Kamis, 03 September 2015

Dealova_part 3

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 3#

" Jodha,,??!, apakah ada sesuatu yang harus aku ketahui? Aku tahu ini privasimu, tapi bagaimana jika hasilnya 'match' 100%."

" Tolong lakukan saja dokter. Aku akan sangat menghargai bantuan anda."

" Baiklah , aku tidak akan bertanya lebih lanjut. Mudah2an ini tidak seperti yg aku takutkan."

" Terima kasih banyak dokter."

" Hemmh."

***

Hari Minggu di kediaman Surya,,,

" Mommy ,,,,aku membuat gambar ini untuk Araam.."

" Ohh, benarkah ? Kau sangat sayang sekali pada adikmu bukan ? Kau hebat sekali, nak."

Jodha mengusap kepala anak lelakinya dan menciumnya.

" Bhaijaan, kau juga boleh meminjam bonekaku,,,."

" Untukmu saja, Paman sudah memberikanku robot yg hebat kemarin,,,"

" Ohh ya ? Pamanmu sangat baik bukan , Nak ?"

" Hai , hallo,,, kalian membicarakanku ?"

" Paman Jalaaal,,,,"

Aryan dan Araam segera berlari ke arah Jalal. Jalal berjongkok dan memeluk keduanya. Lalu mencium mereka bergantian.

" Apa Paman membawa hadiah untuk kami hari ini ?"

" O,,, o,,," Jalal menepuk jidatnya sendiri.

" Aryan, tidak baik menyusahkan Paman seperti itu!"

" Tapi Paman sudah janji , Mommy,,,"

" Hahah,,, baiklah2,,, hadiahnya ada di mobil. Minta supir Paman mengambilkannya yah. Nah pergilah!"

Jalal berdiri dan menepuk pundak keduanya.

" Asiiiiik,,,,,"

Anak-anak berlari berhamburan ke halaman tempat mobil Jalal berada. Jodha lalu mempersilahkan Jalal untuk duduk.

" Harusnya kau tidak perlu repot2, mereka akan sangat manja padamu nanti."

" Tidak apa2, aku senang melihat mereka bahagia. Apa kabarmu ?"

" Aku baik2 saja. Surya sedang ke Peru."

" Aku tahu, seharusnya aku jg ikut. Tapi Ibuku sakit dan memintaku untuk tidak pergi, ahh ada2 saja ulah Nenek tua itu, aku tahu dia hanya mencari2 perhatianku saja ."

" Jangan begitu, dia Ibumu, sampai kapanpun kau tetap akan menjadi anak kecil baginya."

" Yah, kecuali aku memberikannya anak kecil, katanya ia baru akan berhenti menganggapku anak kecil."

Keduanya saling berpandangan. Jodha cepat2 mengalihkam pandangannya.

" Seharusnya kau cepat2 menikah, apa lagi yang kau tunggu ?"

Jalal menarik nafas berat dan menghembuskannya cepat2.

" Kau tahu aku tidak bisa melakukannya Jodha. "

Jalal memandang sayu mata Jodha, tepat disaat Jodha jg kembali memandangnya.

" Jalal kau sudah berjanji."

" Aku tak pernah bisa melupakan malam itu Jodha, satu malam yang sudah mengubah seluruh malam2ku berikutnya."

Jodha berdiri dengan marah.

" Jalal , kalau kau terus mengungkitnya, sebaiknya kau tinggalkan rumah ini. Aku sangat berterima kasih dengan semua bantuanmu. Tapi itu tidak akan merubah hal apapun diantara kita. Aku mohon pergilah."

" Kau juga tak dapat melupakannya kan ? Aku tahu kau tak akan pernah bisa lupa."

" Cukup Jalal!! Hentikan !, kau sudah melampaui batasanmu."

Jodha sudah akan meninggalkan Jalal dengan marah , tapi Jalal menahan lengan Jodha dengan lembut.

"Dengar,,, aku tidak memaksamu untuk mempunyai perasaan yang sama denganku , Jodha. Paling tidak aku berusaha jujur, bahwa aku tidak bisa melupakanmu, aku tidak bisa bersikap biasa saja padamu. Apapun yang mengganggu dan menyusahkanmu, aku pasti merasakannya juga. Aku tulus melakukannya. Dan sungguh aku masih sama seperti yang dulu, menjagamu dan tak ingin merusak rumah tanggamu. Tapi aku mohon, aku tidak akan lagi lari dan menjauh darimu. Itu sangat menyakitkan bagiku. Percayalah, aku masih memegang janjiku padamu."

Jalal pergi dengan langkah gontai meninggalkan Jodha. Jodha hanya mematung merenungi kata2 Jalal.

****

Simla, empat tahun yang lalu,,,,,

" Kau harus menolongku , Jalal. Aku sangat penasaran dengan orang yg menerorku lewat sms, sepertinya seorang perempuan. Dan sepertinya ia selingkuhan Surya. "

" Jodha , sudahlah. Kau sudah menikah dengannya selama 3 tahun. Apa kau masih tidak percaya padanya. "

" Bukan tidak percaya, tapi aku penasaran, aku benar2 ingin membuktikannya. Benarkah sms yang ia kirim bahwa dirinya sedang berada di Simla dengan Surya sekarang. Kalau kau tidak mau mengantarkanku , baiklah, aku akan pergi sendiri. "

" Jodha tunggu...hhhh,,,,tidak ada yang sanggup mengalahkan sifat keras kepalamu bukan ?, tunggulah disini, aku akan mengurus segala sesuatunya."

Mereka melakukan perjalanan dengan mobil . Mencari hotel tempat Surya dikabarkan menginap dan memesan kamar yang sama di hotel tersebut. Suasana musim dingin di Simla, membuat Jodha menggigil kedinginan, walaupun sudah memakai baju berlapis2. Jalal tertawa melihat tingkah Jodha. Andai saja keadaannya tidak seperti ini. Andai kan saja kita sepasang kekasih yang saling mencinta. Jalal berkali2 melirik Jodha. Jalal memang kalah cepat dari Surya. Surya orang yg lebih ekspresif sehingga ia lebih dulu melamar Jodha. Ditambah kedua keluarganya adalah saudara jauh yang sering bertemu. Jadilah Jalal kalah sebelum berperang. Ia hanya bisa mendoakan agar keluarga mereka baik2 saja. Jalal berdoa semoga sifat don juan surya berubah setelah ia menikahi Jodha. Sampai kemarin Jodha menceritakan sms2 yang diterimanya dari seorang perempuan. Dan disinilah mereka.

" Jodha , kau yakin akan melakukan semua ini."

" Tentu saja, kita kan sudah disini. " mata kelinci Jodha melotot tajam ke arah jalal.

Tanpa sengaja di depan Lobby mereka melihat seseorang yang sangat mereka kenal , Surya, sedang menggandeng mesra seorang perempuan yang menyandarkan kepalanya di dada Surya. Mereka duduk di sebuah sofa sambil bercengkrama. Sesekali mereka berciuman layaknya seorang kekasih. Jodha memalingkan wajahnya tak ingin melihat itu semua. Tapi lagi2 diputarkannya kepalanya dan melihat dengan jelas semua perbuatan mereka. Sebelum keduanya beranjak menuju kamar mereka.

Jodha tak tahan untuk tidak menangis. Ia berlari ke arah hutan disusul oleh Jalal. Hujan mulai turun rintik2.

Jodha menangis sekuat2nya. Ia tak sanggup menghadapi penghianatan Surya. Jalal menarik dan memeluk tubuh Jodha. Mencoba mengalirkan kehangatan, walaupun rasanya sia-sia. Petir yang menggelegar dan hujan yang mulai semakin deras tak mampu menyurutkan tangis Jodha di pelukan Jalal.

" Sudahlah Jodha, kita belum tahu kebenarannya. Sebaiknya kita mencari tempat berteduh. "

Jalal mearik lengan Jodha dan mengajaknya cepat2 berlari . Menemukan sebuah Villa ditepian sungai. Jalal langsung masuk dan bertemu dengan pemiliknya. Mereka sepakat untuk menginap di villa itu saja. Jalal mulai menyalakan perapian. Pemilik villa menyiapkan dua kamar dan makanan untuk mereka malam ini. Lalu meninggalkan mereka berdua di villa itu. Jodha masih termenung di depan perapian. Rambutnya masih basah dan matanya masih sembab. Jalal duduk disebelah Jodha, yang duduk di lantai menghadap perapian. Merasa iba dengan apa yang dilihatnya hari ini. Jalal menarik tubuh Jodha kepelukannya. Jodha hanya diam tak bergeming. Jalal mengambil wajah Jodha dan membawa wajah itu menghadapnya. Udara dingin dan suasana villa yang sepi, hati Jodha yang nelangsa, membawa kedua wajah itu mendekat. Awalnya Jalal hanya mencium sudut bibir Jodha sekilas. Jodha memejamkan matanya dan tak membalas ciuman Jalal. Ia hanya tertunduk pasrah. Jalal benar2 tak bisa menguasai diri dihadapkan pada keadaan Jodha saat ini. Jalal seharusnya tak melangkah lebih jauh , jika saja bukan Jodha yang kemudian menarik wajah Jalal dan menciumnya paksa. Meluapkan kemarahannya atas perbuatan Surya. Mencium lebih dalam bibir lembut dan tebal Jalal, membuat Jalal kehilangan kesadarannya dan membalas ciuman Jodha.

Jodha's POV

Kau akan menyesal Surya, aku juga bisa melakukan seperti yang kau lakukan. Sial!! Apa yang kau lakukan malam ini dengannya Surya, apa seperti ini. Mencium bibirnya. Melumat semua yang ada pada perempuan itu. Membuka bajunya dan menikmati semua yang ada di depanmu sekarang. Aku juga bisa Surya. Kau menganggapku lemah. Selamamya kau tak menganggapku berguna. Kau akan menyesal!!!

Jalal's PoV

Apa yang terjadi padamu Jodha. Apa yang terjadi pada kita. Aku tahu kau marah pada surya. Tapi aku tak dapat menolakmu. Maafkan aku. Luapkanlah kemarahanmu padaku, Jodha. Aku tahu kau sangat terluka.

Author's POV

Mereka berguling di lantai, saling membalas, saling memuaskan. Jodha membuka kancing kemeja Jalal dan Jalal membuka sweter serta kaos yang membungkus tubuh Jodha. Mengalirkan kehangatan ketika kulit dan kulit itu sama2 bersentuhan. Jalal membopong tubuh Jodha yang sudah dilanda birahi ke tempat tidur dan mereka menyatu dalam gairah masing2. Melewatkan satu malam yang berbeda arti bagi keduanya. Melarutkan amarah, sementara yang lain menyalurkan hasrat yang terpendam. Membawa keduanya ke puncak yang menjadi penawar bagi semua lara,,,,

TBC,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar