Kamis, 03 September 2015

Dealova_part 4

#Dealova ( Penantian 1001 Malam)_Part 4#

Jalal bangun lebih dulu bersama sinar matahari pertama yg memasuki ruangan dr celah lubang angin. Dilihatnya wajah damai Jodha yang terbaring di sampingnya. Jalal meninggikan tubuhnya dan bersandar diujung ranjang, sambil tak lepas memandangi Jodha. Pelan2 disingkirkannya anak2 rambut yg menutup sebagian wajah Jodha, seolah2 takut Jodha akan terbangun. 'Ya Tuhan , dia begitu cantik ketika sedang tidur seperti ini. Rasanya aku rela bangun tiap pagi dan memandangi wajahnya seperti ini. Dia adalah ciptaanMu yang paling indah.'

Jalal masih memandangi Jodha, ketika Jodha menggeliat dan mulai membuka matanya. Jodha mulai mengingat2 apa yg terjadi semalam, memandang wajah Jalal yang sedang memandangnya, lalu bangun cepat2.

"Aku mau pulang!!"

Jalal mengubah posisinya menjadi duduk. " Jodha sebaiknya kau jangan terburu2."

" Aku mau pulang!" Menatap tajam ke arah Jalal dan mencari2 pakaiannya yg teronggok di lantai.

" Jodha,,,,"

" Aku tidak mau membahasnya, sebaiknya kita lupakan saja apa yg terjadi semalam."

Hening sesaat.

" Baiklah."

" Tadi  malam tidak pernah terjadi, kau dan aku,,,,, tidak pernah berada disini. Kita akan saling melupakan. "

" Jodha, apa aku tidak punya hak bicara disini ? "

" Kau memang tidak punya hak, aku istri orang lain, dan apa yg terjadi semalam hanyalah sebuah kesalahan. "

" Maafkan aku,,,."

" Aku yg minta maaf padamu, aku yg memaksamu kesini. Kl tidak , hal ini mungkin tidak akan terjadi."

Jodha menarik sprei putih di bawahnya dan pergi ke kamar mandi. Menyalakan keran shower dan membasuh tubuhnya dengan air dingin. Menghilangkan setiap jejak yang ditinggalkan Jalal pada dirinya. Menyabuninya berkali2 seakan2 jijik pada dirinya sendiri.

Jodha POV

Apa yang telah kulakukan ? Aku bahkan menikmati setiap sentuhannya. Hal yg tak pernah kurasakan selama 3 tahun pernikahanku bersama Surya. Mengapa aku begitu lepas ? Apa yg terjadi padaku ? Ohh, aku benar2 sudah gila . Aku tidak termaafkan,,,,

Jalal POV

Tubuhmu tidak mengatakan itu tadi malam, sayangku. Kau tampak sangat menikmatinya. Tapi apa dayaku, itu hanya sebuah pelampiasan dari rasa marah yg begitu menguasaimu. Aku mengerti, sepenuhnya aku faham. Keinginanmu adalah perintah bagiku Jodha. Aku tak mengharapkan apapun.

****

Operasi pencangkokan sumsum tulang belakang Araam telah selesai dilakukan. Araam dan Jalal ditempatkan dalam satu ruangan perawatan khusus. Tidak ada yg diperbolehkan menjenguk karena ruangan dijaga sangat steril. Jodha berdiri memandang keduanya dari balik kaca ruang tunggu. Keluarga yang lain sudah lama pulang. Diliriknya kembali sebuah kertas hasil pemeriksaan yang sejak tadi berada ditangannya. Dr. Suraj memberikannya diluar tadi tanpa berkata apa2.

Terdapat angka2 yg kurang difahami Jodha. Tapi di akhir kesimpulannya hasil pemerikdaan itu menuliskan ' 99,9% Match ',,,,

Jalal dan Araam adalah sepasang Ayah dan Anak, sebuah kenyataan yang saat ini mendapatkan pembenaran secara syah dan meyakinkan lewat pembuktian . Jodha merasa sangat berdosa. Apakah Jalal perlu mengetahuinya? ' Ahh, tidak !, tapi itu hak nya. Dia berhak tahu, bisik sudut hati Jodha yang lain. Lalu apa yang akan terjadi ?, Jodha tak berani membayangkannya. Sekian tahun ia hidup dalam rasa bersalah.

Mempertahankan pernikahannya dengan Surya adalah satu2nya cara ia menebus dosanya, menghukum dirinya sendiri. Jodha tak pernah mengungkit pengkhianatan yang dilakukan Surya. Ia memaafkannya dalam hati, sejak ia pun melakukan hal yg sama pada catatan perjalanan pernikahan mereka. 'Apakah aku bodoh ? Tidak, aku mempertahankan kehormatan keluarga ini. Kehormatan menjadi istri yg akan selalu menjaga kehormatan suaminya. Jodha pun tak melihat hal yg janggal pada Surya. Mungkin ia menyadari ketulusannya dalam melayani Surya. Keputusannya untuk menjadi Ibu Rumah tangga dan istri seutuhnya, sesungguhnya telah membuat Surya berubah. Hanya saja, sifat don juan nya sering kali muncul jika sesekali Jodha menolaknya bermesraan di tempat tidur. Bahkan sering sampai waktu yang lama. Jodha hanya merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri. Ada kalanya ia melupakannya dan melayani Surya seperti biasanya. Hanya saja, kenangan malam itu bersama Jalal , senantiasa mengganggunya.

Jodha meletakkan jarinya di kaca penghubung. Tak kuasa menahan linangan air mata yg semakin deras,,,,

****

" Araam kau mau makan apa ?"

Araam masih di rawat di Rumah Sakit semetara Jalal sudah diperbolehkan pulang. Saat ini surya ug sedang menungguinya.

" Aku mau makan Hamburger Papa,,,"

" Sayaaang, Araam belum bisa makan itu."

Surya membelai rambut Araam dan mencium keningnya. Sejak Araam sakit, Surya memang menjadi lebih perhatian. Seolah hal itu menjadi shock terapi baginya, bahwa ia punya keluarga yang sangat berharga. Ia tak menyesali mengambil keputusan mengakhiri hubungannya dengan Sonia empat tahun yang lalu. Entahlah ada rasa sungkan dan rasa bersalah ketika melihat perjuangan Jodha pada kehamilan keduanya. Harus bolak balik dirawat di Rumah Sakit, demi mempertahankan janinnya. Kehamilan Araam memang tidak mudah. Tidak seperti anak sulung mereka Aryan.

Surya masih membelai punggung tangan Araam dan mengajaknya bercerita.

" Kalau kau sembuh, Papa akan rayakan ulang tahunmu dengan meriah, kau senang...?"

" Asiiiik,,, apakah aku akan dapat banyak hadiah ?"

" Tentu saja sayang,,, sangaaaat banyak,,, hahah."

****

Dua bulan telah berlalu. Pencangkokkan sumsum tulang belakang Araam dinyatakan berhasil. Ia tak perlu lagi selalu mendapat transfusi, tap ia harus rutin check up untuk memeriksa kadar haemoglobin dan kesehatan tubuhnya.

Dua hari lagi perayaan ulang tahun Araam. Jodha dan Surya sudah menyiapkan pesta ulang tahun yg akan sangat meriah.

Jodha sedang menyiapkan makam malam ketika Surya masuk dan menanyakan sesuatu.

" Sayang, bolehkah aku minta Surat kelahiran Araam ?"

" Untuk apa ? " Jodha tampak bingung.

" Aku sudah menyiapkan kado paling spesial untuk Araam, tanpa di duga dia juga mendapatkan undian dr hadiah yg kubeli, tapi untuk mengambil hadiahnya aku harus membawa akte kelahiran Araam. Bolehkah aku bawa sebentar,,,?"

" Tentu saja, ambilah sendiri di tempat surat2 di lemariku, aku sedang menyelesaikan masakan untuk makan malam kita."

" Baiklah."

Surya segera menaiki tangga menuju kamar mereka.

Tiba2 Jodha teringat sesuatu,' hasil DNA itu, aku menaruhnya disana. Owh tidaak,,,,'

Jodha cepat2 menyusul Surya, tapi terlambat , di depan lemari Surya terlihat sedang membaca sesuatu,,,,

Surya menoleh ke arah Jodha dengan mata merah dan wajah menahan amarah sambil mengacungkan sebuah kertas,,,

" Apa ini ? 99,9 % match ? Apa maksud semua ini JODHAA !!!"

" Ohh,, emm,,Surya, dengarkan aku, biar kujelaskan,,,, itu,,, aku,,,,."

Surya melangkah mendekati Jodha, memegang rahang Jodha dengan satu tangan sementara tangan yg lainnya masih memegang surat itu dan mengacungkannya di depan wajah Jodha,,,

" Kau apa ?? Kau apa, Jodha ? Apa yang kau lakukan dg Jalal, hingga hasilnya 99 % cocok hah ? Itukah yg membuatmu dingin padaku selama 4 tahun ini , Jodha ? Lelaki itu kah yg membayangi kehidupan pernikahan kita ? Kau rendahkan kehormatanmu sebagai istriku dgn temanlu sendiri, teman yg sudah  kuanggap seperti saudara kandungku ." Suara Surya bergetar dan ia sendiripun mulai menangis.

"Surya dengar,,,"

" DIAMM!!, Aku tak butuh penjelasan apapun dari mulutmu itu,,, kau wanita murahan, kau tidak ada bedanya dengan P*****r yang menjajakan tubuhnya dipinggir jalan. Berapa kali kau melakukannya dengan dia, hah ? Hingga kau bisa mengandung Araam ?" Surya meraih kepangan rambut Jodha dan menariknya kasar."

" Aww,,,, Surya biar aku jelaskan."

" Semuanya sudah jelas JODHA,,, You are nothing but a h**e"

Surya masih memegang rambut Jodha dan melemparkannya ke tempat tidur.

Megambil koper dan menempatkan pakaian dan barang2nya di sana, sambil tetap memegang surat itu , mengambil kunci mobil, lalu keluar sambil membanting pintu kamar.

Jodha masih tetap menangis dan terduduk di lantai,,,,

TBC,,,,

1 komentar: