Minggu, 06 September 2015

Ďealova (Penantian 1001 Malam )_Part 6

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 6 #

Jodha dan Jalal masih sama2 diam di dalam mobil menuju tempat janji makan malam mereka dengan klien seperti yang dikatakan Jalal. Sesekali Jalal melirik Jodha yang masih terus saja memandang keluar jendela mobil. Gaun hitam yg melekat ditubuhnya terasa sangat pas sekali . Sebuah gaun hitam selutut dengan bagian rok yang melebar tapi ketat dibagian atas dg aksen lipit di bagian dada menyilang menuju bagian pinggang serta bagian lengan yang melekat pas sampai ke siku.  Jalal tersenyum mengingat tingkah Jodha , karena setiap kali Jodha menolak apapun perintahnya, tetap saja dikerjakannya . Jodha memutar kepalanya karena merasa ada yang memperhatikan, Jalal mengalihkan
pandangannya sambil tetap tersenyum.

" Kenapa senyum2 sendiri ?"

" Tidaak, aku hanya kagum padamu. Kau terlihat cantik sekali malam ini."

" Tidak usah menggombal, anakku sudah dua, cari saja mangsa lain yang bisa kau permainkan."

Jalal masih menahan senyumnya, tak ingin lebih merusak mood Jodha malam ini, akhirnya ia hanya diam di sisa perjalan mereka.

Tiba di tempat yg dituju, supir Jalal segera membukakan pintu untuk Jodha. Jodha dan Jalal harus berjalan menuju bangunan hotel yg terletak di bagian yg agak ke dalam melewati jalan setapak .  Di kanan kirinya ditumbuhi tanaman setinggi pinggang orang dewasa. Nampak berkilauan dg bantuan pencahayaan yg artistik.

" Apakah pertemuannya akan memakan waktu yang lama ?"

" Tidak, jangan khawatir , aku tidak akan mengambil banyak waktumu dengan anak2."

Mereka sampai di Lobby dan segera menuju lantai 2 dengan menaiki tangga yang membelah dua ruangan ditengah2nya. Jalal mengajak Jodha berbelok ke sisi tangga yang sebelah  kiri. Dari sana mulai terdengar alunan musik orkestra sederhana yang memainkan lagu 'Dealova' dlm bentuk instrumental. Mereka masuk ke sebuah ruangan yg didesain serba putih, rangkaian bunga tersusun rapi di setiap sudut , belum lagi kelopak mawar yg sengaja ditebar di lantai. Ada meja yg terletak ditengah menghadap para pemain orkestra dan set diner yg disusun untuk berdua. Jodha mengedarkan pandangannya dan mulai  mengerti apa yg terjadi.

Ia memandang Jalal sinis tepat di manik matanya.

" Kau bohong, katamu ini makan malam dengan klien." Jodha berbalik hendak pergi, tapi pergelangan tangannya dengan cepat di genggam oleh Jalal.

"Dengarkan aku dulu Jodha !"

" Aku mau pulang !" Jodha berusaha melepaskan pegangan Jalal.

" Aku mohon Jodha biar kujelaskan. Kau tidak akan mau pergi kalau aku tidak berbohong kan ?"

" Kau sudah tahu pasti jawabannya."

" Makanya aku berbohong, aku mohon Jodha , aku ingin bicara padamu. Dengarkan aku sekali ini saja."

Jodha memandang lama mata Jalal, sebelum akhirnya ia berbalik menuju mejanya. Jalal menarikkan kursi dan mempersilahkan Jodha duduk. Jalal juga duduk di depannya. Minuman dihidangkan, sementara alunan musik Dealova masih mengalun.

Jalal meminum minumannya. Jodha pun mengikutinya.

" Apa yang mau kau katakan , kau bisa mengatakannya di kantor."

" Tidak untuk hal seperti ini, Jodha."

" Hal apa ?"

" Menikahlah denganku Jodha."

Jodha terkejut dengan sikap to the point Jalal.

" Jalal, kau fikir hal seperti ini bisa buat main2 ?"

" Aku tidak main2 Jodha."

Jalal mengeluarkan sebuah kotak kecil warna merah marun diatas meja. Jodha tahu pasti kalau isinya pasti sebuah cincin. Tapi ia tak bergerak sedikitpun untuk  mengambilnya. Sekali lagi Jodha melihat kesungguhan di manik mata Jalal.

" Aku tidak bisa menerimanya , ini terlalu cepat."

" Aku sudah menunggumu lebih dari 1001 malam, Jodha. Aku sanggup menunggumu 1001 malam lagi, sampai kau mengatakan 'iya' kepadaku."

" Mengapa kau begitu yakin ?"

Diam sejenak.

" Aku tahu tentang Araam."

" Apa ? Tapi bagaimana mungkin ? Sejak kapan ?"

" Aku tahu dari Surya."

Hening lagi.

" Kau tak mengharapkan aku tahu bukan ? Mengapa Jodha ? Mengapa kau menyembunyikannnya ? Bukankah aku juga berhak tahu !"

" Aku,,, mmmh, aku tidak punya bukti !"

" Omong kosong! Kau melakukan test DNA tanpa seijinku. Kau mengetahui hasilnya dan kau juga tidak memberitahukanku, bagaimana kalau kukatakan surat itu ada padaku sekarang dan aku akan menggunakannya untuk mengamcammu agar kau mau menikah denganku. Apakah kau akan mempertaruhkan nama baikmu dan keluarga mantan suamimu Jodha. Kalau kau menolak, maka ayo kita selesaikan di meja hijau, kau dan aku. Aku akan menuntutmu krn menyembunyikan kebenaran dan semua yg terjadi diantara kita  akan jd headline di semua surat  kabar di India."

" Aku tak percaya kau akan melakukannya Jalal, kau hanya mengancamku. Cukup sampai disini ! aku tak mau lagi mendengar omong kosongmu ! "

Jodha segera berdiri dan hendak beranjak pergi. Skali lagi Jalal menahan pergelangan tangan Jodha. Mendekatkan wajahnya ke telinga Jodha dan berbisik lembut hingga hangat nafasnya membuat Jodha bergidik.

" Aku tidak akan menyerah Jodha. Kau tahu sifatku. Jadi mulai sekarang bersikaplah lebih menerimaku. Kita akan menikah dan akan kupastikan itu !"

" Dan apa alasanmu memaksaku melakukannya ?"

" Karena aku mencintaimu dan buah hati kita."

****

Jodha berbaring di tempat tidur. Fikirannya melayang memikirkan perkataan Jalal tadi. Tidak ada yang salah pada Jalal. Ia pria yg bertanggung jawab dan baik. Sebelum menikah dengan Suryapun sebenarnya Jodha menaruh perhatian yg besar pada Jalal. Mengharapkannya bahkan setiap hari hanya untuk melihat senyumannya .  Tapi sayang Jalal tak menerima sinyalnya itu. Hingga ia akhirnya menerima lamaran Surya dan menikah dengannya. Menghapus harapannya untuk Jalal. Tapi sekarang situasinya berbeda.' Aku bukan orang yang pantas untukmu. Aku bukan orang yang sama seperti 7 tahun yang lalu. Ah Jalal, mengapa baru sekarang kau melamarku  ? Mengapa tidak dr dulu ?, aku menunggumu mengatakannya sekian lama, tapi kau bahkan tak memperhatikanku, mengapa baru sekarang setelah semuanya terasa berbeda ? Why Jalal ? Why ?'

Sementara di tempat yang lain, Jalal juga tak bisa tidur memikirkan apa yg baru saja dilakukannya pada Jodha.

'Aku tidak akan menyerah lagi kali ini Jodha. '

****

Sudah seminggu sejak Jalal melamar Jodha waktu itu. Tidak ada yg berubah diantara mereka. Selain kecanggungan yg tiba2 tercipta.

