.

" Nah , sudah terlalu sore. Kami pamit dulu. Ayo Nisaa, beri salam pada Chotti Ammi dan Papamu, kita harus kembali sekarang."

Mehrunissa maju ke depan Jodha lalu memeluk dan menciumnya sebagai tanda perpisahan. Jodha terharu sekali. Ia balas mencium Mehrunisaa. Jalal mencium pipi kakan dan kiri Rukaiyyah sebagai tanda perpisahan. Rukaiyyah juga mengembangkan tangannya memeluk Jodha " Sampai bertemu lagi , Jodha. Dan selalu ingat pesanku , Okey ?" Jodha tersenyum dan membalas pelukan hangat Rukaiyyah. Mereka berpisah dan saling melambaikan tangan. Jalal segera memeluk pingang Jodha. Jodha jengah dan melirik protes pada Jalal. Tapi ia tersenyum juga akhirnya. Jalal membalikkan tubuh Jodha ke arahnya " Kalian sangat akrab sekali tadi, apa saja yang kalian bicarakan ?"

" Membicarakanmu ."

" Ohh ya ? Lalu apa lagi ? Apakah dia memberikan tips dan trik untuk,,,AWW!!" Jalal tidak menyelesaikan kalimatnya karena cubitan Jodha sudah mendarat dipinggangnya dengan keras...

Jodha tahu kemana arah pembicaraan Jalal. Jodha langsung melumat bibir Jalal dan tak membiarkan ia bernafas sedikitpun. Jalal membalas Jodha sambil menggelitiknya agar ia bisa bernafas sedikit, dan mereka pun tertawa bahagia ditemani semburat senja yg semakin memerah , menandakan pergantian siang ke malam.

***

Hari Minggu,,,

Jalal menyenangkan Jodha sepanjang hari ini. Dari mulai bangun tidur, Jalal sudah menyiapkan sarapan dan menyuapi Jodha ditempat tidur. Selesai sarapan, Jalal membawa Jodha ke kamar mandi dan memandikannya. Setelah mereka memadu kasih dg sesi bercinta yang sangat melelahkan tadi malam, perlakuan Jalal dianggap Jodha sebagai ucapan terima kasih. Tapi sebenarnya tidak. Jalal tahu hari ini hari Ulang Tahun Jodha. Tapi kelihatannya  Jodha bahkan tidak mengingatnya . Jalal bermaksud memberikannya kejutan nanti malam. Sepanjang hari ini ia hanya ingin melayani dan memenuhi semua permintaan  Jodha.

" Kau mau kubuatkan apa untuk makan siang, my Laddu ?" Jalal memandang wajah Jodha yang sedang duduk menghadap ke cermin .

" Mengapa kau baik sekali hari ini. Aku jadi curiga!" Jodha memicingkan matanya sambil masih tetap bercermin tapi mengarahkan matanya pada Jalal yg berdiri di belakangnya memandangnya lewat cermin.

" Aku hanya ingin menghiburmu, lagipula ini hari Minggu, aku benar2 ingin mengganti semua hari yang aku lewatkan ketika harus meninggalkanmu,,,hemmh ?"

Jodha tersenyum dan menunduk malu2. " " Baiklah, aku ingin belanja,,,kau mau kan mengantarkanku ke Fresh Mart terdekat ?"

" Hanya itu ? Gampaaaaang. Kita berangkat sore saja, sekarang ada hal yg harus kukerjakan dl,sampai jumpa nanti sore !"
Jalal meninggalkan Jodha dan bersiap menyiapkan kejutan ulang tahun Jodha. Sebuah balon udara tengah dipersiapkan oleh para pekerja di bagian belakang kastil Jalal. Disana rencananya Jalal akan membawa Jodha terbang berdua saja dgbalon udara dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Jodha.

Sore harinya Jalal dan Jodha sudah bersiap. Jalal menggendong Jodha keluar dari kamarnya walaupun jodha sudah protes karena malu kalau dilihat Jiji Anga dan para pelayan. Tapi Jalal mengabaikannya. Jiji Anga bahkan hanya bisa tersenyum bahagia melihat kelakuan mereka. Akhirnya setelah sekian lama, Jiji Anga merasa bahagia karena bisa melihat senyum cerah Jalal, anak asuhnya. Jiji Anga bersyukur dengan kehadiran Jodha yang periang dan penuh kasih. Jodha dan Jalal pamit pada Jiji Anga dan Jiji Anga berpesan agar mereka berhati2.

Jalal keluar dari kastilnya dengan masih menggendong Jodha. Lalu memasukkan Jodha ke mobil dan memasangkan seat beltnya sambil masih sempat mendaratkan ciumannya di bibir lembut Jodha. Jodha memukul lembut Jalal pura2 marah. Jalal lalu melajukan mobilnya menuju ke Pusat kota Montea Boudreux yang mulai diterangi lampu2 kota.

Jodha belanja semua kebutuhan dapur dan dirinya. Jalal menemani sambil mendorong keranjang belanja Jodha. Sesekali Jodha menyuapkan makanan ke mulut Jalal ketika ada sample makanan di dalam fresh mart yang harus mereka coba. Sejam lebih mereka berkeliling dan mendapatkan sekeranjang penuh bahan makanan segar dan frozeen untuk sarapan yang selalu disiapkan Jodha sekarang. Jalal mulai terbiasa dg kebiasaan Jodha yang memperlakukannya seperti anak kecil yg akan berangkat sekolah. Tak jarang Jodha mengejar Jalal sampai ke mobil agar ia menghabiskan susu coklatnya atau teh hangat yg di buat Jodha, karena Jalal sudah mulai sering kesiangan sekarang. Aktifitas malam harinya bersama Jodha membuat ia harus kembali beradaptasi dengan jadwal bangun paginya.

Jalal sudah memasukkan barang belanjaannya ke mobil. Di dalam mobil ia bertanya pada Jodha " Apakah kau sudah lelah , Laddu ? Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."

" Tidak, belum. Kemana ?"

" Nanti juga kau tahu, kencangkan seat beltmu."

***

Tiba ditempat yang dimaksud Jodha terkejut dengan balon udara yang telah disiapkan Jalal. Beberapa pekerja mulai menyalakan tabung pengisi bahan bakar. Setelah dinyalakan, Jalal membimbing Jodha masuk ke dalam balon udara. Jodha agak ngeri awalnya, tapi Jalal menenangkannya. Hanya mereka berdua di dalamnya. Didalam balon udara itu hanya tersedia sebuah keranjanh makanan dan minuman dan alat komunikasi ke penyedia pelayanan balon udara. Relatif mudah menerbangkannya. Karena balon udara itu sudah di set otomatis. Ia akan berhenti di pemberhentian selanjutnya dengan kode pendaratan yang akan dikirimkan Jalal. Jodha dan Jalal melongok keluar , ketinggian mereka sudah mencapai 500 meter dari tanah . Mereka turun dari perbukitan menuju ke bawah. Waktu yang di set untuk melayang di udara itu hanya sekitar 1 jam. Jalal jarus memberikan kabar ke menara pengawas penyedia layanan bila ia akan melanjutkan pemakaiannya.

Jalal membuka minuman dingin dari keranjang untuk dirinya dan untuk Jodha. Jalal melakukan 'Toast' dan mengucapkan " Happy Birthday , my Laddu." Jodha terdiam dan mengingat2.

"Ya, Tuhan ,,,serasa sudah seabad aku tidak merayakan ulang tahunku. Sejak Pa' meninggal 3 tahun silam, tidak ada lagi yg mengingat dan merayakan ulang tahunku. Teman2kupun hanya mengucapkannya lewat media sosial, yang kadang jarang aku buka juga,bagaimana kau tahu ?"

"Ketika kita menikah dan aku harus menandatangi kelengkapan administrasinya, aku melihat tanggal kelahiranmu." Jalal tersenyum dan memandang Jodha dengan penuh cinta.

" Ooh ,,,darl, how much i love your surprise, bohot dhanivaad,,," Jodha memandanngn sendu ke arah Jalal dan mendaratkan ciumannya di pipi Jalal. Jalal menggeleng dan menunjuk bibirnya. Jodha tertawa dan mengulangi mencium Jalal dipipi sebelahnya.

" Kau ini,,masih saja malu pada suamimu,,,"

Jodha pura2 melotot dan marah " Aku tidak malu!"

" Coba buktikan, pasti kau menolak kalau aku mengajakmu bercinta disini!!" Goda Jalal.

Jodha menutup mulutnya tak pervaua pada permintaan Jalal.

" Are you insane ???,,hooohh."

" Prove it, Jodha."

" Oowwhh, kau akan berteriak minta ampun, Jalal Ji,,lihat saja."

Jodha maju ke hadapan jalal, menggodanya sesaat, mengigit telinga Jalal dan mulai melepaskan bajunya. Mereka terduduk  di lantai balon udara itu dan Jodha mulai mengarahkan serangannya. Mencium dalam2 leher Jalal dan meninggalkan bekas merah disana, diulanginya lagi didaerah yang lainnya hingga Jalal berteriak memohon ampun. Jodha tidak mendengarkannya dan memaksa Jalal hanya melingkarkan tangannya di pinggang Jodha. Jodha membuka pakaiannya dan mulai kembali menggoda Jalal. Jalal tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuh Jodha yg terbuka dengan tangannya. Sekali lagi Jodha meminta Jalal untuk diam dan hanya menikmati apa yang dilakukan Jodha.

Akhirnya Jalal menyerah dan tersenyum bahagia dengan apa yang sudah di lakukan Jodha padanya. Sebuah sensasi yang menegangkan dan menyenangkan. Dan semua itu karena Jodhanya. Mereka duduk bersisian kelelahan sambil mengatur nafasnya. Sementara dari halkie talkie terdengar suara petugas pengawas jasa balon udara memanggil mereka. Jalal menekan tombol angka 1 tanda mereka memperpanjang perjalannya 1 jam ke depan. Dan Jodha melotot ke arah Jalal, melihat raut wajah Jalal yang mulai memintanya melanjutkan sesi berikutnya,,,,

***

Jodha dan Jalal memasuki kastil dg riang. Jiji Anga sudah menunggu di ruang makan dg sajian makan malam pesanan Jalal. Ada sebuah kotak panjang berwarna hitam diikat dg pita berwarna kuning keemasan dan diselipkan sebuah kartu ucapan diatasnya.  Ukurannya cukup besar , hampir setengah badan meja makan dan diletakkan ditengah2 meja . Jodha melirik Jalal tak mengerti " kejutan apa lagi ini, darl ?"

Jalal juga bingung , lalu bertanya pada Jiji Anga " Siapa pengirimnya ?"

" Aku juga tidak tahu Jalal. Kurirnya hanya mengatakan paket itu adalah paket untuk hari istimewa Madame Jodha."

Jodha dan Jalal saling berpandangan. Jalal berinisiatif mengambil kartu nama yg terselip diluarnya. Lalu membacanya agak keras.

" Untuk seseorang yang telah merebut  kebahagianku, semoga Tuhan menghukummu." Jalal makin tidak mengerti dan memandang Jodha was2. " kita buka saja ." Katanya kepada Jodha.

Jalal membuka perlahan2 kotak tersebut. Didalamnya terdapat bungkusan warna putih yg masih menutupi barang di baliknya. Jodha menyingkapkannya. Dan berteriak terkejut sambil menutup  mulut dg kedua tangannya.

Sebuah protease kaki manusia sebatas lutut dilumuri cairan berwarna merah darah,,,,

PRECAP : Jodha tidak mau makan dan sering bermimpi buruk di dalam tidurnya.  Jalal mengira ini ada hubungannya dengan dunia spionase yg mulai menyadari sepak terjang Jalal di Pakistan.

Catatan kaki :
Protease adalah tiruan bagian tubuh manusia yg bisa dipakai...di sini protease nya berupa kaki buatan/kaki palsu.

Spionase : kegiatan memata-matai.

Jumat, 10 April 2015

FFJA ^LOVE IN PARIS_PART 5^

#FFJA^LOVE IN PARIS_PART 5^
BY : Fatimah Zahra

Jalal tampak berbincang2 dg wanita itu , sambil masih bercanda dengan gadis kecil di pangkuannya. Jodha bisa melihatnya dengan jelas dari kaca cafe yg menghadap ke jalanan dan bersebrangan dengan dirinya. Agak lama mereka mengobrol. Jalal yang memang duduk menghadap kaca, sekilas menangkap bayangan Jodha yang berlari ke arah berlawanan. Ditajankannya lagi pandangannya dan Jalal memastikan bahwa itu adalah Jodha. Jalal cepat2 pamit pada wanita dan anak perempuan di depannya lalu mengejar Jodha yang berlari kembali ke arah stasiun. Jalal berusaha mengejar dan memanggil namanya. " Jodha tunggu, kau sudah salah faham,,,Jodhaaa,,," Gerakan Jalal terhalang oleh beberapa mobil yg melintas di jalan raya tersebut. Jodha sudah masuk ke dalam stasiun kereta dan masuk menuju kereta yg saat ini sudah akan berangkat. Jalal terlambat...

***

Jalal tiba dirumah dengan tergesa2, menuju kamar Jodha, tapi tak menemukan Jodha disana. Bertanya pada Jiji Anga dan beberapa pelayan ~apakah Jodha sudah pulang~ dan mereka memastikan bahwa Jodha belum pulang  sejak pergi dengan Jalal pagi tadi. Jalal berusaha tenang . Mungkin ia hanya jalan2 sebentar. Sambil menunggu Jodha, Jalal menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.

Sampai hari gelap Jodha tidak juga kembali.  Jalal mencoba menelfon Jodha berkali2, tapi tetap saja ponselnya tidak aktif. Jalal lalu memutuskan mencari Jodha sendiri di stasiun. Hatinya gelisah dan khawatir. Jodha belum mengenal daerah ini dengan baik. Bagaimana kalau dia tersesat. Hari mulai beranjak malam dan sebentar lagi akan hujan. Jalal mengendarai mobilnya sambil matanya awas melihat jalanan, kalau2 ia melihat Jodha. Tiba di stasiunpun Jalal berlari ke sana kemari , membalikan badan setiap orang yang dikiranya Jodha. Jalal lelah dan putus asa. Hampir saja ia melaporkan kehilangan Jodha pada polisi ketika ada telfon dari Jiji Anga yang mengabarkan kepulangan Jodha...

***

Setelah mandi dan makan Jodha naik ke tempat tidurnya dan mencoba tidur. Dari Jiji Anga , Jodha tahu kalau Jalal sedang mencarinya, tapi ia tidak perduli. Hatinya sedang cemburu dan kesal. Mengapa menemui seorang wanita diam2 ? Jodha mendengar suara langkah Jalal diluar dan sekarang ia sedang mengetuk pintu kamar Jodha yg sudah ia kunci dari dalam.

' TOK,,,TOK,,TOK'
" Jodhaaa,,, buka pintunya, dan dengarkan aku,please!!"

Tidak ada jawaban. Jalal mencoba membujuk Jodha sekali lagi. Tapi Jodha hanya membalas. " Aku sedangtidak mood berbicara denganmu,  Monseuir Jalal. Aku mau tidur !"

Jalal masuk ke kamarnya lewat pintu depan menuju pintu penghubung. Sia2 akses yang satu itupun sudah di kunci Jodha. Jalal kembali keluar kamar dan mendorong meja pajangan yg ada diluar kamar Jodha. Menyingkirkan barang2 diatasnya , lalu naik dan melongok melalui lubang filtrasi diatas pintu , dilihatnya Jodha yg sedang tiduran memeluk guling " Jodha , please buka dulu pintunya." Jodha terkejut dan melihat Jalal yg melongok dari sela2 lubang angin di atas pintunya.

" Tidak mau, dan tidak akan pernah." Jawab Jodha ketus dan kembali menselonjorkan tubuhnya ditempat tidur lalu memasang earphone dari ponselnya.

Jalal tak kehilangan akal, dilihatnya jendela kamar Jodha yang masih terbuka. 'Dia lupa menutupnya' Jalal memanggil beberapa pekerja untuk mengangkat tangga dan di letakkan di bawah jendela kamar Jodha. Jalal naik menuju jendela dan berhasil masuk. Ia lalu memberikan tanda pada para pekerjanya untuk menyingkirkan tangga itu.

Ditariknya nafasnya dalam2 agar ia bisa menguasai emosinya menghadapi Jodha yg sudah bersikap kekanak2an. Jalal tidak ingin marah. Tapi perbuatan Jodha hari ini benar2 keterlaluan. Jalal membalikkan tubuh Jodha dengan kasar, Jodha menjerit dan melepaskan earphonenya. Jalal tak kalah sengit menjawab Jodha.

" Kau fikir apa yang kau lakukan , Jodha ? Membuatku panik sesorean hingga malam ini. Tak bisakah kau bertindak lebih dewasa ?" Jalal kehilangan kesabarannya.

" Owh ya ? Dewasa ? Hooh , kalau kau memang lebih suka wanita dewasa, kenapa menikahiku? Owh,,owh aku lupa Tuan Jalaluddin Akbar, kau menikahiku karena sebuah 'bantuan 'kan ? Pantas saja kau mengabaikan perasaanku. Baiklah, baiklah, tapi itu bukan alasan kau bisa mempermainkanku Tuan." Jodha menatap Jalal dengan tatapan benci,jijik dan sakit hati.

" Cukup Jodha, kau tidak mengerti apapun tentang diriku!"

" Oh ya ? Lalu perempuan itu kah yang sangat mengerti dirimu ? Wow Tuan Akbar, Wow,,,,Selamat."

" Cukup Jodha, Cukupp! kau tidak tahu apa2 tentangnya, jadi jangan menghinanya!"

" Kau telah menyakiti aku dengan bertemu dengannya diam2 dan apa yg kau lakukan sekarang? Membelanya ? Wow..."

" Kalau kau tidak bisa menutup mulutmu maka aku yang akan mendiamkannya,,,,"

Jalal naik ketempat tidur dan  mendekati Jodha, masih dengan wajahnya yang mengeras. Jodha yang sejak tadi duduk , mundur perlahan2 hingga tubuhnya menyentuh ujung tempat tidur . Dan ia tidak bisa kemana2 lagi karena wajah Jalal kini tepat berada di atas wajahnya . Dan 'Cup' Jalal mencium bibir Jodha dengan paksa. Memegang bahunya dan kepalanya hingga  membuat Jodha sulit menggerakan tubuhnya. Amarah yang sudah menguasai Jalal membuatnya semakin beringas menciumi Jodha, menelusuri wajah dan lehernnya. Jodha  meronta bermaksud melepaskan diri dari Jalal. Jodha yang juga dalam keadaan marah tidak terima perlakuan Jalal saat ini. Jodha memukul, mencengram pundak Jalal dengan kuat, menjauhkannya dari dirinya, tapi kekuatan Jalal sungguh bukan tandingannya. Dan pergumulan itu berakhir ketika Jalal tanpa sengaja membuat pakaian di bahu Jodha robek tertarik oleh tenaganya yang sangat kuat. Keduanya tersadar dan Jodha mulai menangis. Jalal mengutuk dirinya sendiri karena telah berbuat kasar pada Jodha. Jalal merengkuh bahu Jodha perlahan ke arahnya, Jodha menepisnya dengan kasar. Jalal berhenti memaksa Jodha dan kini duduk disamping Jodha.

" Jodha, aku mohon maafkan aku,,sungguh aku tidak tahu apa yang membuatku berbuat begitu padamu. Kau membuatku khawatir, kau membuatku gelisah menunggumu dan berfikir bila sesuatu terjadi padamu dan aku tidak bisa berbuat apa2. Kau membuatku sangat marah dengan perilakumu yang kekanak2an ini , Jodha. Dan ketika kau marah barusan aku juga jadi tambah marah. Aku mohon Jodha , lain kali jangan menjawabku ketika aku marah. Kau membangkitkan perilaku hewan dalam tubuhku ketika kau melakukannya. " Jalal berbalik ke arah Jodha, masih mencoba membujuknya ia meraih wajah Jodha dan merapikan rambut Jodha yg tergerai tak beraturan. Diikatnya dengan ikat rambut Jodha, dan menghapus sisa air mata Jodha dengan tissue yang ada di meja. Awalnya Jodha menolak. Tapi melihat raut penyesalan di wajah Jalal, Jodha membiarkannya. Jalal melanjutkan " Kalau saja kau memberikanku kesempatan untuk menjelaskan siapa dia , aku pasti akan menjawabnya , Jodha. " Jodha masih diam saja. Tapi ia tidak menolak ketika Jalal mulai merengkuh kepala Jodha lagi dan membawa Jodha ke pelukannya.

" Dia Rukaiyyah, mantan istriku. Kami sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai pengobatan sudah dilakukan, terakhir kali usaha kami dinyatakan gagal sehingga akhirnya rahim Rukaiyyah harus diangkat. Aku tak ingin menceraikannya tapi ia bersikeras meminta cerai. Karena jika aku tidak melakukannya ia bersikeras akan tetap meninggalkanku juga. Aku tahu maksud yang sebenarnya adalah ia ingin memberikanku kesempatan mempunyai keturunan dengan wanita lain. Tapi ia tidak sanggup untuk diduakan. Dan aku jg tidak pernah berniat seperti itu. Aku sudah cukup sabar untuk mengerti proses  kehilangannya. Kehilangan kepercayaan diri dan malu pada dirinya sendiri yg tidak bisa memberikanku keturunan. Kami lalu mengadopsi seorang anak perempuan, Mehrunissa. Dia sangat lucu dan menggemaskan dan kami bahagia untuk sesaat. Sampai ia kembali pada keinginannya untuk bercerai denganku. Aku marah dan akhirnya mengabulkan keinginanya. " Jalal diam sesaat. Lalu    melanjutkan " Aku tahu ia hanya ingin melihatku bahagia, tapi mengapa kebahagian harus diukur dengan adanya seorang anak. Aku bahagia dengannya, mengapa harus dia yang menilai kebahagiaanku. " Jalal kini mulai menangis menyadari betapa rapuhnya ia di hadapan Jodha. Jodha mengangkat wajahnya dari pelukan Jalal. Mengusap air mata Jalal dan menciumi pipinya yang basah oleh air mata.

" Maafkan aku, maafkan aku, harusnya aku mendengarkan penjelasanmu dulu tadi." Jodha masih menciumi pipi Jalal, Jalal merengkuh kepala Jodha dan mencium lembut bibirnya. Kini bukan lagi amarah yang menguasai mereka. Tapi gairah yang sama2 ingin dilebur dalam kebersamaan. Sama2 ingin membagikan duka, sama2 merasakan kesepian , sama2 membutuhkan kehangatan. Jodha larut dalam gairah yang sama dengan Jalal. Dan ketika Jalal membaringkannya perlahan di tempat tidur Jodha pasrah membiarkan Jalal menyingkirkan satu persatu penghalang penyatuan cinta mereka.

*Love me tender,love me sweet, never let me go,,,

Jalal merengkuh seluruh tubuh Jodha merasakan kulitnya yang menyentuh kulit hangat Jodha.

*You have made my life complete, and I love you so

" Kau melengkapi hidupku , Jodha. Ingatlah aku akan selalu mencintaimu."

*Love me tender, love me true, all my dream fulfill.

" Cintai aku,darl. Jangan pernah lepaskan aku." Jodha mendekatkan bibirnya ketelinga Jalal.

* For my darling , I love you, and I always will.

" Aku tak kan pernah melepaskanmu Jodha, kau lah hidupku." Jalal makin mengeratkan tubuhnya ditubuh Jodha. Menekannya kuat2 seakan tak ingin ia lepaskan.

PRECAP :  Hadiah  ' tak terduga' di Ulang Tahun Jodha, yang menguak sedikit kisah menyakitkan dimasa lalunya.

*song 'Love Me Tender' by Elvis Presley