Selasa, 01 September 2015

Dealova (Penantian 1001 Malam)_Part 2

#Dealova (Penantian 1001 Malam)-Part 2#

Terdengar suara tangis perempuan diujung telfon.

" Hallo, Jodha ada apa ? "

" Jalal, bolehkah aku tahu nama hotel dan nomor telfon tempat Surya menginap di Chennai ?"

" Ada apa ?"

Jodha masih sesegukan di telfon.

"  Araam, sejak pagi panas tinggi, dari hidungnya tak berhenti  mengeluarkan darah, aku panik dan membawanya ke Rumah Sakit, Ponsel Surya tidak bisa dihubungi, karenanua aku minta bantuanmu."

" Oke, sekretarisku akan mencarikannya. Aku jg br tahu pagi ini. Kau dimana aku akan menyusulmu."

" Tidak usah, aku hanya minta tolong itu, Jalal. Tidak apa2, aku baik. Ibu mertuaku sebentar lagi datang."

" Aku tetap memaksa, Jodha. Kau dimana?!"

Diam sesaat.

" Jodha?!"

" General Hospital."

" Baik setengah jam lagi aku sudah disana."

Jalal segera menutup telfonnya, mengenakan jas nya lalu tergesa2 keluar ruangan.

" Saleema tolong carikan nama hotel dan nomor telfon tempat Surya menginap, lalu segera kabari aku. Aku perlu secepatnya. "

Saleema berdiri dari duduknya,

"Baik Tuan. Apakah saya perlu meninggalkan pesan?"

Jalal menjawab sambil terus berjalan meninggalkan Saleema.

" Ya, katakan untuk menghubungi aku secepatnya. PENTING!"

" Baiklah, segera Tuan ."

Jalal menelfon supirnya untuk segera menyiapkan mobil lalu pergi mengendarainya sendiri menuju General Hospital.

****

Jodha terduduk di ruang tunggu sambil masih menangis memegang kepalanya ketika Jalal datang.

" Jodha, kau baik2 saja ? Dimana Araam ?"

Jodha mengangkat kepalanya dan segera berdiri. Jalal reflek memeluknya ingin memberikan sedikit ketenangan. Karena jengah Jodha segera melepaskan diri.

" Owh, maaf."

" Ar..Araam masih menjalani pemeriksaan. Dokter masih menanganinya di dalam. Entahlah mungkin dia diinfus atau apa. Aku hanya mengiyakan ketika mereka meminta persetujuanku tadi. Aku takut, Araam tidak pernah seperti ini." Jodha kembali menangis, dan Jalal kembali berusaha memeluknya , kali ini Jodha membiarkannya saja. Ia benar2 butuh seseorang yg menguatkanya. Terdengar langkah sepatu seseorang dr belakang mereka.

" Jodha, apa yg terjadi dengan Araam ? Bagaimana keadaan cucuku ?"

Jodha berlari ke arah Ibu mertuanya Ny. Ranisa.

" Ibuuu, aku tidak tahu , Bu...huhuhu."

Ny. Ranisa memeluk dan menenangkan Jodha.

" Jalal, kau disini ?"

" Iya, Bibi Ranisa. Kami sedang berusaha menghubungi Surya. Ia ada di Hotel Chennai ."

Tak berapa lama seorang lelaki berjas putih keluar bersama seorang perawat dari ruangan di depan mereka.

" Bagaimana keadaan anak saya dokter ?"

" Anda keluarganya ?"

" Ya saya Ibunya, ini Nenek dan,,, Pamannya."

" Kalau begitu ikut dengan suster saya, untuk pemeriksaan golongan darah dan rhesus. Anak anda butuh banyak darah. Saat ini Hb- nya turun drastis dan ia harus segera mendapatkan tranfusi."

Jalal ikut menyela.

" Ambil darah saya juga dokter, ambil sebanyak yg anda butuhkan untuk menolongnya."

" Baiklah, semua ikut dengan suster saya untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium. Kami  akan melakukan yg bisa kami lakukan , berdoalah."

Ketiganyapun pergi mengikuti seorang suster ke laboratorium. Dari pemeriksaan ternyata hanya golongan darah Jalal yg cocok. Jalal pun dipersiapkan untuk pengambilan  darahnya sebanyak 500 cc.

Jodha berada di sebuah kamar perawatan intensif. Di depannya kini terbaring Araam yg sedang tertidur pulas. Satu kantong darah sudah dimasukkan dan kini menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.  Malam ini Jodha harus menginap di rumah sakit . Ibu mertuanya sudah pulang dari tadi dan menginap dirumah mereka untuk menemani si sulung Aryan yang ditinggal di rumah. Jalal masih menunggui Jodha diluar kamar. Sebentar kemudian Jodha pun keluar. Tubuhnya tampak letih dan mata yg sembab akibat terus menangis dan menahan kantuk. Karena Araam di tempatkan di Ruangan ICU, Jodha terpaksa menunggu di ruang tunggu yg tersedia untuk penunggu pasien di luar . Ada satu sofa dan satu tempat tidur serta kamar mandi di dalamnya. Sesekali Jodha bisa melihat Araam dari luar ruangan melalui kaca, atau masuk ke dalam untuk sekedar melihat keadaannya dari dekat. Jalal masuk ke ruangan tunggu dimana Jodha berada sambil membawakan kopi hangat dan cemilan. Ia jg membawa makan malam untuk mereka berdua. Jodha meliriknya sesaat lalu kembali memandangi Araam lewat kaca.

" Jodha , makanlah. Sejak aku tiba tadi kau bahkan belum meminum air sedikit pun. "

" Tidak Jalal, aku tidak mau makan. Mana ada Ibu yang bisa makan di situasi seperti ini. Andai saja aku bisa menggantikan Araam, ooh Araam anakku, kau masih begitu kecil , nak." Jodha kembali terisak.

" Aku mengerti, tapi kalau kau tidak makan, kau tidak akan punya cukup tenaga untuk mendampingi dan merawatnya. Aku mohon makanlah. Paksakanlah dirimu untuk memasukan sesuatu." Jalal mengangsurkan bungkusan makanan yang tadi dibelinya. Jodha memandang Jalal terharu. Jalal hanya tersenyum dengan tulus. ' Aku tidak bisa melakukan lebih dari ini untuk menguatkan dan menenangkanmu Jodha, tapi aku yakin kau wanita yang tangguh.'

Sampai pagi menjelang Jodha dan Jalal masih berada di ruang tunggu. Jalal pamit karena ia harus masuk kantor. Jodha mengucapkan terima kasih dan Jalal pun berlalu dari sana. Semalam Surya sudah menelfon, dan dia berjanji akan pulang secepatnya pagi ini.

****

Sudah 2 hari Araam di rawat, ia sudah mulai sadar dan mencari2 Jodha. Pagi ini dr.  Suraj memanggil Surya dan Jodha ke ruangannya.

" Hasil pemeriksaan lanjutan untuk Araam sudah keluar. Laju pembekuan darahnya sangat lambat. Itu yg menyebabkannya lama sembuh bila ia mengalami luka. Mimisan yg sering terjadi padanya jg menjadi faktor ia anfal kemarin. Tn dan Ny. Suryabaan, anak anda menderita penyakit Leukemia. Ini hasilnya. "

" Apa dokter ? Leukemia ? Ya Tuhan, benarkah ?" Surya tak percaya dengan pendengarannua sendiri. Sementara Jodha tak mampu berkata2 dan langsung menangis di dada Surya.

" Saya sudah memastikannya dengan pemeriksaan yg lain sebagai second opinion, dan hasilnya tetap sama. Saya turut prihatin Tuan Suryaban. Tapi kita masih mengusahakan pengobatan untuk Araam, usaha terakhir adalah ia harus mendapatkan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah merah yg dangat dibutuhkannya. Kita akan melakukan usaha itu jika kalian setuju. Kita harus mendapatkan pendonor yg cocok dg sumsum tulang belakang anak anda, dan mungkin prosesnya agak lama."

" Apakah kami keluarganya tidak ada yg bisa di periksa untuk mendapatkan yang cocok dokter ?"

" Maaf Nyonya Jodha, pemeriksaannya sangat mahal, dan kemungkinan ada yg cocok dari keluarga anda sangat kecil. Biasanya kami sudah punya susunan atau spesifikasi dari pendonor, tinggal mencocokannya dengan Araam. Kami akan melakukan usaha terbaik, mudah2an segera ada yg cocok."

" Kami percayakan Araam pada anda Dokter Suraj, apapun yg terbaik bagi Araam tolong lakukanlah, jangan fikirkan masalah biaya, mudah2an kami masih bisa mengusahakannya."

" Tentu saja Tuan Suryabaan, mudah2an Tuhan menolong kita."

****

" Pokoknya aku mau ke Mommy ku,,,kalo Mommy ga pulang aku ga mau makan!"

Aryan menekuk muka dan melipat kedua tangannya sambil duduk di sofa. Di matanya mulai menggenang buliran bening yang siap turun dipipinya yang tampak gempal. Jodha memang masih di RS, sesekali pulang dan bergantian dengan Surya menunggui Araam. Saat ini Neneknya masih membujuk Aryan untuk makan. Kebetulan Jalal mampir mengantarkan Jodha pulang. Aryan berlari menyambutnya.

" Mommy,,,,aku kangen sama Mommy. Mommy kemana saja seh ?, aku mau makan sama Mommy."

" Sayang , Mommy capek sekali, kau main dulu sama Nenek ya , Nak. Mommy tidur dulu sebentaar saja. Nanti kita main lagi."

" Mommy bohong, pasti habis itu Mommy pergi ke tempat Araam, aku kan kesepian Mi."

"Mommy janji nanti kita main."

" Mommy bohong,,,,"

" Aryaaan,,,,!!." Jodha menjadi tidak sabar dan sedikit berteriak. Jalal yang menyaksikannya segera menenangkan Ibu dan anak itu.

" Hei, kau tahu Aryan, anak laki2 sejati harus selalu patuh pada Ibunya. Paman punya game baru dr internet, kau mau lihat ?"

" Tidak mau!"

" Kau yakin? Kau pasti belum punya ?" Jalal memberikan tanda pada Jodha agar segera naik dan meninggalkan mereka." "Ayo kita bertanding, kalau kau berhasil mengalahkan Paman, Paman akan berikan hadiah yang kau mau ?"

" Janji ?"

" Janjii, Ayo kita mulai."

Jalal menggandeng tangan Aryan fan ikut duduk di sofa lalu mulai membuka permainan di Ipad-nya.

Jodha bersyukur Jalal bisa membujuk Aryan, hal yang tidak pernah bisa dilakukan Surya ketika anaknya memgamuk atau marah. 'Aah mengapa rasa itu lagi, sudahlah Jodha.'

****

Jalal memulai rapat pagi ini tanpa Surya. Ia harus mengambil keputusan penting sehubungan dengan tender perusahaan yang dimenangkannya di Turki. Tentang siapa saja yang akan terlibat dan bagaimana pengerjaannya. Proyek ini akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaannya. Sebuah proyek pendirian gedung kebudayaan. ' Hal yang sangat dikuasai Jodha, ketika ia masih bekerja di Perusahaan ini. Tapi tidak mungkin melibatnya pada saat seperti ini' Gumam Jalal lirih. Sampai akhir rapat , ia masih belum bisa memutuskan apa2.

****

Keadaan Araam mulai membaik dan ia diijinkan pulang. Tapi dokter mengatakan, selama ia belum mendapatkan donor sumsum tulang belakang, keadaannya akan terus berulang. Sementara kepastian tentang kecocokan pendonornya masih belum juga ditemukan.

Surya dan Jodha pasrah dan berharap keajaiban segera datang. Tidak sedikit dari keluarga dan sahabat yang menawarkan bantuan. Walaupun biayanya sangat mahal, Surya tetap menginginkan mereka diperiksa. Dokter hanya mengijinkan orang yang memiliki golongan darah yang  sama dengan Araam. Ketika dokter itu teringat apakah orang yg mendonorkan darahnya waktu itu bersedia di periksa apakah sumsum tulang belakangnya cocok, Surya segera menelfon Jalal.

" Tentu saja Surya, aku akan lakukan apa saja asal anakmu selamat. Kapan pemeriksaan bisa dilakukan?"

" Secepatnya , nanti aku hubungi lagi. Dan terima kasih sebelumnya Jalal. "

" Ck,,, kau ini seperti aku ini orang jauh saja. Kabarilah aku secepatnya, dan jangan khawatirkan urusan kantor."

" Tentu saja, Terima kasih, bro ."

****

Dua minggu kemudian hasil pemeriksaan sumsum tulang belakang Jalal keluar, dan hasilnya cocok sehingga proses pencangkokan pada Araam akan dapat segera dilakukan. Keluarga Surya sangat bahagia. Jodha tak henti2nya bersyukur.

" Mommy, apakah aku akan sembuh?"

" Tentu saja sayaang, kau akan segera sembuh, kau harus kuat ya, kita pasti akan bermain ke pantai lagi. Kau suka kan ?"

Jodha memeluk Araam haru. Entah apa yang akan terjadi pada Jodha jika Araam tidak tertolong. Jodha berdoa dan mengharapkan keajaibam dari Tuhan, semoga operasi pencangkokannya berhasil. Dan semua ini karena Jalal. Kenapa ia sepertinya selalu terhubung  dengan kehidupan Jodha. Keraguan di benak Jodha kembali muncul. Keraguan yang bertahun2 disingkirkannya.' Inikah saatnya ? Mungkinkah ? Apakah aku harus membuktikan keraguanku ? Tidak,,, tidak perlu Jodha , sudahlah lupakan saja. Itu hanya satu kesalahan besar. Tapi,,,, '

****

" dr. Suraj, apakah anda mau menolongku ?"

" Ada apa Jodha ?"

" Tapi anda harus berjanji untuk merahasiakannya dokter, apapun yang terjadi ?"

" Tapi mengapa ? Ada apa Jodha,,,"

" Berjanjilah dokter, aku mohon dengan sangat , apapun hasilnya, bisakah anda merahasiakannya ?"

" Aku akan merahasiakannya jika itu menyangkut pasien, tapi jika terkait dengan kasus hukum, maka aku sudah diambil sumpah untuk memberikan keterangam dengan sebenar2nya. Jadi apa masalahmu ?"

" Bisakah anda memeriksa DNA dari sample darah Jalal dan di cocokan dg Araam?"

TBC,,,,

1 komentar:

  1. wiiiiih,,,,,,,,,
    kenapa harus cek DNA yak,,,,
    ada apa gerangan,,,,,
    hmmmmm,,,,

    BalasHapus