Seperti pagi ini , mereka baru saja mengadakan rapat tentang proyek lanjutan di Turki. Sudah dipituskan bahwa Jalal sendiri lah yg akan mengepalai proyek itu. Sementara Jodha akan bertindak sebagai arsitek ahli yg menangani masalah konstruksi bangunannya. Karenanya mereka merencanakan untuk pergi bulan depannya ke Istambul, Turki.

Semua orang sudah meninggalkan rapat, tinggal Jalal dan Jodha. Seperti biasanya mereka akan membahas apa2 yg sudah diputuskan dalam rapat dan menandatangani hasil rapat untuk segera diarsipkan. Jalal memandang Jodha dg antusias. Sementara yg dipandang acuh tak acuh.

" Aku yakin proyek ini akan berhasil di tanganmu Jodha. "

" Yaah, kita lihat saja nanti." Jodha mengatakannya tanpa melihat ke arah Jalal. Tiba2 Jalal menyentuh tangan kiri Jodha yg memang diletakkan di meja.

" Tidak usah kaku begitu padaku, kau seperti ABG yang sedang jatuh cinta saja."

" KAU,,???!" Jodha memandang bengis ke arah Jalal, sementara Jalal hanya menyunggingkan senyum dan mengendikkan bahunya.

" Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, aku permisi."

Tanpa menunggu jawaban Jalal , Jodha segera melengos pergi, menepiskan genggaman Jalal di jemarinya barusan. Jalal hanya bisa tersenyum kembali.

****

Makan malam sudah tersedia di meja makan. Malam ini Ny. Ranisa datang menginap. Sukania sudah lama pulang ke Banglore dan berjanji akan menemani Jodha setelah kuliahnya selesai. Jodha bahagia , setidaknya ia ada tempat untuk berkeluh kesah. Ny. Ranisa memeriksa sekali lagi hidangan di meja makan. Sementara Jodha masih menata piring anak2nya dibantu oleh Moti, ketika tiba2 terdengar bel berbunyi dr pintu depan. Ruangan rumah Jodha adalah ruangan yang luas menyatukan ruang makan ruang keluarga dan ruang tamu sekaligus sehingga mereka bisa langsung melihat siapa gerangan tamu yg datang.

Ting tong,,,,

Moti cepat2 membukakan pintu dan mengucapkan selamat datang.

" Selamat malam dan selamat datang Tuan. "

" Siapa yg datang Moti ? Jodha masih sibuk dengan kegiatannya, ketika ia mendongakkan wajahnya dan tertegun melihat Jalal disana.

" Selamat malam,,?" Jalal mengangguk hormat pada Ny.Ranisa dan melirik Jodha sekilas.

" Selamat datang nak, aku senang sekali kau mampir. Kau harus makan malam dengan kami yah ? "

Jalal tersenyum dan melihat sekilas wajah jutek Jodha.

" Tentu saja jika kau ijinkan , Bibi. Aku membawa makanan untuk anak2 aku harap mereka menyukainya. " Moti segera mengambil bungkusan dari Jalal atas anggukan dari Ny. Ranisa.

Anak2 yg mendengar suara Jalal segera berlarian ke arah Jalal.

" Pamaaaaan,,,,,"

" Heiii, anak2 , Paman kangen sekali sama kalian."

Jalal berjongkok dan memeluk keduanya.

Araam berceloteh dengan riangnya.

" Paman Ganteng,,, kenapa lama sekali tidak ke sini, kita kan kangeen...?"

"Araaaam, tidak boleh memanggil Paman seperti itu ! Tidak sopan."

" Kenapaaa, bukankah Paman Jalal memang sangat ganteng Mommy ? "

Ny. Ranisa dan Moti yg berada disana tersenyum dengan geli.

" Araaam,,,!"
Jodha kembali mendelikan matanya.

" Biar saja, Paman memang ganteng kok,,, ya kan  Araam ?" Jalal menggelitik pinggang Araam membuat Araam tertawa terpingkal2 karena kegelian. Sedangkan dengan Aryan , Jalal melakukan high five dan mengacak rambut bocah itu..." Apa kabarmu , boy ? " Keduanya langsung menggiring Jalal ke meja ruang keluarga untuk mengajaknya bermain.

Sementara Ny. Ranisa dan Jodha kembali menata meja makan dan  makanannya.

" Mengapa ia harus datang saat makan malam begini , Bu ? Nanti Anak2 susah untuk diajak makan, menyebalkan. " Jodha berbisik setengah kesal.

" Sssttt, tidak boleh berkata seperti itu ttg tamu , Jodha. Dia seperti anakku juga. Aku bahkan lebih menyanyanginya dibanding Surya.  Karenanya Surya sangat cemburu sejak kecil. Jalal anak yg manis dan penurut."

' Manis dan penurut ? Hooo...wow...bahkan Ibu mertuaku pun menyukainya.'

" Anak2, tinggalkan dulu mainannya . Ayo kita makan !"

" Nanti, Nek, sebentar lagi aku menang melawan Paman." Ujar si sulung Aryaan.

" Aryan , Araam, Mommy tidak akan mengijinkan kalian main lagi kl kalian tidak segera kesini untuk makan."

" Aah, Mommy payah deh,,,,."

" Sudah,, kita makan dulu yuk, Paman bawa Pizza lho, pasti kalian senang.."

" Huwaaaa,,,, yess,,,, oke,,,,"

Keduanya berlarian ke arah meja makan sambil tak lupa menyeret Jalal.

" Ehh tidak,,, tidak boleh...kalian harus makan nasi dulu, tidak boleh makan itu."
Jodha segera mengambil dan menutupnya kotak pizzanya kembali.

" Ck,,, kenapa kau kuno sekali Jodha. Apa salahnya dengan pizza, itu karbohidrat juga kan ? Ada sayuran dan proteinnya juga. Sudah sini Paman ambilkan ya,,, jangan rebutaaan ,,," Jalal dengan telaten melayani kedua anak itu, sedangkan Jodha merasa tertohok dan akhirnya  membiarkan saja perlakuan Jalal pada anak2nya. Sebenarnya apa yg salah , mengapa ia menjadi sangat ketus pada Jalal. Makan malam itu mereka lewatkan dg hanya saling mencuri pandang dan Jalal yg sesekali melempar senyum menggodanya pada Jodha . Tentu dg balasan pelototan mata Jodha yg mematikan. Ia takut Ibu mertuanya curiga dan tak senang. Tapi rupanya Ny. Ranisa tidak memperhatikan dan sibuk melayani celotehan kedua cucunya.

Ketika hendak pergi tidur. Anak2 juga memaksa Jalal agar menidurkan mereka. Jodha tak dapat melakukan apa2 karena melihat Ny. Ranisa sudah memberikan ijin pada Jalal dengan anggukan kepalanya. Jodha hanya menunggu di ruang keluarga sambil mengobrol dan minum teh dengan Ny. Ranisa.

" Bagaimana pekerjaanmu di kantor Jodha, apakah menyenangkan ? "

" Lumayanlah , Bu,,, senang bisa bertemu kembali dg teman2 lamaku dan bekerjasama lg dengan mereka. "

" Syukurlah, Apakah Jalal juga baik padamu ?"

" Hemmh ya, seperti yang Ibu lihat. Walaupun kadang dia sok memerintah dan memaksa tapi dia baik."

" Memaksa dalam hal apa ?"

" Oh,, owh tidak maksudku, memaksa menyelesaikan suatu pekerjaan sebelum tenggatnya."

" Ohh,, iya, dia orang yg sangat serius dan mencintai pekerjaannya. Dia juga baik pada anak2 bukan ?"

" Ya,,"

Sebenarnya Jodha sudah ingin berhenti bicara masalah Jalal. Mengapa orang itu selalu bisa mengambil hati semua orang. Seakan pesonanya menempel pada semua.

" Jodha , Ibu tahu mungkin Ibu terlalu cepat membicarakan ini denganmu, sebagai mertua yg sudah kau anggap orang tuamu sendiri, Ibu harap kau tidak sungkan nak."

" Aku tidak sungkan Bu, aku sangat menyayangi Ibu. Apa yg Ibu mau katakan ?"

" Jodha, kau masih teramat muda dan anak2 masih terlalu kecil, Ibu kira tidak ada salahnya kalau kau menikah lagi."

" Emmh,, maaf Bu, Aku rasa itu  terlalu cepat . Lagipula  aku benar2 tidak mau memikirkan dl masalah2 seperti itu. Aku,,,emmh..."

" Ibu tahu , nak. Kau pasti masih mencintai Surya. Tapi Jalan hidupmu masih panjang , Nak. Kau butuh pendamping yg dapat berbagi kebahagiaan sekaligus tempat berkeluh kesah,  anak2 juga masih sangat membutuhkan figur seorang Ayah. "

" Aku masih bisa melakukannya sendiri , Bu. Ibu jangan khawatir. Anak2 tidak kehilangan apapun. Mereka kuat. Aku jg kuat. "

" Ibu sama sekali tidak meragukanmu , Nak. Tapi kau jangan egois. Mungkin kau tidak begitu merasakannya saat ini. Tapi Ibu sudah melaluinya lebih dahulu. Ayah Surya meninggalkan ku ketika mereka masih remaja. Aku kira aku kuat. Aku kira aku bisa menghadapi dunia dengan kedua tanganku. Aku memang bisa, tapi ada sesuatu yg kosong dalam jiwaku. Semuanya serba hampa. Seandainya saja Ibu menerima pinangan seorang pria kala itu, mungkin dimasa tua Ibu, Ibu tidak akan terlalu kesepian. Betul Ibu punya kalian anak2 , menantu dan cucu2 Ibu. Tapi lihatlah kalian juga telah tumbuh besar dan punya kehidupan masing2. Fikirkanlah Jodha, setiap manusia butuh pendamping. Jika bisa, kalau kau mampu , carilah pengganti Surya nak. Ibu tidak apa2 dan sangat mengerti."

" Ibuuuu,,,,"

Mereka berpelukan sambil menangis.

" Nah, sudah malam. Ibu masuk kamar dulu. Rasanya tulang2 tuaku juga sudah tak bisa di ajak kompromi. "

" Iya Bu, tidurlah. Aku menyayangi Ibu."

" Ibu juga nak."

Dari arah tangga Jalal pun rupanya sudah selesai menidurkan anak2.

" Bibi , aku pamit dulu. Sangat menyenangkan bermain bersama anak2 itu. Sampai lupa waktu."

" Iya nak hati2. Jodha antarkan Jalal sampai depan nak. Ibu masuk dulu. "

Ny.Ranisa pun meninggalkan mereka.

Jodha nampak sangat canggung. Ketika Jalal akhirnya berjalan kearah luar, reflek Jodha pun ikut mengantarkannya. Ketika sampai di depan mobilnya, Jalal tiba2 berbalik dan mencium bibir Jodha,,,,

TBC,,,,,

4 komentar:

  1. hm,,,,restu mertua juga dah di kantongi tuh kalo nikah lagi,,lanjut aja jodha,,,,hehehehe

    BalasHapus
  2. ihhh makin hot ajah dach bang jalal

    BalasHapus
  3. Baru baca sih...tp lgsg dri prolog ampe part 6...crita yg beda dan berkesan...d sambung trus y mbak...sukriya

    BalasHapus
  4. kok critanya selalu putus dijalan mbak ...............kapan lanjutannya???????????????

    BalasHapus