Sabtu, 30 Mei 2015

Love In Paris 13

^Love In Paris-Part 13^
By : Fatimah Zahra

Jalal yg memang mengikuti Jodha ketika ia meninggalkan kamar tadi segera berlari dg sekuat tenaga kearah danau. Surya sudah berlari lebih dahulu, tapi karena fisik Jalal yg lebih terlatih , akhirnya ia sampai ke tepi danau lebih dulu dan langsung menceburkan diri mencari Jodha. Yang Jalal tahu Jodha tidak bisa berenang, dan yang lebih mengkhawatirkannya lagi adalah kandungan Jodha. Jalal menyelam dan mencari keduanya. Surya menyusul di belakangnya.  Jodha sedang menggapai2 dan Sukania sudah pingsan terlebih dahulu di dalam air . Surya segera menggapai Sukania. Dan Jalal mengangkat Jodha ke permukaan. Surya membaringkan Sukania dan berusaha mengeluarkan air dengan menekan perutnya lalu melakukan CPR. Sukania berhasil siuman dgn menyemburkan banyak air dari dalam mulutnya. Surya memeluk haru Sukania. Dan Sukania hanya bisa menangis dalam pelukan Surya.

Sementara Jodha yg keadaannya lebih baik dari Sukania segera di bopong ke dalam kamar oleh Jalal. Setelah memastikan bahwa Sukania baik2 saja bersama Surya.

***

Jalal masih diam saja membantu Jodha melepaskan bajunya di kamar mandi. Menyirami tubuh Jodha dengan air hangat sambil masih tetap diam tak bersuara. Jodha tahu Jalal sedang marah. Marah karena ia melakukan tindakan nekat yg dapat membahayakan dirinya dan janin dalam rahimnya.

" Darl,,,,?"

Jalal diam saja.

" Darl,, maafkan aku."

Jalal masih diam. Mengeringkan rambut dan tubuh Jodha. Lalu menggiringnya keluar. Lalu ia sendiri mandi dg super cepat dan segera mengganti bajunya. Ketika Jalal keluar dari kamar mandi, Jodha masih duduk di tepi ranjang dg handuk yg masih membelit di tubuhnya. Jalal mengambilkan Jodha baju tidur tapi Jodha tidak mau memakainya.

" Aku tidak mau memakainya sampai kau bicara padaku, Darl !"

Jalal menghela nafas panjang dan mencoba menekan emosinya

" Kalau begitu lain kali kau juga harus bicara dulu padaku sebelum melakukan tindakan2 bodoh yg dpt mengancam jiwamu dan keselamatan anak kita ? Bisa ?!"

Jalal benar2 marah, Jodha tak pernah melihat Jalal semarah itu. Jalal adalah lelaki dg tingkat kepribadian di atas rata2, penguasaan emosi dan pembawaannya yang tenang sekaligus melindungi , sebuah perpaduan yg sempurna  . Tapi malam ini Jodha melihat mata Jalal yg berapi2. Dan semua itu karena dirinya.

" Maafkan aku, aku memang tidak memikirkan hal lain selain ingin menyelematkan Sukania, walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya berenang. Sungguh, Darl,,,aku minta maaf."

" Itulah kelemahanmu Jodha, selalu memikirkan orang lain. Kau tidak pernah memikirkan apa yg akan terjadi padamu. Apakah berbahaya atau tidak untukmu, apakah akan merugikanmu dan berbagai tindakan yg kau lakukan untuk menyenangkan semua orang tanpa memikirkan dirimu sendiri ! " Jalal berhenti sebentar dan mulai memakaikan baju pada Jodha." Kau lemah, kau membiarkan orang lain menindasmu, kau  pengalah , yang ada dalam fikiranmu adalah bagaimana membuat orang lain bahagia, tanoa memikirkan dirimi sendiri. Tidakkah kau sadari, Jodha ? sikap seperti itu hanya akan membuatmu makin terpuruk. Kau takkan bertahan lama dengan hiduo seperti itu Jodha. " Jalal selesai dan mengancingkan kancing depan pakaian Jodha. Lalu duduk disebelah Jodha dan merapikan rambutnya. Jodha mengambil tangan Jalal dan menciumnya

" Maafkan aku, Darl. Maafkan aku..."

Jalal meraih kepala Jodha dan membawa kepala itu ke dadanya. Mereka diam sejenak. Merasakan kehangatan yang mengalir lewat pelukan yang meredakan amarah Jalal.

" Sudahlah, bukan salahmu kalau kau terlalu baik." Jalal berhenti sejenak untuk menimbang2. Ia harus mengatakannya sekarang " Laddu, kau ingat kalau aku ada tugas di Pakistan. Besok pagi2 sekali aku sudah harus berangkat. Aku tidak akan lama, hingga kau tak menyadari kalau aku pergi, hanya seminggu dan aku berjanji aku akan menelfonmu setiap hari."

Jodha mengangkat wajahnya dari dada Jalal " Baiklah ,,,,Darl. Tak apa, aku akan menunggumu disini. "

" Berjanjilah kau akan makan dengan teratur ."

" Ya, Darl,,,,"

" Minum vitaminmu dan jaga kesehatan."

" Ya,,Darl,,,"

" Kau harus kuat dan menjaga anak kita,,,."

Jodha memandang mata Jalal lama, kalimat itu seperti kalimat perpisahan yang tak biasa. Tapi Jodha akhirnya menjawab " Tentu saja, Darl, aku akan kuat agar dapat menjaga bayi kita."

Jalal memeluk Jodha sekali lagi. Memeluknya lama seakan enggan untuk berpisah. Jodha-nya , belahan jiwanya,,,,

***

Jalal pamit kepada seluruh keluarga Jodha. Jalal menyempatkan pamit juha pada Sukania yg sedang beristirahat di kamarnya

" Aku harap kau bisa belajar sedikit lebih dewasa Sukania, kau menyia2akan orang2 yg mencintaimu dengan tulus. Jangan sampai mereka pergi dan meninggalkanmu. " hening sesaat " Aku titip Jodha. Buktikan kalau kau bisa jadi orang yang lebih baik dg menjaganya. Dia sedang hamil. Kau tidak ingin kan keponakanmu membencimu krn kau  mengabaikan Ibunya ? Aku akan sangat berterima kasih, Sukania."

Diluar Jalal memeluk Jodha sekali lagi sebelum akhirnya ia benar2 pergi menggunakan mobil jemputan yg akan membawanya ke daerah perbatasan India dan Pakistan.

***

Jodha masuk ke kamar Sukania membawakan Roti Cane dan kuah karre nya. Juga Laddu dan segelas susu coklat hangat. Untuk dirinya sendiri dan Sukania. Surya sudah berangkat untuk bekerja begitu pula Meena yg masih aktif diperusahaannya.

" Suku, lihat apa yang ku bawa. Aku membuatkan kesukaanmu. Aku rasa tak apa sekali2 kita sarapan di tempat tidurmu yah ?"

Sukania diam saja dan cenderung hanya memperhatikan gerak-gerik Jodha. Jodha berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya. Sukania menyipitkan matanya dan menghalangi sinar matahari yg menerpa wajahnya dg tangannya.

" Ooh pagi yang sangat cerah bukan,,aku tidak sabar mengajakmu jalan2 Suku, ke bukit tempat kita sering bermain waktu kecil dulu. Aku benar2 merindukan tempat itu. " Jodha berjalan lagi ke arah tempat tidur Sukania. Lalu mulai memisahkan bagiannya dan bagian Sukania.

" Mengapa kau masih mau melakukan ini setelah apa yang kulakukan padamu ?" Suara Sukania tegas sedikit kasar.

Jodha memilih tidak memjawabnya.

" Ohh iya Ibu bilang kebun apel kita akan panen sebentar lagi...wow ,,,aku tidak sabar memetiknya dan memakannya langsung."

Sukania menatap Jodha yang sibuk mengunyah roti nya, dan berkali2 menawarinya makan, masih tetap dg berceloteh itu, Sukania memandangi Jodha. Terbuat dari apa hati Jodha, hingga ia tak pernah kehabisan stok sabar dan kasih sayang pada semua orang. Mereka hanya terpaut usia 1 tahun  ketika  mereka dipertemukan 10 tahun yang lalu, Jodha dan Sukania sekolah di sekolah yang sama dan sekelas. Jodha selalu membelanya dan menolongnya dari hal  apapun yang menimpanya. Sukania ingat , sekali waktu nilai ulangannya pernah sangat mengecewakan, ia takut sekali menghadapi kemarahan Ibunya kalau ia tahu. Jodha yang melihatnya menangis akhirnya memberikan kertas ujiannya dan menghapus namanya menjadi nama Sukania, Sukania bahkan terlalu gembira untuk hanya mengucapkan terima kasih. Jodha bahkan merelakan barang apapun yg diminta Sukania yg pernah dibelikan oleh Ibu kandungnya Meera. Ketika Sukania beranjak dewasapun Jodha tak segan2 menyisihkan uangnya agar Sukania bisa membeli barang2 yg ia inginkan seperti teman2nya. Bahkan ia merelakan Surya untuk dirinya. 'Ohh, Sukania mengapa kau terlalu tenggelam dengan dirimu dan keegoisanmu sendiri, hingga tak melihat sisi baik Jodha sedikitpun'. Air mata Sukania mengalir , cepat2 dipeluknya Jodha yang berada di sampingnya kini.' Jodha terkejut , tapi ia tersenyum sambil menepuk2 bahu Sukania.

" Mengapa kau tak membenciku, Jodha. Ada banyak hal yg aku lakukan dan menyakitimu, mengapa kau tidak pernah membenciku ?" Tangis Sukania pecah di bahu Jodha.

" Karena kau adikku, aku selalu menganggapmu adikku, dan akan selalu begitu."

Mereka bertangisan di pagi yang cerah. Tak perlu kata2, kiranya hari itu adalah babak baru bagi hubungan Jodha dan Sukania.

***

Pakistan, jam 2 siang waktu setempat.

Jalal sudah memakai baju dinas Pasukan Khusus, seragam loreng hitam berbahan dasar parasut tebal dilengkapi dengan anti peluru di balik baju luarnya. Memakai sepatu khas militer dan alat komunikasi di pundaknya serta tanda pengenal dengan tulisan Arab yang mengidentifukasi foto dan namanya Jalaluddin Akbar. Sepucuk senapan juga sudah terselip di pinggangnya . Terakhir Jalal memakai kaca mata hitam dan topi lapangan yg juga berwarna hitam.

Siang ini Pasukan Elit Pakistan ini akan berkumpul di sebuah tempat rahasia,,,

PRECAP : Operasi militer paling berbahaya di Pakistan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar